Ingin Kukatakan Sesuatu

Jeritan ‘Kakak Ipar Kedua’!



Jeritan ‘Kakak Ipar Kedua’!

0Gawat!     
0

Ketika Maureen mendengar Livya ingin bertemu Sean, tiba-tiba perasaannya tidak enak.     

"Ehm… Saya tidak bisa menjawab untuknya. Lebih baik tunggu dia selesai mandi. Biar dia saja yang langsung menjawabnya sendiri."     

"Kalau begitu, maaf sudah mengganggu Nyonya Sean."     

"Tidak, tidak."     

Tidak lama kemudian, Sean yang berbalut handuk keluar dari kamar mandi. Sean memiliki sosok yang membuat banyak wanita meneteskan air liur. Ketika melihat perut Sean, Maureen sendiri sebagai istri Sean tidak bisa menahan diri untuk tidak menatapnya lebih lama. Pengantin baru menikah masih belum bosan melihatnya.     

Maureen memberi tahu, "Maggie baru saja menelepon dan bilang bos perusahaannya, Livya Yaslin, besok ingin mengundangmu makan siang!"     

"Aku rasa si Presdir Livya itu sepertinya sudah tahu kalau kamu menyebutnya sebagai bawahannya. Dengar-dengar, temperamennya sangat buruk. Dia presdir ternama yang mendominasi industri hiburan. Aku rasa lebih baik kamu jangan pergi," terang Maureen.     

Sean menyeka rambutnya dengan handuk dan berkata sambil tersenyum, "Kenapa jangan?"     

"Livya ini bos ternama industri hiburan di Indonesia. Selain itu, sebelum menjadi bos, dia juga pernah bekerja sebagai manajer artis dan produser acara. 'Kamp Pencipta Idola' yang diikuti Jennifer adalah acara yang Livya luncurkan dengan kemampuannya sendiri dua tahun yang lalu. Selama aku menaklukkan wanita ini, aku akan terkenal di lingkaran bisnis dunia hiburan Indonesia!" jelas Sean.     

Demi pelatihan pengalaman bisnisnya, Sean harus bertemu dengan si Livya Yaslin ini.     

Maureen berpikir sejenak. Livya ingin bertemu Sean karena mungkin mendengar bahwa Sean mengenal Sutradara Riri Rizal, jadi dia ingin menguji kebenarannya. Sementara, Sean sendiri memang mengenal Sutradara Riri Rizal. Suaminya tidak membual mengenai yang satu ini.     

"Apa kamu ingin meminta Sutradara Riri Rizal untuk ikut denganmu?" tanya Maureen.     

Jika memanggil Sutradara Riri Rizal, bahkan jika hari ini Sean sudah menyinggung Livya, besok dia tidak dapat melakukan apa pun pada Sean.     

Sean menggeleng.     

"Sutradara Riri Rizal adalah sutradara hebat. Mana mungkin bisa dipanggil untuk menghadiri acara makan bersama begitu saja? Itu sama saja dengan tidak menghormatinya. Sutradara Riri Rizal juga sedang syuting di tempat lain, jadi dia tidak bisa datang. Jangan khawatir. Aku punya cara untuk menangani makan siang besok."     

"Hm."     

Setelah mandi, Sean kembali ke kamar untuk mengenakan pakaiannya sambil berkata pada Maureen, "Sayang, aku ada urusan. Aku mau ke ruang kerja sebentar. Kamu tidur dulu saja."     

"Oh."     

Wajah Maureen jelas terlihat kecewa. Sejak kesalahpahaman yang terakhir kali terjadi tentang Maureen dan Dokter Gunardi, pasangan suami istri ini sudah pisah ranjang selama beberapa hari. Setelah susah payah, pasangan suami istri ini akhirnya berdamai kembali hari ini, tetapi Sean justru akan sibuk bekerja lagi.     

Ketika melihat ekspresi Maureen, Sean tertawa menggodanya.     

"Apa kamu begitu merindukanku karena sudah berhari-hari tidak tidur bersama? Atau, bagaimana kalau aku menemanimu dulu sebentar?"     

Maureen buru-buru menyangkal, "Ck! Aku tidak begitu! Pergi dan urus pekerjaanmu saja sana."     

Setelah itu, Maureen naik ke tempat tidur dan membalikkan tubuhnya ke samping, memunggungi Sean. Sean tidak langsung pergi, tetapi berjalan menuju tempat tidur.     

Ketika mendengar Sean perlahan mendekat, Maureen segera berbalik dengan wajah kegirangan. "Kamu tidak jadi pergi ke ruang kerja?"     

Tanpa diduga, Sean meraih bantal. Dia datang untuk mengambil bantal. Ketika melihat ekspresi bahagia Maureen, Sean tidak bisa menahan tawanya.     

Ck! Ck! Wanita tercantik di Bogor tampaknya sangat tidak bisa berpisah dariku!     

Seketika Maureen merasa malu. Dia buru-buru menutupi wajahnya dengan selimut dan tidak berani menatap Sean. Memiliki seorang suami yang memiliki 'kemampuan membaca pikiran' membuat apa yang dipikirkannya bisa terbaca oleh suaminya. Sungguh menyebalkan!     

Ketika tiba di ruang kerja, Sean menyalakan komputer desktop Mac Pro Apple. Bukan karena keluarga Susetia punya banyak uang, tetapi mereka harus membeli komputer yang paling mahal karena terkadang terkadang Sean melakukan aransemen musik, sementara terkadang Maureen menyunting musik. Semuanya bisa menggunakan ini, jadi mereka memilih komputer dengan kemampuan tertinggi.     

Setelah menyalakan komputer, Sean mulai mencari informasi tentang Livya di Internet. Mudah bagi Sean untuk mengumpulkan berita si bos industri hiburan seperti ini. Begitu memasukkan nama Livya Yaslin, akan ada ribuan berita dan juga banyak gosip.     

Setelah memeriksa sangat lama, Sean menemukan bahwa Livya memiliki seorang ayah bernama Jefri Yaslin. Lebih tepatnya, Jefri adalah ayah angkat Livya. Livya adalah seorang yatim piatu yang dibesarkan oleh Jefri sejak masih kecil.     

Jefri adalah sosok yang sangat penting dalam lingkaran bisnis dunia hiburan tanah air dengan jaringan kontak yang sangat luas. Dia sudah bekerja dalam perusahaan bidang dunia hiburan selama bertahun-tahun.     

Awalnya, perusahaan pendahulu Young Resolute Entertainment adalah perusahaan Jefri. Dua tahun lalu Jefri berusia 60 dan akan pensiun, jadi dia menyerahkan posisi presdir perusahaan pada putri angkatnya, Livya Yaslin.     

Jefri sangat kaya dan romantis. Selain Livya yang merupakan putri angkatnya, dia masih memiliki empat putra dan putri.     

Ada banyak gosip di Internet yang mengatakan bahwa alasan Jefri membesarkan Livya karena orang pintar berkata bahwa gadis ini akan memberinya keberuntungan. Namun, ada yang mengatakan bahwa beberapa kali sesudah Jefri mabuk, dia sudah meniduri putrinya ini.     

Sean tidak tertarik dengan kebenaran hal-hal ini. Dia hanya tahu bahwa semua yang dimiliki Livya sekarang merupakan pemberian ayah angkatnya dan Livya juga sangat mendengarkan Jefri. Artinya, Sean hanya perlu berurusan dengan Jefri, kemudian barulah bisa berurusan dengan Livya.     

Jefri cenderung berada di kelas atas industri hiburan. Dia juga sangat pandai bicara. Aku tebak seharusnya dia sudah pernah mendengar tentang keluarga Yuwono.     

Sean yakin bahwa tanpa mengeluarkan uang sepeser pun, dia bisa menggunakan nama keluarga Yuwono untuk menaklukkan si Jefri Yaslin ini. Namun, pertanyaannya sekarang adalah bagaimana cara menghubunginya. Jefri sendiri orang asli Bogor dan punya rumah di sini.     

Sean tiba-tiba teringat seseorang. Kekasih kakak keduanya, manajer toko mainan mewah FAO dan gadis cantik berpendidikan, Manajer Clarissa. Terakhir kali bertemu, keduanya mengobrol dengan baik. Sean memiliki kesan yang baik padanya. Namun, sekarang dia tahu bahwa Juan ingin membunuhnya, jadi dia merasa tidak ingin berhubungan dengan orang-orang Juan.     

Mungkin aku bisa mendapatkan sesuatu darinya mengenai keberadaan Juan.     

Sesudah berpikir seperti ini, Sean menghubungi Manajer Clarissa.     

"Halo."     

"Kakak Ipar Kedua, apa Kakak sedang sibuk?"     

"Tengah malam begini, seseorang bisa sibuk apa? Kakak keduamu juga tidak ada. Hah…"     

"Apa kakak keduaku tidak memberikan nomor teleponnya padaku?"     

"Tidak ada. Si orang tidak tahu diri itu langsung kabur sesudah bosan bermain-main denganku! Aku tidak akan pernah memaafkannya saat bertemu lagi dengannya!"     

"Eh, ngomong-ngomong, apa kamu mengenal Jefri Yaslin?"     

"Jefri Yaslin? Bos yang terkenal mesum di industri hiburan itu? Mana mungkin tidak kenal! Si tua itu pernah mendekatiku! Hanya saja, aku tidak suka dirinya yang tua, jadi aku tidak menerimanya. Kenapa?"     

Sean terdiam beberapa saat. Rupanya bos industri hiburan benar-benar energik, ya? Sudah berusia 60 tahun, tapi masih mendekati wanita umur 30 lebih?     

"Karena dia mendekatimu, seharusnya kamu memiliki nomor teleponnya, kan? Tolong kirimkan padaku. Aku ada urusan dengannya."     

"Oke, tunggu dulu. Sudah, sudah aku kirim."     

"Terima kasih, Kakak Ipar Kedua!"     

"Tunggu sebentar. Sean, maukah kamu datang dan minum denganku?"     

"Tidak. Aku sudah di rumah. Lain hari saja. Ngomong-ngomong, tiba-tiba aku penasaran. Aku ingin bertanya padamu, apakah di tubuhmu ada nama Kak Juan?"     

Tiba-tiba, gendang telinga Sean mendapatkan pukulan yang keras. Terdengar jeritan dari ujung telepon.     

"Ahhh! Dasar Juan bajingan! Dia mengambil foto dan memperlihatkannya padamu?! Hapus! Hapus sekarang juga!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.