Ingin Kukatakan Sesuatu

Menemukan Kebenarannya!



Menemukan Kebenarannya!

0Sean meninggalkan rumah dan naik mobil ke hotel tempat Gunardi berada.     
0

Gunardi dikurung selama tiga hari. Sean berkata bahwa Gunardi tidak akan diberi makan sampai dia mengatakan yang sebenarnya. Akan tetapi, Sean hanya berkata seperti itu untuk menakutinya dan menyiapkan makanan yang bergizi untuknya setiap hari.     

Ternyata si Gunardi ini cukup punya nyali. Dia hanya makan buah-buahan dan hidangan penutup, sementara makanan yang lain tidak disentuhnya.     

Ketika melihat Sean datang, Gunardi masih saja berkata dengan wajah datar, "Tuan Sean, perkataan saya masih tetap sama. Foto-foto itu bukan milik saya dan saya tidak pernah mengambil foto seperti itu sama sekali. Saya tidak pernah berlaku tidak sopan pada Nona Maureen. Anda dapat memeriksa video setiap kali saya mengobati Nona Maureen."     

Sean membandingkan orang yang ada di dalam foto dengan Gunardi. Kaki pria itu jelas lebih gelap dan lebih kasar daripada kaki Gunardi. Sementara, Gunardi adalah orang yang sangat putih dan lembut. Dia tidak pernah melakukan pekerjaan berat dan biasanya juga tidak berolahraga. Karena itu, pada dasarnya dapat dinilai bahwa Gunardi tidak bersalah.     

"Ayo pergi, Dokter Gunardi," kata Sean pada Gunardi.     

"Ke mana?" tanya Gunardi, "Apakah Anda sudah percaya pada saya?"     

Sean mengangguk. "Pergi ke rumahmu. Kamu tidak ingin tahu siapa yang menjebakmu dan siapa yang sudah mempermainkanku?"     

...     

Akhirnya Sean dan Gunardi sama-sama tiba di rumah Gunardi.     

Sean sangat yakin bahwa tidak ada kejahatan yang sempurna. Seseorang sudah mengunjungi rumah Gunardi dan meletakkan foto, jadi pasti akan meninggalkan beberapa jejak.     

Pertama, pintu rahasia di samping tempat tidur Gunardi tidak mudah ditemukan. Setidaknya dibutuhkan beberapa puluh menit untuk menemukannya. Kedua, setelah menemukannya, masih harus meletakkan foto tersebut.     

Itu artinya, setelah orang ini pergi, dia mencari seorang wanita dengan tubuh yang mirip dengan Maureen untuk difoto, kemudian datang untuk kedua kalinya. Jika datang dua kali berturut-turut, akan ada kemungkinan lebih besar untuk meninggalkan jejak.     

Gunardi memasuki rumahnya dan bertanya, "Apa perlu saya pergi ke pengelola perumahan dan meminta video pengawasan CCTV beberapa hari terakhir atau semacamnya?"     

"Bagi para ahli, hal yang paling dicemaskan adalah CCTV dan mereka paling pandai tidak tertangkap CCTV. Soal CCTV dan sidik jari, dia akan sangat berhati-hati terhadap hal-hal ini," kata Sean.     

Sean sedang berjalan ketika tiba-tiba mencium bau aneh. "Bau apa yang begitu busuk ini?"     

Seketika Gunardi merasa malu dan buru-buru maju untuk menunjuk tempat sampah sambil berkata, "Maaf. Saya terlalu malas. Tempat sampah ini sudah lama penuh dan saya lupa untuk membuangnya."     

"Tumpahkan isi tong sampahnya," kata Sean.     

"Hah?"     

Gunardi sedikit enggan. Tempat sampah berisi benda-benda yang sangat kotor, jadi untuk apa mengeluarkannya? Semua tempat sampah di rumah Gunardi canggih dan tertutup. Selain itu, ini bukan jenis tempat sampah yang sampah di dalamnya bisa dilihat langsung.     

Gunardi tetap mengosongkan isi tempat sampah dan semua orang langsung menutup hidung mereka.     

John berkata dengan muram, "Dokter Gunardi, Anda terlihat seperti orang yang menyukai kebersihan, tapi lihat! Sudah berapa lama Anda meletakkan telur busuk ini di sini dan masih tidak juga membuangnya?"     

Gunardi merasa sangat malu. Namun, Sean tidak peduli dengan hal-hal ini. Dia menendang semua sampah dengan kakinya dan menemukan puntung rokok di dalamnya.     

"Dokter Gunardi, apa Anda merokok?" tanya Sean.     

Gunardi segera menyahut dengan emosi, "Saya tidak merokok! Puntung rokok ini jelas bukan milik saya!"     

Memang benar-benar ada sesuatu yang ditemukan!     

Sean segera berjongkok dan mengambil puntung rokok itu. Merek rokoknya adalah Marlboro, sementara pada puntung rokok itu tertulis sebuah kata, 'Juan'.     

"Juan! Ini Kakak Kedua!"     

Tiba-tiba Sean teringat bahwa bertahun-tahun yang lalu, dia dan kedua kakaknya keluar untuk bersenang-senang sesudah melakukan pelatihan, lalu membeli sebungkus rokok. Itu pertama kalinya Juan belajar merokok, jadi dia menulis nama 'Juan' dengan pena di setiap rokoknya.     

Sean langsung bertanya mengapa dia menulis namanya di rokok. Juan menjawab, "Rokok itu seperti wanita. Aku harus memberi mereka tanda eksklusif. Aku tidak hanya harus menulis namaku di rokok, tapi kelak aku juga akan menulis namaku pada tubuh wanita tercantik di dunia! Haha."     

Baik Sean dan Tian memakinya, "Mesum!"     

Menurut kebiasaan Juan, setiap rokok yang diisapnya dan setiap wanita yang tidur dengannya akan ditulisi namanya.     

"Tuan Muda Sean... Ini… Benar-benar dilakukan kakak kedua Anda?"     

John tidak bisa memercayainya. Dia belum pernah bertemu kakak kedua Sean. Setelah melihat kakak tertua Sean, John merasa kakak tertua Sean itu sangat mengesankan dan sangat penasaran dengan kakak kedua Sean. Pada saat yang sama, hati John juga merasa gundah. Bagaimana jika kakak kedua Sean melawan Sean?     

"Itu dia. Dia pasti sudah tahu bahwa Kak Tian sedang menyelidiki Maureen, jadi dia sengaja meletakkan barang-barang ini di rumah Dokter Gunardi terlebih dahulu. Hanya untuk membuat Kak Tian memberitahuku bahwa ada yang salah dengan Maureen. Kemudian, aku akan berbalik melawan keluarga Susetia dan kemungkinan bisa mati di tangan keluarga Susetia," kata Sean.     

Sean menyimpulkan, "Tujuan dari apa yang dilakukannya adalah membuat aku dan keluarga Susetia bermusuhan, lalu meminjam tangan keluarga Susetia untuk menyingkirkanku!"     

John sontak menelan ludahnya dan bertanya, "Kakak kedua Tuan Muda Sean… He… Hebat atau tidak?"     

John jelas sedikit takut. Takut tidak bisa melawannya!     

Tepat pada saat ini, telepon Sean berdering.     

"Halo."     

"Sean, ini Kakek."     

Bukan kakek Sean yang menelepon, melainkan kakek Maureen.     

"Tuan Suhendra, ada apa?"     

"Datanglah kemari untuk makan malam. Ada yang ingin Kakek katakan padamu."     

"Baik."     

Begitu banyak hal telah terjadi baru-baru ini dan Suhendra juga seharusnya tahu. Sean juga ingin memberinya penjelasan.     

...     

Ketika datang ke rumah Suhendra, Sean dan Suhendra makan biasa, kemudian pergi ke ruang kerja Suhendra.     

"Dengar-dengar kamu membawa Sisi untuk melakukan tes DNA lagi?" tanya Suhendra.     

Sean menundukkan kepalanya. "Ya, maafkan saya. Seharusnya saya tidak mencurigai cucu Anda. Kali ini saya jatuh ke dalam perangkap orang lain."     

Suhendra berkata dengan nada tenang, "Kakek juga sudah sedikit mempelajari tentang masalah ini. Sebagai seorang laki-laki, tidak mungkin bagi siapapun untuk tidak marah ketika mereka melihat foto-foto itu. Sebelumnya Kakek juga khawatir Maureen akan terlalu dekat dengan si Gunardi itu. Tapi, Kakek, Nenek, ayah, dan ibunya semuanya memiliki karakter yang sangat baik, jadi Kakek pun tenang."     

"Sean, Kakek tidak menyalahkanmu atas masalah kali ini. Bagaimanapun juga, mantan istrimu pernah melakukan hal seperti ini padamu, jadi normal bagimu untuk menjadi sensitif. Selain itu, setelah kamu mencurigai Maureen sudah berbohong padamu, kamu tidak memukulnya dan kamu juga tidak mengatakan hal-hal yang keterlaluan," tambah Suhendra.     

Suhendra melanjutkan, "Kakek dengar dari Maureen, kamu bilang meski Sisi bukan putrimu, kamu tetap berencana untuk membesarkannya sebagai putrimu sendiri. Kakek sangat senang! Sean, sepertinya kamu benar-benar sudah menganggap Maureen dan Sisi keluargamu."     

Sean tidak berkomentar. Memang dalam waktu sesingkat itu, Sisi dan Maureen sudah menjadi anggota keluarga yang sudah tidak bisa dilepaskan begitu saja bagi Sean.     

"Apakah kamu sudah tahu siapa yang sudah mempermainkanmu?" tanya Suhendra lagi.     

Sean ragu-ragu sejenak, tetapi tidak menyebut nama Juan.     

Tanpa diduga, Suhendra tersenyum dan bertanya, "Apakah itu kakak keduamu, Juan?"     

Sean terkejut. Bagaimana bisa Suhendra tahu?!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.