Ingin Kukatakan Sesuatu

Giana, Kamu Ingin Membuatku Marah?!



Giana, Kamu Ingin Membuatku Marah?!

0Sean terdiam beberapa saat.     
0

"Apa urusannya denganmu jika aku melakukan hal yang bersalah pada Chintia? Memang ada hubungannya denganmu? Jangan berpura-pura memiliki hubungan yang baik dengan Chintia di depanku. Kamu berselisih dengannya bukan hanya baru sehari dua hari saja!"     

Giana membuat Sean tidak habis pikir. Setiap orang berhak memarahi Sean karena sudah melakukan bersalah pada Chintia. Namun, hanya Giana yang tidak berhak melakukannya.     

Sean masih ingat saat Giana merebut kantor Chintia dan memaki Chintia sebagai rubah betina yang tidak tahu aturan.     

"Kami senasib sepenanggungan. Dulu aku memang tidak menyukai Chintia, tapi sekarang aku merasa dia sama menyedihkannya denganku! Kami berdua ditipu bajingan sepertimu!" sergah Giana.     

"Selama ini, kamu selalu memandang rendah diriku yang mencintai uang. Kamu berpura-pura menunjukkan bahwa cinta tidak ada hubungannya dengan uang atau kedudukan. Ternyata? Kalian keluarga Yuwono memandang rendah diriku yang berasal dari keluarga kelas tiga. Itu sebabnya kamu tidak memilihku. Karena orang tua Chintia sudah meninggal dan bahkan tidak punya rumah, kamu juga tidak memilih dia," tukas Giana.     

Giana memaki, "Akhirnya kamu memilih keluarga Susetia yang memiliki nama di Indonesia! Karena keluarga Susetia dapat membantumu di Indonesia! Kamu meninggalkan Chintia dan memilih keluarga Susetia demi keuntungan. Atas dasar apa kamu memarahiku!?"     

Sean sangat marah. Bisa-bisanya Giana mengatakan bahwa Sean menikahi Maureen demi keuntungan.     

Di Indonesia, kekuasaan keluarga Susetia memang lebih kuat daripada keluarga Yuwono. Jika menjadi menantu keluarga Susetia, Sean tidak perlu lagi khawatir asetnya dibekukan atau diselidiki. Tapi, Sean tidak pernah berpikir untuk terlibat dengan keluarga Susetia.     

"Omong kosong! Jangan samakan aku denganmu! Aku peringatkan padamu, cepat bawa anak-anakmu kembali ke Jakarta dan jangan tinggal di rumah keluarga Susetia lagi!" bentak Sean.     

Giana mendengus dingin. "Kenapa aku harus pergi? Ibu mertuamu sendiri yang mengundangku untuk tinggal di rumah keluarga Susetia. Ayah Mertua dan Ibu Mertua, semuanya menyukaiku!"     

Melihat gaya Giana yang sok, Sean tidak bisa menahan diri dan mengulurkan jarinya untuk menekan-nekan kepala Giana sambil berkata, "Dasar dungu! Kamu sudah bercerai tiga kali! Bagaimana bisa kamu masih berhalusinasi untuk menikah dengan keluarga kaya?"     

"Ketika orang dari keluarga Susetia menikah, mereka sangat mementingkan status sosial yang sepadan karena pernikahan hanya untuk keuntungan keluarga. Sama sekali tidak mungkin bagimu untuk menikah dengan keluarga Susetia. Alasan Lianny menahanmu adalah karena dia ingin menggunakanmu untuk membuatku marah. Aku sudah mematahkan kaki putranya, jadi dia selalu membenciku. Paham tidak?" tukas Sean.     

Giana menghentakkan kakinya dengan marah.     

"Jangan menekan-nekan kepalaku dengan jarimu! Aku bersedia dimanfaatkan orang lain! Apa pedulimu? Aku akan tetap tinggal di sini! Aku memang ingin membuatmu marah! Dasar bajingan!"     

Sambil berkata demikian, Giana memukulkan tangan putih dan lembutnya ke tubuh Sean dengan keras sebanyak dua kali, lalu pergi dengan marah. Sean melihat punggung yang tidak asing baginya dan sontak menghela napas berat,     

"Giana… Giana… Apa di kehidupanku yang sebelumnya, aku menggali kuburan leluhurmu atau memperkosa seluruh keluargamu? Kenapa kamu terus-menerus menghantuiku?!"     

Setelah mencuci tangannya, Sean turun untuk makan.     

Sean, Maureen dan Giana duduk di meja makan yang sama dan makan bersama. Keduanya masing-masing adalah istri dan mantan istri Sean, sekaligus wanita dengan kecantikan teratas di Indonesia.     

Suasana di meja makan segera menjadi sulit dipahami. Dapat dilihat bahwa Giana dibanding-bandingkan dengan Maureen dalam hal cara makan dan cara berbicara.     

Martin yang duduk di kursi utama pun memandang Maureen dan Giana yang berada di kiri dan kanan, kemudian sontak berkata, "Giana dan Maureen benar-benar mirip. Akan lebih bagus jika kamu adalah putriku juga."     

Lianny turut tersenyum dan menimpali, "Ya! Pertama kali melihat Giana, aku juga merasa sangat dekat, seperti melihat putriku sendiri."     

Giana sangat senang. "Saat bertemu Om dan Tante, aku juga merasa sangat dekat, seperti orang tua sendiri!"     

Sean mendengus ringan meskipun tidak berbicara. Namun, melihat kecantikan tingkat atas Giana dan Maureen, dia juga sontak merasa dirinya sangat beruntung.     

Aku sudah menikahi dua wanita tercantik di Indonesia.     

Pada saat ini, tiba-tiba Martin bertanya, "Sean, Ayah ingin mengundang kakakmu makan malam di rumah. Apa dia ada waktu?"     

Sean mengeluarkan ponselnya dan berkata, "Akan aku tanyakan padanya."     

Sean mengirim pesan pada Tian. Tidak lama kemudian, Tian membalas.     

"Ayah, malam ini kakakku akan makan dengan Pangeran, jadi sepertinya dia tidak bisa datang," Sean memberi tahu.     

Martin tersenyum. Dia juga tahu Tian datang bersama keluarga kerajaan Inggris sehingga dia menjawab, "Oke, tidak apa-apa. Menemani Pangeran lebih mendesak."     

Marvin sangat tidak suka dan tiba-tiba bernyanyi, "Anggur Istana ratusan ribu secangkir. Bagaimana rasanya? Biar aku beritahukan padamu…     

Baik Giana mapun Lianny tidak bisa menahan tawa. Tetapi, Maureen tahu adiknya sedang menyindir, jadi dia tidak tertawa. Sementara, karena Sean belum pernah mendengarnya, dia tidak tahu apa yang Marvin bicarakan.     

"Padahal sebenarnya hanya air yang direbus!"     

"Hahahaha…"     

Satu keluarga semuanya gila.     

Sean mengabaikannya. Tadi malam dia kelelahan, jadi dia makan tanpa henti untuk memulihkan kekuatannya.     

Waktu berlalu dengan cepat dan sekarang sudah pukul sembilan malam lewat. Sean juga baru selesai makan malam di sini. Awalnya dia berencana berada di sini sampai sore, lalu pulang setelah makan malam. Namun, tidak disangka, hujan semakin deras.     

"Sean, di luar hujan terlalu deras. Tidak aman untuk mengemudi. Kamu dan Maureen tidak boleh kembali malam ini. Tinggallah di sini semalam. Lantai dua adalah kamar Maureen," kata Martin.     

"Baik."     

Sean tidak menolak. Dia tidak menolak tinggal bersama ayah mertua dan ibu mertuanya. Hanya ada satu hal yang membuatnya merasa tidak nyaman, yaitu karena Giana juga tinggal di sini. Tidak hanya itu, kamar Giana dan Marvin juga ada di lantai dua, berseberangan dengan kamar Sean dan Maureen.     

Setelah Sean membujuk putrinya, Sisi, untuk tidur di kamar pengasuh, dia kembali ke kamarnya.     

Pukul 11 ​​malam, semua orang kembali ke kamar masing-masing untuk tidur. Namun, tiba-tiba ada dua ketukan di pintu di luar kamar Sean dan Maureen.     

Sean dan Maureen saling memandang. Sean yang melihat Maureen sudah mau tidur pun berkata, "Aku buka pintu dulu."     

Ketika membuka pintu, ternyata itu Giana. Sean pun bertanya, "Ada apa?"     

Giana mengenakan piyama Chanel, dengan aroma yang paling dikenal Sean, dan berkata, "Ingin meminjam sesuatu dari kalian."     

"Pinjam apa?" tanya Sean lagi.     

Giana menjawab, "Barang yang digunakan di malam hari! Kami juga mau menggunakannya, tapi kami belum membelinya."     

Sean tidak tahu mengapa. "Omong kosong apa yang kamu katakan?!"     

Begitu mengatakannya, Sean menyadari apa yang akan dipinjam Giana. Tiba-tiba dia mengamuk, "Giana, kamu sengaja ingin membuatku jijik? Jangan meminjamnya dariku! Kami tidak punya!"     

Setelah mengatakan itu, Sean menutup pintu dengan marah.     

"Pelit!" Giana juga pergi dengan marah.     

Setelah kembali, Maureen yang melihat Sean mengamuk pun segera melangkah maju untuk menghiburnya.     

"Suamiku, ada apa? Barang apa yang ingin dipinjam Giana?"     

Sean berkata dengan marah, "Pinjam apanya? Dia sengaja datang untuk membuatku marah!"     

Maureen terus membelai punggung Sean dan menghiburnya.     

"Maafkan aku, sayang. Semuanya karena ibuku yang sengaja menyuruh Giana tinggal di sini untuk membuatmu marah. Besok kita pergi dan tidak tinggal di sini lagi, oke?"     

"Ya." Sean memegang tangan Maureen. Dia sangat senang istrinya sangat dapat memahaminya dan memikirkannya dalam segala hal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.