Ingin Kukatakan Sesuatu

Giana Membuat Keributan!



Giana Membuat Keributan!

0Apa yang ibu Maureen coba lakukan?     
0

Sean mengerutkan keningnya. Dia tahu bahwa ibu mertua barunya sangat membencinya karena Marvin. Tapi, dia tidak menyangka bahwa ibu mertua barunya ini ingin mempermalukannya di pesta pernikahan.     

Hari ini Lianny juga berdandan sangat cantik. Sambil memegang mikrofon, dia berkata kepada para tamu, "Semuanya, terima kasih sudah datang ke pernikahan putri saya, Maureen Susetia, dan menantu laki-laki saya, Sean Yuwono. Mungkin beberapa teman belum tahu bahwa pernikahan hari ini sepenuhnya diadakan keluarga Susetia kami. Selain itu, setelah menikah, Sean akan masuk tinggal di rumah keluarga Susetia!"     

Di luar aula, seketika John dan Wawan merasa kesal.     

"Apa maksud wanita tua ini harus menekankan mengenai Tuan Muda Sean yang masuk tinggal di rumah keluarga Susetia setelah menikah? Bukankah dia ini jelas-jelas ingin mempermalukan Tuan Muda Sean?"     

Ekspresi Sean tetap tenang. Dia sama sekali tidak peduli dengan pandangan semua orang di tempat kejadian. Hanya orang miskin yang akan peduli jika orang lain tidak menyukainya karena miskin. Sementara, orang kaya sama sekali tidak akan peduli dengan bagaimana orang memandangnya.     

Lianny melanjutkan, "Tentu saja menantu laki-laki saya juga sangat baik. Sebelumnya dia juga presiden direktur sebuah perusahaan terkemuka dan juga pernah berada di masa-masa yang gemilang."     

Para tamu berbisik satu demi satu. Banyak orang tidak tahu Sean menjabat sebagai Presiden Direktur perusahaan apa.     

Lianny berkata, "Karena pernikahan ini sepenuhnya diadakan keluarga Susetia, tentu saja pernikahan ini akan berbeda dari biasanya. Sebagai ibu Maureen, saya sudah membuat beberapa persyaratan untuk menantu laki-laki saya."     

"Pertama. Setelah masuk dan tinggal di rumah keluarga Susetia kami, dia akan bertanggung jawab memberi makan putri saya dan anaknya tiga kali sehari serta mengurus kehidupan sehari-hari mereka. Menantu, apa kamu bersedia?"     

Beberapa waktu lalu, memang inilah yang dilakukan Sean, jadi dia mengangguk dan menjawab, "Saya bersedia."     

Lianny melanjutkan, "Kedua. Setelah masuk dan tinggal di rumah keluarga Susetia, kamu tidak boleh memiliki teman lawan jenis, harus pulang sebelum jam sepuluh malam, dan tidak diperbolehkan makan atau menonton film sendirian dengan lawan jenis. Apa kamu bersedia?"     

Setelah para tamu mendengarnya, banyak dari mereka tertawa. Apakah untuk menjadi menantu keluarga Susetia, hal-hal seperti ini juga harus diatur?     

Sean terdiam beberapa saat, tetapi mengangguk juga. "Saya bersedia."     

Lianny melanjutkan, "Ketiga. Setelah menikahi putri saya, kamu tidak diperbolehkan memeriksa ponsel putri saya, buku harian, dan barang-barang pribadi lainnya tanpa izin. Putri saya boleh makan dan menonton film dengan lawan jenis sesuka hatinya dan boleh tidak pulang, tetapi kamu tidak boleh keberatan."     

Begitu syarat ketiga disebutkan, suasana segera menjadi heboh.     

"Sinting! Syarat untuk menjadi menantu yang masuk dan tunggal di rumah keluarga Susetia benar-benar hebat. Bukankah ini sama saja melarang pihak laki-laki untuk tidak bertemu wanita lain, sementara maksudnya pihak wanita boleh bertemu laki-laki sesuka hatinya?"     

"Benar! Nona Maureen bisa tidak pulang ke rumah, tapi suaminya tidak boleh mempertanyakannya. Bukankah ini terlalu menjengkelkan?"     

"Hehe. Apa aku bilang? Menjadi menantu yang tinggal di rumah keluarga Susetia, mana mungkin semudah itu?"     

Sementara di atas panggung, sebelum Sean sempat menjawab, Maureen marah dan berbisik pada ibunya, "Bu! Syarat apa yang Ibu sebutkan ini!?"     

Seharusnya pernikahan adalah acara yang romantis, tetapi ibu Maureen merubahnya menjadi seperti ini. Maureen benar-benar kesal setengah mati.     

Lianny mengatakan ini seolah-olah Maureen benar-benar akan berkencan dengan entah pria mana setelah menikah dan benar-benar ingin selingkuh. Dia agak merasa beberapa tamu di pesta sudah menganggapnya begitu.     

Suhendra juga sangat marah, "Apa yang dilakukan Lianny?! Hal konyol apa yang dia ucapkan?! Martin, cepat tarik istrimu kemari! Jangan biarkan dia membuat malu di atas panggung!"     

Marvin yang berada di kursi roda tertawa terbahak-bahak. Dia tahu ibunya sengaja berkata seperti ini untuk membuat Sean muak.     

"Haha. Jika Sean diselingkuhi lagi, itu akan sangat luar biasa! Hahaha."     

Marvin tahu mantan istri Sean, Giana Wangsa, sudah mengkhianati Sean. Jika ini terjadi lagi, perasaan Sean pasti akan hancur lebur.     

Pada saat ini, Martin perlahan bangkit dari tempat duduknya. "Baik, Ayah."     

Tepat ketika Martin hendak naik ke atas panggung dan menarik Lianny turun, seorang wanita cantik tiba-tiba berdiri dari kursi tamu dan berteriak ke panggung, "Sean, bukankah kamu terlalu tidak berguna?! Bukannya menjadi Tuan Muda keluarga Yuwono, kamu malah menjadi menantu parasit orang lain. Apa kamu tidak malu?!"     

Orang yang berbicara adalah Giana!     

"Giana?"     

Sean tercengang ketika melihat Giana. Dia sama sekali tidak pernah menyangka akan bertemu dengan mantan istrinya di hari besar pernikahannya.     

Pernyataan Giana pun membuat suasana ricuh.     

"Oh? Siapa ini? Beraninya mengganggu acara pernikahan keluarga Susetia? Bukankah dia terlalu pemberani?"     

"Wanita ini sangat cantik! Apa jangan-jangan dia kemari untuk merebut mempelai laki-laki?"     

Pada saat ini, ketika melihat Giana ingin membuat masalah, John segera bergegas meraih Giana dan ingin menyeretnya pergi. Namun, Giana berjuang untuk membebaskan diri.     

"Lepaskan aku! Sean sudah merusak dua pernikahanku! Memangnya kenapa kalau aku merusak pernikahannya satu kali?!"     

Sean sontak teringat saat Giana dan Cahyadi menikah. Karena kemunculan Sean dan pengungkapan statusnya sebagai pemilik Grup Citra Abadi, pernikahan terhenti di tengah-tengah dan tidak dilanjutkan. Ketika Giana dan Yoga menikah, karena Sean mengungkap skandal Yoga, Yoga ditikam dan pernikahan juga tidak berlanjut. Tampaknya Giana ingin membalas dendam pada Sean.     

Sean turun dan menegur Giana, "Giana, kamu gila? Untuk apa kamu datang ke sini?"     

Giana berkata dengan penuh percaya diri, "Kenapa aku tidak bisa datang ke sini? Aku sudah melahirkan seorang putra untukmu. Kamu menikah, tapi bahkan tidak memberi sedikit pun penjelasan padaku. Bagaimana kalau nantinya kamu mengabaikan putraku?!"     

Begitu pernyataan ini disebutkan, suasana pesta semakin ricuh.     

"Apa? Pengantin laki-laki punya anak bersamanya? Ini mantan istrinya?!"     

"Bocah ini benar-benar beruntung! Bahkan kecantikan mantan istrinya benar-benar tiada tara!"     

"Haha! Benar-benar sangat seru! Entah akan bagaimana akhirnya."     

Pada saat ini, tiba-tiba Maureen si mempelai wanita dengan perlahan berbicara, "Nona Giana, halo. Senang bertemu dengan Anda. Maafkan saya karena tidak mengirimi Anda undangan pernikahan secara langsung."     

"Mengenai anak Anda bersama suami saya, Anda tenang saja. Saya sebagai putri keluarga Susetia menjamin bahwa saya akan menganggapnya sebagai anak saya sendiri dan memberikan kehidupan yang terbaik untuknya," kata Maureen.     

Para tamu terkagum-kagum.     

"Dia memang pantas menjadi Nona Muda Susetia! Benar-benar berwibawa!"     

"Meskipun Maureen dan si Giana ini sama-sama cantik, pembawaan diri mereka, cara bicara, dan sikap mereka benar-benar jauh berbeda!"     

"Hehe. Bagaimana bisa seorang wanita dari keluarga kelas tiga dibandingkan dengan wanita tercantik di Bogor kita ini?"     

Sementara para tamu terpana, Giana tercekat.     

"Kamu…"     

Giana juga tidak bisa berkata-kata. Dia benci kemurahan hati Maureen. Itu membuatnya merasa Maureen sangat munafik.     

Pada saat ini, Marvin datang ke meja Giana dengan kursi rodanya. Dia menyeret Giana kembali ke kursinya dan membentaknya, "Giana, apa kamu gila? Beraninya kamu menghancurkan pernikahan kakakku?! Duduk sekarang juga! Jika tidak, aku akan mengambil kembali uang 3 triliun yang kuberikan padamu!"     

Giana menggigit bibirnya dan mau tidak mau duduk dengan patuh.     

Pada saat ini, untuk meredakan kekacauan, Suhendra bahkan berjalan ke atas panggung secara langsung. Saat dia berbicara, situasi yang awalnya kacau tiba-tiba menjadi sunyi. Tidak ada yang berani berbicara lagi, bahkan banyak orang yang menutupi mulut anaknya karena takut anaknya bicara sembarangan! Ini adalah kemampuan Suhendra untuk mengintimidasi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.