Ingin Kukatakan Sesuatu

800 Orang Menerobos Rumah Keluarga Laksono!



800 Orang Menerobos Rumah Keluarga Laksono!

0Pria botak ini adalah mantan pemimpin mafia di Jakarta, John.     
0

John sudah dibebaskan. Sesudah Wawan pergi ke Surabaya, dia menemukan John. Setelah itu, mereka pergi ke Thailand lagi dan mengumpulkan lebih dari 800 orang yang diam-diam dilatih Andy di Asia Tenggara, kemudian pergi ke Bogor untuk menunggu perintah Sean.     

Siapa yang menyangka ketika tiba di Bogor, mereka mendapati Sean dalam kesulitan. Bagaimana mungkin John, dengan temperamen meledak-ledaknya, bisa diam saja?     

John berteriak keras dalam bahasa Thailand, "Semuanya! Ikut aku menyelamatkan Tuan Muda Sean. Siapa pun yang berani menghentikannya, bunuh!"     

"Baik!"     

———     

Sean seorang diri menghadapi ratusan orang di kediaman keluarga Laksono di Raffles Ville. Hanya saja, dia masih tidak menyerah dan ingin buru-buru masuk.     

Sebagai bos yang rasional, Sean harus menunggu Wawan tiba sebelum bertindak. Tetapi, sebagai seorang ayah, jika dia terlambat satu detik saja, putrinya akan disiksa selama satu detik lagi.     

Bak! Buk! Bak! Buk!     

Sean melawan sepuluh orang sendirian. Dia menjatuhkan mereka semua ke tanah. Ini sudah 'sepuluh orang' kesekian.     

Prok! Prok! Prok!     

Bedjo menghisap sebatang rokok, lalu bertepuk tangan dan berkata sambil tertawa, "Boleh juga! Boleh juga! Pukulan yang bagus! Pukulan yang hebat! Pertarungan yang bagus! Haha! Tambah sepuluh orang lagi untuk memukulnya! Aku mau lihat, dia bisa melawan sampai kapan!"     

Bedjo tidak membiarkan ratusan orang ini menyerang Sean bersama-sama. Tidak lebih, tidak kurang. Dia hanya mengutus sepuluh orang untuk melawan Sean.     

Awalnya Sean dapat dengan mudah mengalahkan kesepuluh dari mereka seorang diri. Tetapi, lama kelamaan kekuatan fisiknya menurun dan tubuhnya dipukuli dari waktu ke waktu. Ditambah lagi, dia mencemaskan putrinya.     

Setelah tiga puluh menit, Sean sudah tidak bisa bertahan. Dia meletakkan tangannya di tanah dan hampir berlutut di tanah. Dia sudah mengalahkan seratus orang, tetapi kekuatan fisiknya sudah hampir habis.     

Bedjo, yang duduk di sebelah, memberikan perintah, "Singkirkan orang tidak berguna ini! Tambah sepuluh orang lagi untuk melawannya!"     

Tidak lama kemudian, lagi-lagi sepuluh orang muncul di depan Sean.     

Sean terjatuh. Dia melihat bahwa di belakang sepuluh orang di depannya, terdapat juga sekelompok besar orang yang tidak terhitung jumlahnya. Sepertinya ada sekitar seribu atau dua ribu orang.     

Sean tahu tidak mungkin baginya untuk membunuh 2.000 orang sendirian. Dia tidak akan memukul lagi. Dia sudah setengah gila dan bergegas ke gerbang rumah keluarga Laksono, tetapi berhasil dihentikan oleh orang-orang dari keluarga Laksono.     

"Lepaskan aku! Biarkan aku masuk!" teriak Sean.     

Bedjo tertawa dan berkata, "Oh, Tuan Sean yang agung. Tuan Sean yang mulia. Tuan Sean si pahlawan. Kenapa tidak melawan lagi? Ayo terus pukul! Aku sudah menyiapkan 2.000 orang di sini. Mau masuk? Itu tidak mungkin! Rumah Tuan Muda Chevin bukanlah rumah yang bisa dimasuki orang sepertimu."     

Sean sudah hampir gila. "Aku akan membunuhmu! Aku akan membunuh seluruh keluarga Chevin!"     

Bedjo mendengus dingin. "Entah dalam keadaan hidup atau mati, bahkan hanya memasuki gerbang saja kamu tak akan bisa! Masih ingin menghabisi seluruh keluarga Laksono? Pergi makan kotoran saja kamu!"     

"Saudara-saudaraku, beri dia pelajaran! Tuan Muda Chevin berkata bahwa kelompok beranggotakan sepuluh orang yang bisa mengalahkan Sean lebih dulu, masing-masing akan diberi hadiah 2 miliar!"     

"Baik!"     

Mendengar ada hadiah, mereka semua bersemangat dan segera mengepung Sean. Namun, pada saat ini, suara yang akrab terdengar berseru, "Siapa yang berani menyentuh tuanku?!"     

Ketika Sean mendengar ini, dia menoleh dan melihat bahwa orang itu John. Tidak hanya John, tetapi juga Wawan.     

Di belakang keduanya, ternyata terdapat sekelompok besar pria asing berkulit gelap. Orang-orang berkebangsaan asing ini semuanya memiliki tubuh yang kuat dan garang. Mereka terlihat seperti orang yang sudah sering bertarung dan membunuh. Benar-benar preman profesional.     

Tiba-tiba, Bedjo berdiri karena terkejut. "Sial! Kenapa ada begitu banyak orang dari Asia Tenggara? Mereka muncul dari mana?"     

———     

Pada saat ini, Lubis datang ke kediaman Suhendra dan memberitahu penjaga yang dibawanya di gerbang, "Jika ada orang dengan wajah Asia Tenggara yang muncul, segera tangkap!"     

"Baik!"     

Lubis perlahan memasuki kamar Suhendra dan berseru dengan hormat, "Tuan, saya telah memperkuat keamanan di sekitar Anda. Mereka yang datang tidak boleh diremehkan. Orang-orang yang saya kirim hampir mereka musnahkan dalam sekejap. Mereka kuat. Selain itu, entah mereka punya senjata atau tidak, saya khawatir mereka datang untuk Anda, jadi saya secara khusus datang ke sini."     

Suhendra melihat komandan favoritnya dan berkata dengan puas, "Lubis, kamu sangat perhatian. Tapi, saya baru saja menerima telepon dari Libra. Dia bilang sekelompok orang itu pergi ke rumah keluarga Laksono."     

Lubis terkejut. "Rumah keluarga Laksono? Apakah pergi menuju rumah keluarga Laksono? Keluarga Laksono yang akan menjadi besan Anda itu?"     

Suhendra mengangguk sambil tersenyum. "Jika tebakanku benar, orang-orang ini pasti orang-orang Sean. Sepertinya hari ini keluarga Laksono kurang beruntung!"     

———     

Pada saat ini di Raffles Ville, John dan Wawan memimpin 800 orang menghabisi orang-orang di gerbang rumah Chevin.     

Gerbang rumah mewah ini sudah sejak tadi dihancurkan dan semua pohon palemnya sudah dirobohkan ke tanah oleh 800 pasukan ini karena menghalangi. Pohon palem setinggi lebih dari sepuluh meter diinjak orang-orang ini dan dijadikan sebagai senjata mereka.     

"John?" Sean sangat gembira. Dia sudah begitu lama tidak melihat bawahannya.     

John datang ke Sean dan segera berlutut di tanah, "Tuan Muda!"     

Pada saat yang sama, 800 pria tangguh di belakang John semuanya ikut berlutut ke arah Sean dan berkata dalam bahasa Indonesia yang tidak fasih, "Tuan Muda!"     

Suara mereka begitu menggelegar dan semangat mereka begitu luar biasa.     

Bedjo dan bawahan keluarga Laksono semuanya tercengang. Sean, si gelandangan miskin ini, ternyata mampu memanggil begitu banyak orang!     

Sean meraih John untuk membantunya bangkit berdiri, lalu dengan girang bertanya, "Apa kamu baik-baik saja? Di mana Andy?"     

John mengangguk. "Saya baik-baik saja. Setelah pengkhianat menjatuhkan tuduhan palsunya terhadap saya, saya dibebaskan. Tapi, kasus yang dilakukan Tuan Andy di masa lalu terkuak. Bukti-bukti yang ada meyakinkan sehingga dia dijatuhi hukuman satu tahun."     

"Ya."     

John dibebaskan, sementara Andy hanya dihukum satu tahun. Tampaknya Suhendra melakukan sesuai janjinya pada Sean.     

John melanjutkan, "Sebelum saya keluar, Tuan Andy secara khusus mengatakan pada saya agar setelah saya keluar, saya harus pergi ke Asia Tenggara dan mengumpulkan semua sisa 800 preman yang diam-diam dia bimbing di sana. Tuan Andy takut sesuatu akan terjadi pada Anda, jadi dia menyuruh saya mengumpulkan orang-orang ini untuk membantu Anda!     

Sean melihat kerumunan di belakangnya yang tidak dapat dilihat ujungnya. Mata mereka semua memandangnya penuh dengan rasa hormat.     

Seorang pria pemimpin orang-orang Thailand berbicara dalam bahasa Inggris-Thailand yang sangat sulit dipahami, "Tuan Muda Sean adalah tuan dari Tuan Andy, tuan saya, yang sudah bersumpah setia pada Tuan Muda Sean!"     

Sean mengangguk. Andy benar-benar sudah banyak membantunya.     

Sean tidak menunda-nunda lagi. Dia mengangkat tangannya dan berkata dengan keras, "Semuanya, semua masuk bersamaku! Bunuh semua orang yang menghalangiku!"     

"Baik!"     

Suara itu menggema di seluruh bumi dan langit. Sean memimpin 800 orang untuk memasuki rumah Chevin secara paksa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.