Ingin Kukatakan Sesuatu

Jatuh Cinta pada Maureen!



Jatuh Cinta pada Maureen!

0Sean berkata, "Baiklah. Kalau begitu, aku akan coba mandi busa ini. Oh, ya. Aku lihat di sini ada bluetooth speaker. Apakah Maureen juga minum dan mendengarkan musik saat mandi?"     
0

Susi mengangguk. "Ya. Nona suka minum sambil mendengarkan lagu saat mandi."     

"Lagu apa yang paling sering didengarkannya?" tanya Sean.     

"'Cinta Sederhana' Raisa, dan masih banyak lagi. Nanti biar saya yang merapikannya," jawab Susi.     

"Ya."     

"Kalau begitu, saya tidak akan mengganggu Anda. Saya keluar dulu. Jika ada sesuatu, silakan panggil saya."     

"Oke, terima kasih."     

Setelah Susi pergi, Sean pun mulai mandi. Dia berbaring di bak mandi mewah senilai beberapa miliar ini, membayangkan seperti apa Maureen ketika mandi di sini.     

Sean tanpa sadar mengambil gelas anggur merah dan menyesapnya, lalu menghubungkan bluetooth speaker dan memainkan lagu 'Cinta Sederhana', favorit Maureen.     

Sean belum pernah mendengar lagu ini sebelumnya. Dia dibesarkan di luar negeri dan hanya mendengarkan sedikit lagu Indonesia. Tetapi, begitu dia mendengarnya, Sean langsung tertarik dengan lagu ini.     

Lagu cinta yang begitu indah. Selain itu, ini lagu yang dinyanyikan oleh Raisa, penyanyi terkenal di Indonesia.     

Pada saat ini, Sean benar-benar menyadari bahwa dirinya sudah sangat meremehkan kemampuan musik Indonesia. Suara Raisa juga sangat sesuai dengan selera Sean.     

"Tak selalu berbunga-bunga, namun ku pastikan ada… Cintaku yang sederhana, tak perlu mengada-ada. Uh… Biarkan ku yang mempercayaimu... Saat dunia ragukan perasaanmu... Takkan ada yang sulit bagiku. Selama kita jalani bersama…"     

"..."     

Mendengarkan lagu 'Cinta Sederhana' ini, minum anggur merah, membayangkan bahwa Maureen telah melakukan hal yang sama dalam tiga tahun terakhir, mendengarkan lagu dan minum anggur merah sambil memikirkan Sean. Lagi-lagi, Sean teringat akan apa yang dikatakan Maureen di rumah sakit tadi.     

"Sean, peluk aku…"     

Suara Maureen terus melekat di benak Sean dan paras cantiknya terus muncul di depan mata Sean. Hati Sean sepertinya terkena panah asmara.     

Aku… sepertinya… menyukai Maureen.     

"Tidak boleh! Mana bisa aku jatuh cinta pada wanita lain? Chintia adalah tunanganku dan calon pasanganku!"     

Begitu memiliki pemikiran ini, Sean memaksa dirinya untuk berhenti memikirkan Maureen. Meskipun dia tahu kalau sudah jatuh cinta, dia tidak bisa mengelak, tapi dia bisa berhenti memikirkannya dan berubah.     

Masalahnya, keberadaan Chintia tidak diketahui sekarang. Jadi, dia tidak bisa menyukai wanita lain karena itu tidak adil bagi Chintia.     

Setelah Sean mandi, dia pergi ke kamar Maureen. Dia berbaring di tempat tidurnya, memeluk Sisi sambil membacakan dongeng, dan membujuknya untuk tidur. Selama dua hari berikutnya, Sean menemani Sisi 24 jam sehari. Namun, meskipun dia ditemani oleh ayahnya, Sisi selalu bersama ibunya selama tiga tahun terakhir sehingga dia benar-benar sangat ketergantungan dengan Maureen.     

"Ayah, aku merindukan Ibu. Kenapa Ibu masih tidur di rumah sakit? Bisakah Ayah membangunkannya?"     

Air mata mengalir di mata Sisi. Dalam dua hari terakhir, Sean membawa Sisi ke tempat Gunardi. Tetapi, setiap kali ke sana, Maureen hanya terbaring di sana. Sean merasa kali ini Maureen sudah terlalu lama berada di rumah sakit.     

"Sisi, Ayah akan membangunkan Ibu dan memintanya pulang menemanimu!"     

Awalnya Sean merasa tidak enak untuk mengganggu Maureen karena Maureen melakukan hipnotis agar bisa bersamanya di dunia ilusi. Tapi, apapun alasannya sekarang, Sean harus membangunkan Maureen. Bagaimanapun juga, dia adalah ibu Sisi, dia bisa terlena di dunia ilusi dan mengabaikan putrinya yang nyata.     

"Tuan Sean, Anda datang."     

Ketika Gunardi melihat Sean datang, dia berinisiatif untuk menyambutnya. Namun, kali ini, sikap Sean tidak terlalu ramah.     

Sean berkata dengan tegas, "Dokter Gunardi, saya ingin segera membawa Maureen pulang. Sisi sudah sangat merindukan ibunya. Tolong segera bangunkan dia."     

Gunardi diancam oleh Chevin untuk mencuci otak Maureen 24 jam sehari, jadi mana mungkin dia berani membiarkan Maureen pergi? Gunardi bertanya-tanya, "Tidak bisa begitu. Nona Maureen bilang dia ingin dihipnotis selama seminggu."     

"Seminggu berturut-turut? Apakah dia tidak menginginkan putrinya? Saya tidak bisa membiarkan dia menikmati dunia yang tidak nyata seperti ini!"     

Sean mendorong Gunardi langsung dan masuk ke ruang perawatan tempat Maureen berada.     

"Hei, Sean, apa yang kamu lakukan?"     

Gunardi pun segera mengejarnya.     

Di kamar sebelah, Chevin dan Bedjo masih menonton.     

"Sial. Si Sean ini datang lagi!" kata Bedjo kesal.     

Sean berjalan menghampiri Maureen, lalu meraih tangannya dan menjabat tangannya.     

"Maureen, bangun. Jangan terlena dalam dunia ilusi. Sisi sangat merindukanmu."     

Maureen masih dalam keadaan setengah bermimpi dan setengah terjaga. Dengan mata terpejam, dia berbisik pelan, "Sean… Sisi…"     

"Maureen, Maureen!"     

Sean meneriakkan nama Maureen dengan keras. Dia bahkan menepuk wajah Maureen dengan tangannya. Maureen bisa mendengarnya, tetapi tidak bisa bangun. Jika orang biasa, dia pasti akan bangun.     

Sean sangat marah dan berbalik untuk menatap Gunardi. "Obat apa yang Anda berikan padanya? Mengapa dia tidak bangun ketika saya menepuknya?"     

Tiba-tiba Sean merasa Gunardi sedikit menakutkan. Bisa-bisanya memberi Maureen obat semacam ini.     

Dalam keadaannya saat ini, Maureen benar-benar tenggelam dalam dunia ilusi. Tidak peduli bagaimana Sean memukulnya, dia tidak bangun. Dia tidak tahu apakah Sean memukul atau memanggilnya dalam kenyataan. Ini sangat berbahaya karena jika seseorang mengambil kesempatan untuk berbuat jahat padanya, konsekuensinya bisa dibayangkan.     

Gunardi juga ingin Maureen bangun karena Maureen sudah terlalu lama tenggelam dalam dunia ilusi. Tetapi, Chevin sedang menonton dari kamar sebelah, jadi dia tidak bisa melakukannya.     

"Sean, kamu pergi saja. Apa salahnya membiarkan dia tenggelam dalam ilusi? Setelah dia bangun, bisakah kamu memberinya kebahagiaan? Bisakah kamu menikahinya?" tukas Gunardi.     

Sean menunjuk Gunardi dan berkata, "Kebahagiaan palsu bukanlah kebahagiaan sama sekali! Hari ini aku harus membawa Maureen kembali ke dunia nyata!"     

Bedjo di kamar sebelah tertawa dan berkata, "Jika ingin membangunkan Nona Maureen, kamu harus memiliki kemampuan seperti Dokter Gunardi! Obat Dokter Gunardi sangat mujarab. Sepertinya aku juga harus mendapatkan beberapa obat ini darinya untuk bisa dicoba saat bertemu wanita yang aku suka! Hehe."     

Chevin pun merasa sangat percaya diri. Dia mengira selama Gunardi tidak membantunya untuk membangunkan Maureen, Sean pasti tidak akan bisa membangunkannya. Namun, tiba-tiba Sean mengeluarkan sekotak obat dari sakunya, lalu mengeluarkan pil berwarna merah dan memasukkannya ke dalam mulut Maureen.     

Gunardi segera panik dan menarik Sean. "Hei! Obat apa yang kamu berikan pada Nona Maureen?! Kamu tidak diizinkan memberinya obat apapun! Apa kamu ingin membunuhnya?!"     

"Enyah dari hadapanku!"     

Sean mendorong Gunardi ke lantai, kemudian membuat Maureen meminum pil itu.     

Obat-obatan di kotak obat Sean semuanya adalah produk berkualitas tinggi di dunia. Tidak berlebihan jika mengatakan bahwa setiap pil memiliki harga yang tidak ternilai. Semua obat-obatan ini adalah obat-obatan yang diteliti para ahli medis top dunia dan masing-masing tidak dapat dibeli di pasaran. Bahkan para elite papan atas di berbagai negara mungkin tidak bisa menggunakannya.     

Dalam waktu kurang dari satu menit, Maureen perlahan membuka matanya.     

Dia akan bangun!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.