Ingin Kukatakan Sesuatu

Menjalani Kehidupan Maureen!



Menjalani Kehidupan Maureen!

0"Ya."     
0

Gunardi tidak menolak permintaannya dan membawa Sean ke ruang perawatan pribadinya. Pada saat ini, Maureen sedang berbaring di sofa dengan mata tertutup. Bukan sedang tidur, melainkan dihipnotis.     

Gunardi melangkah maju dan berkata pada Maureen, "Sean ada di sini untuk menemui Anda."     

Setelah itu, Gunardi berkata pada Sean, "Anda bisa memegang tangannya."     

Sean berjalan mendekat. Dia juga merasa pemandangan seperti ini sangat luar biasa. Perlahan dia mengaitkan jarinya dengan jari Maureen.     

Terdengar Maureen berkata perlahan, "Sean… Peluk aku…"     

Kata-kata Maureen membuat Sean sangat malu.     

Gunardi menjelaskan pada Sean, "Dia tidak bisa membedakan antara kenyataan dan fantasi sekarang. Jangan keberatan. Lebih baik Anda juga tidak membahas ini di depannya saat dia bangun nanti agar dia tidak malu."     

"Ya…"     

Sean sudah mengerti mengapa Maureen sangat menyukainya. Ternyata dalam beberapa tahun terakhir, entah terjadi sesuatu padanya atau tidak. Maureen mendatangi Gunardi untuk memasuki alam bawah sadarnya. Dalam ilusinya, mereka berdua saling jatuh cinta dan berpelukan berkali-kali!     

Karena Maureen menyukai Sean, itu sebabnya dia ingin memiliki Sean di dunia ilusi. Sean terlalu tidak enak untuk mengganggunya.     

Sean dan Gunardi berjalan keluar dari kamar, kemudian Sean bertanya, "Apakah dia akan tidur di sini malam ini?"     

Gunardi mengangguk. "Malam adalah waktu umum bagi seseorang untuk tidur. Selama periode ini, menuntun alam bawah sadarnya akan jadi lebih efektif. Saya tahu apa yang Anda khawatirkan. Bagaimanapun juga, Nona Maureen adalah wanita yang sangat cantik. Anda pasti khawatir jika dia bersama dengan seorang dokter laki-laki."     

"Di sini saya memiliki CCTV. Besok pagi, saya akan mengirim rekaman CCTV malam ini pada Anda agar bisa Anda periksa.     

"Saya tidak bermaksud begitu," kata Sean.     

Gunardi tersenyum. "Lebih baik Anda lihat saja agar bisa merasa lebih tenang. Saya bukan hanya mengirimkannya pada Anda, tapi juga pada Tuan Muda Chevin."     

Sean tahu Chevin lebih merasa curiga pada Gunardi. Ditambah lagi, Maureen merupakan tunangannya, jadi tentu saja dia lebih memedulikan hubungan di antara Maureen dan Gunardi.     

"Baiklah. Kalau begitu, saya pergi dulu."     

Sean bukan suami Maureen dan bahkan bukan pacarnya. Maureen datang kemari untuk melakukan pengobatan tanpa paksaan, jadi Sean tidak berhak membawanya pergi dengan paksa. Hanya saja, Sean sedikit terkejut. Pria seperti Chevin yang pencemburu juga bersedia mengizinkan Maureen bermalam di sini.     

Sean menduga bahwa setelah Maureen mengusulkan untuk tidur di kamar terpisah saat sudah menikah, kemungkinan Chevin mempertimbangkan untuk membatalkan pertunangan mereka. Jika memang seperti ini, Sean akan sangat senang karena Chevin tidak layak untuk Maureen.     

Setelah meninggalkan rumah sakit, Sean naik taksi pulang ke rumah Maureen. Dalam perjalanan, Sean tidak tahan untuk mengirim pesan pada sutradara yang paling dikaguminya, Christopher Nolan.     

"Kamu tidak pernah bisa membayangkan bahwa plot yang kamu buat di 'Inception' sebenarnya sedang direalisasikan di sebuah rumah sakit mewah di Bogor saat ini. Ada seorang wanita cantik yang bersembunyi di dunia ilusi untuk melarikan diri dari kenyataan, hanya untuk mendapatkanku! Ya Tuhan! Apa kamu percaya? Ini benar-benar tidak bisa dipercaya!"     

Ketika Sean tiba di tujuannya, tepat setelah membayar ongkos taksi, dia menerima pesan dari Christopher Nolan.     

"Shane, kamu terlalu narsis! Cepat cubit wajahmu, siapa tahu kamu sedang bermimpi! Selain itu, cepat tonton film baruku 'Creed'! Di antara kalian bersaudara, hanya kamu yang belum menontonnya!"     

Sean keluar dari mobil dan melihat isi pesannya. "Sial! Bisa-bisanya Nolan menyebutku narsis! Bahkan dia saja tidak percaya hal seperti itu!"     

Sean tersenyum tak berdaya dan berjalan ke rumah Maureen.     

"Ayah!" Ketika Sisi melihat Sean, Sisi langsung bergegas menghampirinya.     

Susi yang sedang membereskan piring pun segera bertanya ketika melihat Sean kembali.     

"Bagaimana? Apa Nona malam ini pulang?"     

Sean menggelengkan kepalanya. "Dia akan tinggal di tempat Dokter Gunardi. Ngomong-ngomong, Susi, apakah sebelumnya Maureen pernah menghabiskan malam dengan Dokter Gunardi sebelumnya?"     

Susi berpikir sejenak, kemudian menjawab, "Dua tahun ini sepertinya tidak. Hanya dari siang sampai sore atau kembali dalam beberapa jam. Ini pernah terjadi tiga tahun yang lalu, terutama sebelum Sisi lahir. Ketika Nona baru hamil, ada kalanya Nona bahkan tinggal di tempat Dokter Gunardi selama beberapa hari!"     

Sean mengangguk. Pada saat itu, keadaan emosional Maureen sedang porak-poranda dan memang membutuhkan perawatan dalam jangka waktu yang lama juga terus-menerus.     

Susi tampaknya mengerti apa yang Sean khawatirkan, jadi dia berkata, "Tuan Muda, Dokter Gunardi adalah laki-laki yang baik. Nona sangat memercayainya. Selain itu, dia tahu latar belakang keluarga Nona, jadi dia tidak berani melakukan apa pun pada Nona."     

Sean tersenyum.     

"Aku tahu." Sean mencubit seonggok daging di wajah Sisi dan berkata, "Sayang, Ibu tidak akan kembali malam ini. Kamu harus menurut dan tidur dengan Kak Susi, oke?"     

Sisi meraih tangan Sean dan merajuk, "Tidak! Aku ingin tidur dengan Ayah!"     

Susi menyahut, "Benar, Tuan Muda. Bagaimana kalau malam ini Anda menginap saja? Lagi pula, Nona juga sedang tidak ada di rumah. Meskipun Tuan Muda Chevin tahu Anda bermalam di sini, dia juga tidak akan mengatakan apa-apa,"     

Sean berpikir sejenak. Ini memang sebuah kesempatan bagiku. Dia juga selalu ingin tidur dengan putriku!     

"Oke. Malam ini Ayah akan menginap di sini."     

"Yey! Ayo, Ayah! Aku mau Ayah membacakan dongeng untukku."     

Sisi meraih tangan Sean dan membawanya ke kamar Maureen. Dia bahkan menyuruh Sean segera melepas sepatunya dan naik ke tempat tidur. Ini adalah kamar tempat Maureen tidur. Mana bisa Sean langsung tidur begitu saja di tempat tidurnya?     

"Sisi, bagaimana kalau kita pindah ke kamar lain?" kata Sean.     

Sisi sangat tidak bersedia. "Jangan… Aku ingin tidur di sini."     

Susi membujuk Sean, "Tuan Muda, Anda tidur di sini saja. Nanti saat Nona pulang, saya hanya perlu tidak memberitahu Nona."     

Melihat Sisi terus memohon, Sean tidak bisa menolak. "Baiklah, tapi aku mandi dulu."     

Sean tidak mandi selama dua hari terakhir karena bekerja sebagai satpam dan juga karena sibuk berlari ke sana kemari. Jika dia tidak mandi dengan bersih terlebih dahulu, mana mungkin dia berani tidur di tempat tidur Maureen?     

"Ya, ya! Saya akan menyiapkan air untuk Tuan Muda," kata Susi dengan gembira.     

"Hei, tidak perlu. Aku hanya mandi biasa saja," tolak Sean, tidak mau merepotkan.     

Hanya saja, Susi bersikeras, "Mana bisa begitu? Tuan Muda menginap di sini, jadi tentu saja saya harus menjamu Anda sesuai dengan standar yang ditetapkan Nona. Silakan tunggu sebentar."     

"Tapi, Susi…"     

Sean tidak bisa berbuat apa-apa. Mungkin pembantu di keluarga besar semuanya memang seperti ini.     

"Tuan Muda, sudah siap."     

Tidak lama kemudian, Susi membawa Sean ke kamar mandi dan bertanya, "Tuan, apakah Anda puas?"     

Di kamar mandi, terlihat bak mandi ukiran kristal yang lebih mahal daripada mobil sport Ferrari yang dipenuhi busa dan bahkan beberapa kelopak bunga… Di tengah bak mandi, terdapat papan panjang yang digunakan untuk meletakkan barang-barang. Terdapat segelas anggur merah, lilin wangi, dan bluetooth speaker juga di atasnya.     

"Kenapa ada begitu banyak busa…"     

Sean merasa ini terlalu feminin. Sebagai seorang pria dewasa, dia tidak bisa menerimanya.     

Susi tersenyum dan berkata, "Nona memang suka mandi busa seperti ini. Selain itu, busa-busa ini juga memiliki manfaat. Ini bisa menutupi permukaan air panas sehingga memperlambat proses pendinginan air."     

Pada saat ini, Sean teringat pada Maureen yang sedang berada di rumah sakit, dalam dunia ilusinya dan berfantasi sedang bersama dengan Sean. Dia juga sangat ingin menjalani kehidupan sehari-hari Maureen.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.