Ingin Kukatakan Sesuatu

Kamu Tidak Boleh Menikah dengannya!



Kamu Tidak Boleh Menikah dengannya!

0Tiba-tiba raut wajah Sean berubah menjadi sangat muram.     
0

Melihat situasi Sean, sopir taksi berkata dengan ekspresi terkejut, "Jangan-jangan kamu bahkan tidak bisa membayar ongkos taksi senilai 30 ribu, ya?"     

Sean sangat malu dan berkata, "Maaf, tadi aku buru-buru dan lupa membawa uang. Tinggalkan nomor teleponmu. Nanti aku pasti akan menyuruh orangku untuk mentransfer uangnya padamu."     

Pada saat ini, baik Chevin dan Bedjo tertawa terbahak-bahak.     

Chevin berkata sambil tersenyum, "Sean, Sean. Membayar ganti rugi 10 juta kamu tidak bersedia, tapi bahkan ongkos taksi 30 ribu juga tidak bisa kamu bayar? Apa kamu bisa disebut sebagai laki-laki? Apa kamu pantas menjadi ayah Sisi?"     

Para penonton di sekitarnya juga membicarakannya.     

"Penampilannya terlihat menggunakan merek-merek ternama, tapi tidak disangka bahkan ongkos taksi yang hanya beberapa puluh ribu saja tidak mau bayar. Benar-benar pelit!"     

"Bagaimana mungkin ada orang di dunia ini yang tidak bisa membayar puluhan ribu? Memang seberapa miskinnya dia?"     

"Menurutku 80% dari pakaian, cincin, dan yang lain-lainnya sepertinya barang-barang yang dicuri dari orang kaya yang ada di perumahan ini!"     

Sopir taksi sangat marah dan berkata, "Sebentar. Kalau tidak punya uang, untuk apa kamu memanggil taksi? Aku tidak peduli! Kamu bisa tidak membayar 10 juta padaku. Anggap saja aku orang bodoh yang salah menilai bahwa kamu adalah orang kaya! Tapi, aku harus meminta ongkos taksi 30 ribu ini! Jika kamu tidak membayarnya sekarang, kamu tidak boleh pergi dari sini!"     

Bedjo mendesak, "Jika tidak, panggil saja polisi untuk menangkapnya!"     

Sean merasa sangat marah. Baru sekarang dia mengerti betapa pentingnya uang meski hanya seribu perak sekali pun.     

Sebelumnya, bahkan dalam tiga tahun Sean menjadi menantu parasit di Jakarta, dia tidak pernah dipermalukan seperti hari ini. Sekarang dia bahkan tidak bisa membayar ongkos taksi.     

Sekarang Chintia saja tidak dapat dihubungi, apalagi keluarganya. Ada banyak pegawai yang bisa mentransfer uang padanya. Namun, aplikasi pembayaran elektronik di ponsel Sean tidak dapat digunakan. Takutnya dia juga tidak dapat menerima transferan uang dari pegawainya, kecuali seseorang mengirim uang ke Sean secara langsung.     

Sekarang Andy dan John masih terpenjara di Surabaya. Entah apakah mereka sudah dibebaskan atau belum. Hanya Wawan satu-satunya yang ada di Bogor. Namun, Wawan sedang mengendalikan UFO yang merupakan satu-satunya jaminan keselamatan Sean di Bogor.     

Tentu saja Wawan tidak boleh muncul sembarangan. Begitu dia muncul, Sean akan menjadi target pembantaian kapan saja dan tidak bisa lagi bertarung melawan keluarga Susetia.     

Tepat ketika Sean sangat kesusahan dan bingung, tiba-tiba seorang gadis kecil berlari menghampirinya.     

"Ayah!"     

Mendengar suara yang dikenalnya, Sean segera melihat ke depan dan mendapati Sisi berlari, diikuti gadis pembantu di rumah Maureen.     

"Ayah! Ternyata memang Ayah!"     

Sisi sepertinya sedang bermain di luar rumah dan ketika melihat Sean dari kejauhan, dia berlari mendekat.     

"Sisi!"     

Sean juga melangkah maju dan memeluk Sisi.     

"Wow! Gadis kecil ini cantik sekali!"     

"Gen ayahnya sangat kuat. Ibu gadis kecil ini pasti juga cantik."     

Kecantikan Sisi membuat banyak paman dan bibi yang ada di sana sangat iri.     

"Ayah, apa Ayah datang menemuiku?" Sisi bertanya sambil tersenyum.     

Sean mengangguk.     

Sisi meraih tangan Sean dan berkata, "Kalau begitu, ayo pulang! Aku ingin Ayah mengajariku cara bermain piano."     

"Tunggu sebentar!" Sopir taksi tiba-tiba menghentikan mereka berdua dan berkata, "Kamu belum bayar, jadi kamu tidak bisa pergi!"     

Sean sangat marah, tetapi dia memang berhutang ongkos taksi pada sopir ini. Meskipun tidak banyak, sudah seharusnya Sean membayarnya. Ini bukan sesuatu yang bisa diselesaikan dengan kekerasan, tetapi hanya bisa diselesaikan dengan uang.     

"Apa Ayah butuh uang? Aku ada," sahut Sisi.     

Begitu mendengar putrinya memiliki uang, sopir taksi itu buru-buru menyahut, "Kamu juga bisa membayarnya. 30 ribu!"     

Sisi mengulurkan tangan merah mudanya yang lembut, lalu merogoh saku jaket merah muda kecilnya dan mengeluarkan gumpalan uang kertas. Terdapat 10 ribu, 20 ribu, 50 ribu, dan 100 ribu.     

"Ini."     

Sisi mengulurkan tangan kecilnya pada sopir taksi.     

Sopir taksi mengambil uang 20 ribu dan 10 ribu, kemudian berkata, "Oke! Pas 30 ribu!"     

Setelah mendapatkan uang, sopir taksi langsung pergi. Namun, warga sekitar masih berbisik-bisik.     

"Pria ini benar-benar tidak kompeten. Dia bahkan meminta putrinya untuk membayarkan ongkos taksi? Benar-benar memalukan!"     

"Benar! Pasti sudah bercerai dari ibu gadis ini. Mana ada wanita yang mau pada laki-laki tidak berguna seperti ini?"     

Chevin ikut mengejek dengan kejam, "Sean, sia-sia aku memperlakukanmu sebagai saingan cintaku yang kuat sebelumnya dan mengira kamu setara denganku. Sekarang begitu memikirkannya, cih! Kamu bahkan meminta putrimu untuk membayar ongkos taksi! Bagaimana bisa kamu membandingkan dirimu denganku?!"     

Bedjo juga berkata, "Kalau tidak, bagaimana mungkin Nona Maureen memilih Tuan Muda Chevin, haha! Nona Maureen benar-benar memiliki selera yang bagus!"     

Sean sangat marah, tetapi saat dia hendak mengepalkan tinjunya, tangan kecil Sisi meredakan amarah Sean.     

"Ayah, ayo pulang!" kata Sisi.     

Sean menatap putrinya yang cantik dan tidak marah pada Chevin serta anak buahnya, lalu berkata, "Oke."     

Sisi memegang tangan Sean dan keduanya berjalan dengan cepat ke rumah Maureen yang ada di depan.     

Begitu memasuki rumah, Sean melihat Maureen yang memakai pakaian berwarna putih. Dia terlihat seperti bidadari. Saat melihat Maureen, Sean langsung ingin meminta maaf padanya. Tetapi…     

"Maureen, aku datang!"     

Chevin melangkah masuk bersama Bedjo di belakangnya yang memegang kotak dan tas dengan berbagai ukuran.     

"Maureen, ini hadiah maharnya. Lihatlah dulu."     

"Ini sisir mahal yang bernilai 10 miliar."     

"Ada cermin yang dipakai penyanyi favoritmu, Teresa Teng, seharga 10 miliar."     

"Dan juga beberapa perhiasan. Lihatlah apakah itu cocok dengan seleramu."     

Bedjo meletakkan semua hadiah mahar ini dan membukanya satu per satu sambil tersenyum bangga. Dia juga berkata, "Hadiah mahar ini berjumlah puluhan miliar. Bagi keluarga Laksono dan keluarga Susetia, itu bukan apa-apa. Tetapi, bagi sebagian orang, ini jumlah yang sangat besar."     

Perkataannya ini jelas ditujukan pada Sean.     

Sean mendengus dingin. Anting-anting berlian yang baru saja diberikannya pada Chintia bernilai triliunan.     

Barang-barang senilai puluhan miliarmu ini bukan apa-apa!     

Maureen hanya meliriknya asal-asalan dan berkata. "Terima kasih. Aku sangat puas."     

Chevin kemudian tersenyum dan berkata, "Maureen, aku sangat senang kamu bersedia menikah denganku! Aku ingin menikah secepat mungkin. Bagaimana kalau kita menikah pada tanggal 1 bulan depan?"     

Hari April Mop? Hanya kurang dari setengah bulan dari sekarang? Tidak disangka Chevin akan begitu terburu-buru seperti ini. Namun, Maureen mengangguk.     

"Oke," jawab Maureen.     

Sean terkejut.     

Bisa-bisanya Maureen menyetujuinya begitu saja. Tampaknya sekarang dia ingin segera menikah dengan orang lain untuk membuktikan bahwa dia tidak melakukan segala macam cara untuk menikahi Sean.     

Sean memandang Maureen dan berkata, "Maureen, kamu tidak boleh menikah dengannya!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.