Ingin Kukatakan Sesuatu

Mencurigai Maureen!



Mencurigai Maureen!

0Setelah Sean dan Maureen pergi, mereka kembali ke rumah tempat tinggal sementara Sean dan Chintia. Mereka kembali mencari Chintia di sana, tetapi Chintia tetap tidak ditemukan.     
0

Maureen berpikir dengan saksama, kemudian bertanya, "Siapa pemilik rumah ini? Apa kamu bisa menghubunginya? Mungkin saja ada jalan rahasia atau kamar tersembunyi di sini dan Chintia mungkin pergi ke sana."     

Sean berpikir sejenak. Maureen memang sangat bijaksana. Sean bahkan tidak terpikirkan untuk menghubungi Mindy si pemilik rumah.     

Sean pun segera menghubungi Mindy.     

"Presdir Sean," Mindy segera menjawab telepon.     

Sean bertanya, "Mindy, apakah ada jalan rahasia atau kamar tersembunyi di rumahmu?"     

Mindy kebingungan. "Tidak ada, hanya beberapa kamar itu saja. Memang kenapa?"     

"Barusan Chintia masih ada di rumah, tapi sekarang tidak bisa ditemukan. Kalau dia menghubungimu, jangan lupa langsung hubungi saya sesegera mungkin."     

"Baik, Presdir Sean."     

Setelah menutup telepon, Sean menggelengkan kepalanya.     

Maureen menepuk bahu Sean dan berkata, "Jangan berkecil hati. Aku akan membantumu memeriksa CCTV di sekitar sini. Jika dia meninggalkan rumah, harusnya tertangkap CCTV."     

"Ya."     

Maureen adalah putri dari keluarga Susetia sehingga dengan menggunakan koneksinya, dia dapat dengan cepat menemukan rekaman kamera pengawas hanya dalam satu atau dua jam. Hanya saja, dia hanya dapat menemukan pengawasan di salah satu persimpangan.     

Sean menonton sebanyak dua kali, tetapi tidak menemukan Chintia dari rekaman itu.     

"Sepertinya pacarmu pergi di persimpangan lain yang kamera pengawasnya rusak," telaah Maureen.     

Sean merasa sangat heran, Mengapa dia berjalan melalui persimpangan lain? Apakah itu suatu kebetulan, atau karena dia sengaja menghindari kamera pengawas?     

Tidak ada alasan bagi Chintia untuk menghindari kamera pengawas dengan sengaja, kecuali ada orang yang membawanya pergi dengan sengaja.     

"Kemungkinan besar pacarmu akan meninggalkan Bogor. Ayo kita periksa ke bandara," ajak Maureen.     

Setelah itu, Maureen langsung membawa Sean ke bandara. Maureen menelepon dan meminta seseorang untuk memeriksa apakah ada seorang wanita bernama Chintia Yandra dalam keberangkatan jangka waktu dekat. Namun, hasil penyelidikan masih belum keluar.     

Waktu berlalu begitu saja hingga jam sudah menunjukkan pukul 11 ​​malam. Bogor kini diliputi gelapnya langsung malam.     

Sean dan Maureen sedang duduk di rumah Mindy dengan wajah yang kelelahan.     

Demi menemukan Chintia, sejak tadi Sean sudah tidak dalam suasana hati yang baik. Sementara, Maureen sudah seperti tuan rumah. Dia melepaskan jaketnya, mencari daun teh, mencuci teko dan cangkir, kemudian membuatkan Sean secangkir teh panas.     

"Sean, kamu sudah lelah ke sana kemari seharian. Kamu juga belum makan apa-apa. Minumlah secangkir teh panas untuk menghangatkan diri."     

Maureen berinisiatif memberikan secangkir teh pada Sean. Bagaimana kalau Sean sendirian, dia tidak makan apa pun? Demi membantu Sean menemukan Chintia, Maureen juga tidak makan apa pun seharian.     

Hari ini Bogor sangat dingin hingga membuat tangan Maureen kedinginan. Dia memegang cangkir teh dengan kedua tangan untuk memberikan kehangatan pada tangannya yang putih dan lembut, lalu menghela napas lega.     

Jika pria lain diizinkan duduk di sini, melihat tangan Maureen yang putih dan lembut, serta mendengar suaranya yang merdu di telinga, takutnya mereka tidak akan bisa menahan diri untuk tidak berpikiran jahat. Namun, ketika menyadari hal ini, Sean tidak tega.     

Lagi-lagi Sean bertanya, "Bagaimana keadaan Chintia sekarang?"     

Sean sangat khawatir terjadi sesuatu pada Chintia. Dia takut Chintia dibunuh atau diperkosa.     

Maureen menyesap tehnya sambil bersuara, lalu berkata, "Sean, naluriku berkata bahwa seharusnya Chintia baik-baik saja. Lihat, dia ada di rumah sepanjang waktu, kan? Jika orang jahat datang untuk membawanya pergi secara paksa, pasti akan ada tanda-tanda perkelahian di sini."     

Maureen lanjut menjelaskan, "Dengar-dengar, Nona Chintia sangat pandai taekwondo dan kebanyakan laki-laki tidak bisa mengalahkannya, jadi jejak perkelahian pasti akan lebih terlihat. Namun, keadaan baik di dalam maupun di luar rumah sangat bersih dan rapi. Sama sekali tidak ada bekas terjadi perkelahian. Ini menunjukkan bahwa Nona Chintia keluar secara sukarela."     

Sebagai seseorang yang pernah berada di medan perang, memangnya Sean tidak dapat menganalisis kemungkinan ini? Sejak awal kembali ke sini, dia sudah mengetahuinya. Namun, dia masih saja cemas.     

Sean pun berkata,""Mungkin juga seseorang menodongkan pistol padanya, jadi dia tidak bisa melawan."     

Sean memandang Maureen dengan tatapan agresif. Arti kata-katanya sangat jelas. Karena hanya orang-orang dari keluarga Susetia yang memiliki senjata, Sean masih mencurigai orang-orang dari keluarga Susetia.     

Pada saat ini, tiba-tiba Sean menerima pesan. Begitu membukanya, ternyata dari Chintia. Sean langsung bersemangat.     

"Ini pesan dari Chintia!"     

Maureen segera meletakkan cangkir tehnya, lalu berlari ke sisi Sean untuk berjongkok di depannya dan bertanya, "Apa yang dia katakan?"     

[Chintia]: Aku baik-baik saja, jangan dibc krs.     

Melihat sepenggal kalimat ini, Sean dan Maureen kebingungan.     

"Apa maksudnya jangan dibc krs?"     

Sementara Sean tidak punya waktu untuk menafsirkan isi pesan ini, jadi dia segera menghubungi Chintia. Tetapi, begitu mencoba menghubunginya, ponselnya sudah tidak aktif.     

"Berengsek!" Sean sangat marah.     

Sementara itu, Maureen menafsirkan arti kalimat ini, "Apakah Nona Chintia sedang mencoba memberitahumu bahwa dia baik-baik saja, jangan dibaca keras?"     

Sean juga merasa, 'Aku baik-baik saja, jangan dibaca keras' lebih sesuai. Sebenarnya bahasa Indonesia Sean cukup bagus, tapi terkadang penulisannya masih kurang baik.     

Maureen berpikir sejenak, lalu dengan pandangan mata yang cerah, dia bertanya, "Mungkinkah itu singkatan karena mengetik dengan terburu-buru?"     

Sean tidak tahu banyak mengenai hal ini. "Singkatan apa?"     

Maureen menjelaskan, "Menyingkat dengan menghilangkan huruf hidup."     

Sean berpikir sejenak. Dia memang tahu bahwa Chintia sangat mementingkan efisiensi karena pekerjaannya. Dia sering menggunakan komputer untuk mengetik dan membalas banyak surel.     

Hal yang sama juga berlaku di WhatsApp. Chintia adalah tipe presiden Direktur yang benci menggunakan pesan suara untuk membalas pesan, kecuali jika benar-benar tidak nyaman untuk mengetik.     

Selain itu, Sean pernah satu kali ingin menggunakan ponsel Chintia untuk membalas pesan. Sean merasa bahasa Indonesia-nya masih belum cukup baik hingga akhirnya memilih untuk mengirimkan pesan suara.     

"Sepertinya begitu," jawab Sean.     

Maureen menyingkirkan rambut panjangnya yang menghalangi penglihatannya.     

"Mungkin dia bermaksud memberitahu kalau dia baik-baik saja. Dia mengirim dibc krs, mungkin karena sedang terburu-buru saat mengetik."     

Penjelasan Maureen nyaris sempurna hingga Sean tidak dapat menemukan celah. Namun, penjelasan ini sangat sempurna dan menyebabkan kecurigaan Sean.     

Mengapa dia bisa tahu metode apa yang digunakan Chintia? Mengapa dia membawaku memeriksa CCTV dengan sangat antusias? Mengapa dia yakin Chintia baik-baik saja? Mengapa dia mengira Chintia mungkin sudah meninggalkan Bogor?     

Sean tampak muram dan berkata pada Maureen, "Maureen, hari ini kamu bersandiwara dengan sangat baik rupanya!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.