Ingin Kukatakan Sesuatu

Maureen ingin Menikah!



Maureen ingin Menikah!

0Suhendra menjelaskan, "Sejauh yang aku tahu, Juan dan Sean bukan saudara dari ayah dan ibu yang sama. Hubungan mereka seperti Marvin dan Matthew, satu ayah, beda ibu. Melihat Marvin dan Matthew yang sering konflik saja, langsung bisa terbayang hubungan Sean dan Juan yang juga tidak akan terlalu baik."     
0

Pemuda itu mengangguk. Dia tidak tahu tentang keluarga Yuwono, tetapi dia tahu tentang dua orang putra generasi ketiga keluarga Susetia.     

Tidak hanya Marvin dan Matthew yang sering konflik, bahkan Maureen dan Michelle pun sering cekcok dan saling menyalahkan.     

Pemuda itu bertanya, "Apakah untuk bersaing memperebutkan warisan? Tapi, bukankah tidak perlu sampai ingin membunuh Sean?"     

Suhendra menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Menurut tebakanku, tidak akan sesederhana bersaing untuk memperebutkan warisan. Di keluarga seperti keluarga Susetia dan keluarga Yuwono, anak-anak tidak akan saling memperebutkan warisan sama sekali karena uang keluarga sudah cukup bagi setiap anak untuk bisa menikmati hidupnya."     

"Bahkan jika mereka memegang semuanya di tangan mereka, itu juga tidak akan ada artinya. Kemungkinan terkait dengan rahasia keluarga Yuwono. Menurut tebakanku, Juan sudah mengetahui rahasia keluarga Yuwono, jadi dia ingin bergerak lebih dulu dengan menyingkirkan Sean," lanjut Suhendra.     

Pemuda itu pun memikirkannya dengan saksama. "Sepertinya Sean dan Juan masih memiliki seorang kakak laki-laki?"     

Suhendra mengerutkan keningnya saat kakak tertua mereka disebut.     

"Kakak tertua mereka terlalu misterius. Aku bahkan tidak bisa mengetahui seperti apa rupanya sekarang. Kurasa dia seorang anak yang berperilaku baik dan stabil, yang tidak suka menyebabkan masalah," kata Suhendra, "Bagas, terus utus bawahan di seluruh Bogor untuk harus menemukan Juan!"     

"Baik!"     

"Selain itu, aku juga sudah muak dengan ancaman UFO dari Sean si sialan itu. Temukan tim pengintai paling profesional untuk menemukan pesawat UFO itu dan hancurkan! Tangkap juga orang yang mengendalikan UFO di belakang layar!"     

"Baik!"     

"Ya, pergi lakukan tugasmu."     

Bagas keluar dari ruang kerja dan melihat Maureen dengan ekspresi suram.     

"Nona Maureen."     

Maureen mengangguk dan berjalan ke ruang kerja tanpa mengatakan apa-apa.     

"Kakek."     

Maureen masuk. Suhendra melihat wajah Maureen yang habis menangis dan bertanya, "Ada apa?"     

"Kakek, aku bersedia menerima pernikahan yang sudah Kakek atur," kata Maureen.     

Suhendra sontak terkejut. "Apa katamu?!"     

Dalam beberapa tahun terakhir, Maureen sangat keras kepala. Dia bahkan tidak ingin menemui orang yang sudah dipilih oleh keluarganya. Apakah hari ini matahari terbit dari barat hingga dia bersedia menerima perjodohan ini?     

Maureen berkata dengan tampang yang sedih, "Kakek bisa menjodohkanku dengan siapapun yang Kakek mau. Aku bersedia menikah dengan siapapun."     

Suhendra bertanya-tanya, "Apa yang terjadi padamu? Bukankah hari ini kamu pergi menemani Sean mencari Chintia? Apakah ini karena Sean?"     

Maureen menundukkan kepalanya dan teringat akan apa yang Sean katakan padanya barusan. Dia masih merasa sudah diperlakukan dengan tidak adil.     

"Aku tidak ingin dia merasa demi menikahinya, aku melakukan segala cara. Kakek, aku mohon, tolong nikahkan aku!" kata Maureen dengan sedih.     

Suhendra terkejut.     

"Dalam beberapa tahun terakhir, apapun yang kami katakan padamu, kamu tidak ingin menikah. Tapi, hari ini kamu memilih untuk menikah agar mencegah Sean salah paham padamu? Maureen, rupanya kamu sangat menyukai bocah itu, hah?"     

Suhendra awalnya berpikir Maureen tidak akan memiliki perasaan apapun terhadap Sean. Paling-paling hanya merasa Sean adalah putra dari keluarga terhormat yang misterius. Tetapi, saat ini Suhendra menyadari bahwa cucunya memiliki perasaan yang nyata terhadap Sean. Selain itu, pria ini adalah pria yang pernah menyakitinya.     

"Keluarga Yuwono sialan! Sebenarnya dari mananya keluarga Susetia-ku tidak layak untuk kalian?! Maureen wanita yang begitu hebat seperti ini. Dalam 500 tahun, belum tentu ada satu orang yang seperti dia! Kalau ini di zaman kerajaan, dia pasti akan dinikahi oleh raja! Bisa-bisanya Sean tidak menyukainya!"     

Suhendra sangat marah bagi Maureen. Namun, Maureen merasa sangat terhina hingga air matanya pun mengalir.     

"Kakek, tolong jangan katakan lagi."     

Suhendra menghela napas dan berkata, "Maureen, apa kamu yakin ingin menikahi pria yang tidak kamu sukai? Kakek peringatkan padamu terlebih dulu, seorang wanita yang sudah menikah tidak bisa menarik kembali keputusannya. Setelah menikah, kamu tidak bisa memilih untuk bercerai seenaknya. Semuanya harus didasarkan pada kepentingan keluarga. Bahkan jika kamu dirugikan di sana, kamu harus tetap menanggungnya! Apa kamu bisa?"     

Maureen teringat akan pria yang dijodohkan dengannya terakhir kali, Chevin Laksono. Pria yang tinggi dan kekar, tapi membuatnya jijik.     

Maureen menggertakkan giginya dan menjawab dengan sedih, "Aku bisa melakukannya!"     

"Oke. Kakek akan menelepon Chevin sekarang. Kembalilah dan tunggu kabar dari Kakek."     

Maureen menyeka air matanya dan berbalik pergi.     

Suhendra menggelengkan kepalanya. Awalnya dia berpikir bisa menjadikan Maureen dan Sean sebagai pasangan sehingga melalui Sean. Dengan begitu, dia bisa mendapatkan rahasia keluarga Yuwono. Setelah menikah dengannya, keluarga Susetia juga akan menjadi lebih kuat baik di dalam maupun di luar negeri. Sayangnya, ini hanyalah harapan kosong.     

Suhendra menghubungi Chevin dengan enggan.     

———     

Pada saat ini di perumahan Golden Hills, Bogor.     

Di dalam rumah, seorang selebriti wanita terkenal di Indonesia mengenakan lingerie dan bersandar di samping seorang pria tinggi dan kekar. Pria tinggi dan kekar ini adalah Chevin.     

Ini bukan rumah Chevin, melainkan kediaman si selebriti wanita. Karena area perumahan ini sangat dekat dengan bandara dan lingkungannya bagus, banyak selebriti wanita tinggal di sini.     

Selebriti wanita ini bernama Carissa Yasmin. Dia adalah bidadari pujaan hati banyak pria di Indonesia. Dia juga berakting di banyak drama dan tokoh yang diperankannya sangat populer.     

Chevin sedang menikmati wanita cantik yang ada dalam pelukannya ketika tiba-tiba menerima telepon dari Suhendra. Chevin pun segera duduk tegak, lalu mendorong Carissa ke samping dan menjawab telepon.     

"Kakek Suhendra."     

"Chevin, sudah sangat larut. Apakah Kakek sudah mengganggu istirahatmu?"     

"Tidak, tidak. Aku masih berlatih. Ada apa, Kek? Silakan bicara."     

"Oh, Kakek ada kabar bahagia. Maureen, dia sudah bersedia menikah denganmu."     

Begitu Chevin mendengar kalimat ini, dia sangat terkejut sehingga tidak berani mempercayainya.     

"Kakek bilang apa? Maureen, dia... setuju untuk menikah denganku?"     

Suhendra berkata, "Benar. Chevin, kita akan menjadi keluarga mulai sekarang. Mari kita diskusikan mengenai pemilihan tanggal untuk mengadakan pernikahan."     

Chevin sangat gembira.     

"Baik! Aku ingin pernikahan dilakukan sesegera mungkin. Bagaimana kalau akhir bulan ini atau awal bulan depan?"     

Suhendra berkata, "Kamu diskusikan saja dengan Maureen. Pilih tanggal yang baik. Menikah dalam waktu dekat atau beberapa saat lagi, semuanya boleh."     

"Terima kasih, Kakek!" Chevin menjawab dengan girang!     

Maureen adalah wanita tercantik di Bogor. Jika bisa menikahinya, maka Chevin akan dipandang di lingkaran orang-orang kaya di Bogor. Selain itu, dari dulu Chevin sudah mengagumi Maureen.     

Setelah menutup telepon, selebriti wanita bernama Carissa itu mulai memakai bajunya dan tampak kesal.     

"Kenapa ganti baju?" tanya Chevin.     

Carissa mengamuk, "Kamu bahkan sudah mau menikahi wanita lain, lalu untuk apa aku masih memakai lingerie ini?"     

Chevin menghampiri dan memeluk Carissa yang memiliki postur tubuh yang indah, lalu berkata sambil tersenyum licik, "Sayang, pernikahanku dan Maureen, tidak ada efeknya dengan memanjakan dan mencintaimu sama sekali."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.