Ingin Kukatakan Sesuatu

Anda Ingin Membunuh Saya?!



Anda Ingin Membunuh Saya?!

0Setelah Sean menyatakan sikapnya dengan tegas, Maureen pun bangkit dan berdiri. Dia memandang Suhendra dan berkata, "Kakek, bukankah sebelum mengatur pernikahanku dan Sean, Kakek seharusnya berdiskusi denganku dulu? Aku tidak bilang ingin menikah dengan Sean. Aku juga tidak setuju untuk mau berbagi dengan wanita lain."     
0

Kata-kata Maureen sebenarnya lebih mengacu pada Sean. Dia mengatakan ini untuk memberitahu Sean bahwa dia tidak tahu apa-apa dan dia tidak mati-matian memohon untuk menikah dengan Sean. Sebagai wanita tercantik nomor satu di Bogor, Maureen masih sangat mementingkan harga dirinya.     

"Perjodohanmu sudah diatur oleh orang tuamu dan bukan terserah padamu!" tegas Suhendra, "Jika semua orang di keluarga kita seenaknya saja sepertimu, mungkinkah keluarga Susetia kita dapat memiliki kejayaan seperti hari ini?!"     

"Selain itu, Sean juga pilihanmu sendiri. Kamu yang bersikeras untuk melahirkan anaknya. Dalam beberapa tahun terakhir, keluarga sudah mengatur begitu banyak perjodohan untukmu, tapi kamu tidak menyetujui siapa pun dari mereka. Apa kamu pikir Kakek akan terus membiarkanmu bertindak sesukamu seperti ini?!" Suhendra memperingatkan.     

Kata-kata Suhendra tidak diragukan lagi dan penuh wibawa. Melihat sikap Suhendra terhadap Maureen, Sean tahu mengapa Maureen meninggalkan keluarganya empat tahun lalu.     

Keluarga Susetia terlalu feodal terhadap pernikahan anak dan cucu-cucunya. Mereka tidak memiliki kesempatan untuk menentukan pilihannya sendiri, seolah-olah mereka dilahirkan untuk melayani kepentingan keluarga.     

Setelah Suhendra menasehati Maureen, dia memandang Sean dengan serius.     

"Kamu benar-benar tidak ingin menikahi cucuku? Maureen sudah dididik dan dibesarkan dengan hati-hati oleh keluarga Susetia kami sejak masih kecil. Aku berani mengatakan bahwa di Indonesia, tidak ada wanita berusia 30-an yang lebih baik darinya!"     

Sean menoleh ke arah Maureen dan merasa tidak enak untuk menyakiti hatinya. Dia berkata dengan lembut, "Nona Maureen, maafkan saya. Sekarang di hati saya hanya ada Chintia Yandra seorang."     

"Bedebah sialan!" Marvin menggebrak meja. "Sean, untuk menjaga perasaanmu, keluarga Susetia kami sudah berkompromi dan memintamu untuk menikahi dua orang sekaligus. Tapi, rupanya kamu masih tidak tahu diri! Benar-benar cari mati!"     

Suhendra sendiri benar-benar sangat marah.     

"Sean! Aku akan memberimu dua pilihan sekarang! Pertama, nikahi cucuku. Kedua, serahkan kakakmu si Juan itu!"     

Marvin ikut berteriak, "Benar! Serahkan Juan si penjahat itu padaku!"     

Juan-lah yang sudah merencanakan apa yang terjadi antara Sean dan Maureen. Sekarang di antara Sean dan Maureen sudah tidak ada kebencian. Bahkan, Maureen agak menyukai Sean. Jika keluarga Susetia ingin balas dendam, mereka hanya bisa balas dendam pada Juan.     

Sean tidak tahu Juan di mana. Meski tahu, Juan adalah kakak keduanya. Mana mungkin dia menyerahkannya untuk dihabisi keluarga Susetia?     

Sean tidak takut dan menjawab, "Saya tidak akan mengambil salah satu dari dua pilihan ini!"     

Suhendra dengan kejam berkata, "Kalau begitu, kamu mati saja di sini!" kata Suhendra dengan kejam, "Marvin!"     

"Baik!" Marvin segera memberi perintah, "Bunuh dia!"     

Para pengawal yang berdiri di samping Sean segera mengeluarkan pistol dari saku mereka dan mengarahkannya ke Sean.     

Tebakan Sean benar. Kedatangannya kali ini ke rumah keluarga Susetia memang mengancam nyawanya. Untungnya sejak awal dia sudah siap.     

"Jangan! Jangan bunuh dia!"     

Tiba-tiba Maureen bangkit berdiri dan berlari ke depan Sean. Dia melindungi Sean dengan tubuhnya dan memohon sambil menangis pada Suhendra.     

"Kakek, aku mohon… Demi Sisi, jangan bunuh dia! Jangan biarkan anakku tidak memiliki ayah!"     

Suhendra tidak melunakkan hatinya sama sekali.     

"Marvin, bawa kakakmu kembali ke kamar!"     

"Baik!"     

Marvin sendiri yang membawa Maureen menaiki tangga dengan paksa, lalu menguncinya di kamar lantai dua. Sementara, Maureen terus menggedor pintu sambil menangis.     

"Tidak! Kakek, jangan bunuh dia! Tolong jangan bunuh Sean! Aku mohon!"     

Tangisan Maureen membuat Sean tersentuh. Tak disangka, wanita yang belum lama dikenalnya ini bahkan mengeluarkan begitu banyak air mata untuk dirinya.     

Selain Maureen, tidak ada satu orang pun yang baik di keluarga Susetia!     

Di dalam hatinya, Sean sangat marah. Dia benci ditodong pistol.     

Sean, yang hidupnya terancam, masih tidak mau menyerah. Dia berteriak pada Suhendra, "Suhendra Susetia! Anda berani membunuh saya!? Anda ingin menjadi musuh keluarga Yuwono?"     

Suhendra mendengus dingin dan dengan arogan menjawab, "Kenapa aku tidak berani?! Selama beberapa puluh tahun yang lalu, aku sudah membantu keluarga Yuwono-mu berkali-kali, tapi kalian tidak tahu diuntung! Kalian bahkan bertindak semena-mena terhadapku!"     

"Kamu sudah menodai cucuku! Mungkinkah aku masih bisa membiarkanmu pergi hidup-hidup? Aku akan membunuhmu hari ini dan bertarung melawan Charles! Jika dia punya nyali, dia akan membawa orang datang ke Bogor untuk bertarung denganku! Aku tidak percaya dia punya keberanian ini!"     

Suhendra benar-benar mengamuk.     

"Sean, aku akan bertanya padamu untuk terakhir kalinya, sebenarnya kamu mau menikahi Maureen atau tidak?!"     

Sean tahu bahwa waktunya sudah tiba. Dia mengangkat dan membanting cangkir tehnya ke tanah, kemudian berkata, "Saya katakan untuk terakhir kalinya, tidak ada yang bisa memaksa saya melakukan sesuatu yang tidak saya sukai!"     

Wajah Suhendra menjadi semakin muram.     

"Lakukan!"     

Pria bersenjata itu membidik Sean dan siap menembak. Sementara, tepat pada saat ini…     

Dorr! Dorr! Dorr! Dorr! Dorr! Dorr…!     

Semburan tembakan senapan mesin ditembakkan di luar pintu dan terus menerus mengenai pintu.     

Semua orang terkejut dan mengira ada pasukan yang datang. Mereka menoleh dan mendapati ternyata itu UFO yang ada di halaman. UFO itu terbang di udara dan menyerang mereka.     

"Sial! Kenapa bisa begini. Tidak ada seorang pun di UFO! Siapa yang mengendalikannya?!" Marvin terkejut.     

Dorr! Dorr! Dorr! Dorr! Dorr! Dorr...!     

Lagi-lagi semburan tembakan datang dan kali ini bahkan tembakannya semakin dekat dengan orang-orang.     

"Lindungi Kakek!"     

Suasana menjadi kacau. Michelle dan ibunya sudah ketakutan dan bersembunyi di bawah meja.     

Duar!     

Tiba-tiba UFO juga menembakkan beberapa bom gas ke ruang keluarga. Ini adalah penemuan baru Elon Musk. Asalkan ada makhluk yang menghirupnya, dia akan menjadi lemas, seperti keracunan.     

Sementara itu, Sean sudah sejak tadi mengenakan topeng gas yang sudah disiapkannya. Namun, orang-orang lain yang ada di ruangan itu tidak memiliki topeng pelindung khusus seperti itu. Masker biasa tidak bisa menahan gas itu sama sekali.     

Sean mengambil keuntungan dari kekacauan ini dan mulai menunjukkan kemampuan kekuatan militernya.     

Bak! Buk! Bak!     

Pertama-tama Sean menjatuhkan tiga pengawal terdekat ke tanah dan mengambil senjata dari tangan mereka.     

"Mengarahkan pistol padaku? Dalam hidupku, aku paling benci orang yang menodongkan pistol padaku!"     

Sean tidak bisa menahan dirinya dan menendang ketiganya lagi.     

Buk! Bak! Buk!     

Pada saat ini, pengawal lain di ruangan itu segera diutus untuk menangkap Sean. Namun, kini tidak hanya pandangan mereka yang terhalang, tetapi racun dari gas ini membuat pergerakan mereka lambat dan lemah. Mereka sama sekali bukan lawan Sean.     

Dalam sekejap, Sean membereskan semua orang yang ada di dalam rumah. Namun, dia khawatir di luar rumah akan ada lebih banyak tentara dari keluarga Susetia yang akan datang. Dia pun menutup pintu dan membiarkan Wawan mengendalikan UFO dan berjaga-jaga di luar pintu.     

Seluruh ruang tamu dipenuhi asap dan orang-orang keluarga Susetia semuanya lumpuh. Entah terjatuh ke lantai atau terkulai di kursi.     

Sean mengambil pistol, berjalan langsung ke Suhendra yang berada di paling dalam, lalu mengarahkan moncongnya ke Suhendra dan bertanya, "Anda mau membunuh saya?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.