Ingin Kukatakan Sesuatu

Pergi ke Bogor!



Pergi ke Bogor!

0Pergi ke Bogor!     
0

Dari awal, kakek Sean sudah mengingatkan kekuatan keluarga Susetia di Indonesia tidak bisa diremehkan. Jika Sean pergi ke Bogor, kemungkinan hidup Sean akan terancam kapan saja. Namun, sekarang Andy dan John sudah ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Tentu saja Sean tidak bisa hanya menonton kedua bawahannya dipenjara selama sisa hidup mereka.     

Sementara sekarang aset Sean sudah dibekukan dan keluarganya tidak bisa dihubungi. Kekuatan dan koneksinya di Indonesia tentu juga tidak sebanding dengan keluarga Susetia. Jika dia tidak mendatangi keluarga Susetia, sama sekali tidak ada cara lain yang dapat dilakukannya untuk bisa menyelamatkan Andy dan John.     

Meskipun Andy dan John hanya bawahan Sean, Sean sudah menganggap mereka sebagai keluarganya. Tidak mungkin bagi Sean untuk hanya memedulikan kebahagiaannya dan Chintia, lalu membiarkan mereka berada di penjara seumur hidup.     

Sean memandang Marvin dan berkata, "Oke. Aku akan pergi ke Bogor. Besok pagi aku akan langsung datang ke sana sendiri!"     

Senyuman terbit di wajah Marvin. "Bagus sekali. Kalau begitu, aku akan menunggu Tuan Muda Sean mengemudi! Ayo berangkat!"     

Sambil berbicara, Marvin menarik Giana dan berjalan memasuki lift.     

Ketika pintu lift akan ditutup, Sean berkata kepada Giana yang berada di dalam lift, "Giana, sebaiknya kamu menghargai waktu yang bisa kamu habiskan bersama putraku. Kesempatanmu untuk mencari pria di masa depan masih ada, tapi putraku tidak akan terus berada bersamamu!"     

Mendengar peringatan Sean, Giana buru-buru berkata, "Aku akan langsung kembali ke Jak…"     

Sebelum Giana menyelesaikan perkataannya, pintu lift tertutup.     

Setelah keduanya pergi, Chintia bertanya dengan cemas, "Sean, apa kamu benar-benar akan pergi ke Bogor? Aku dengar Julius bilang kekuatan keluarga Susetia sangat kuat di seluruh negeri. Belum lagi Bogor adalah teritorinya."     

"Andy dan John ditangkap karena diriku. Aku tidak bisa hanya duduk diam. Selain itu, asetku juga sudah dibekukan. Aku harus meminta mereka untuk tidak memblokir asetku," kata Sean, "Chintia, bagaimana kalau kamu tetap tunggu aku di Surabaya? Sesudah aku membereskan masalah ini, aku akan segera kembali mencarimu."     

"Tidak bisa!" Chintia meraih tangan Sean dan berkata, "Aku ingin pergi ke Bogor bersamamu. Aku khawatir jika kamu pergi sendirian ke sana."     

Sean tahu seperti apa karakter Chintia. Semakin berbahaya, dia akan semakin tidak mungkin mau berpisah dengan Sean.     

"Baiklah. Kalau begitu, kita pergi bersama."     

Pada saat ini, Wawan turut terlihat khawatir.     

"Tuan Muda Sean, sebagian besar orang-orang kita sudah ditangkap. Hanya ada beberapa puluh orang yang tersisa. Selain itu, mereka tidak pandai bertarung. Saya dengar Tuan Andy memiliki seribu preman di Asia Tenggara sana. Dia hanya membawa lebih dari seratus orang ke Indonesia, jadi di sana masih ada lebih dari 900 yang tersisa. Bagaimana kalau kita panggil 900 preman itu dulu kemari, baru sesudah itu kita pergi ke Bogor?"     

Wawan jelas merasa agak takut. Dia merasa beberapa puluh dari mereka ini sama sekali bukan tandingan keluarga Susetia ketika mereka tiba di Bogor.     

Sean berkata, "Andy memang memiliki 900 preman profesional di Asia Tenggara, tetapi mereka semua dilatih Andy dan hanya mengikuti perintahnya. Aku juga tahu harus mencari mereka ke mana."     

Wawan buru-buru menawarkan, "Bagaimana kalau saya mengutus seseorang untuk mengirim surat pada Tuan Andy agar dia mencari kesempatan untuk menghubungi pihak sana?"     

Sean menggelengkan kepala. "Tidak. Sekarang Andy sudah memiliki cukup banyak pelanggaran. Jangan suruh dia melakukan hal-hal ini lagi. Selain itu, kita tidak membutuhkan begitu banyak orang. Kamu dan aku sudah cukup."     

Wawan tersenyum canggung. "Terima kasih, Tuan Muda Sean, atas apresiasi Anda. Mungkin saya terlalu pandai berpura-pura hingga Tuan Muda Sean tidak tahu kemampuan saya yang sebenarnya. Sebenarnya saya bahkan tidak bisa mengalahkan orang dewasa…"     

Sean tersenyum dan berkata dengan misterius, "Aku tahu kamu lemah. Aku tidak menyuruhmu pergi ke Bogor untuk bertarung. Kamu bisa memegang kendali di balik layar saja."     

"Memegang kendali? Memegang kendali atas apa?" Wawan langsung terlihat sangat penasaran.     

Sean tidak memberitahunya dan hanya berkata, "Aku akan memberitahumu saat sudah sampai di sana."     

Sangat jelas bahwa saat terakhir kali Sean meninggalkan Bogor, dia sudah melakukan persiapan. Sementara, tidak ada siapa pun yang tahu mengenai hal ini.     

Pertama-tama, Sean dan Chintia ke rumah Julius tempat mereka tinggal sebelumnya untuk berkemas, lalu mendatangi Jasmine untuk berpamitan padanya. Setelah itu, Wawan mengantar Sean dan Chintia ke bandara. Pesawat pribadi Sean diparkir di sini.     

Tanpa disangka, begitu mereka bertiga tiba di pesawat pribadi itu, beberapa pria berseragam datang.     

Salah satu dari mereka berkata pada Sean, "Halo, apakah Anda benar Tuan Muda Sean? Maaf, pesawat pribadi Anda ditahan sementara. Anda tidak dapat menggunakannya."     

"Apa?"     

Sean, Chintia, dan Wawan semuanya terkejut di saat yang bersamaan. Belum cukup asetnya dibekukan, kini bahkan pesawat pribadinya juga tidak boleh digunakan? Tampaknya masalah ini memang sangat serius. Selain memanggil Kakek keluar, jika tidak di Indonesia, Sean tidak akan bisa berjaya lagi seperti sebelumnya.     

Sean tidak berdebat dengan pria itu karena dia tahu tidak ada gunanya berdebat dengan mereka, jadi dia hanya berkata, "Koper saya masih ada di dalam. Saya ingin masuk untuk mengambil barang-barang saya."     

Pria berseragam itu masih mengulurkan tangannya untuk menghentikan Sean.     

"Tuan Sean, untuk mencegah Anda mengambil barang berharga dan menjualnya, kami tidak bisa membiarkan Anda masuk."     

"Apa katamu?"     

Sekarang, giliran Chintia yang marah.     

"Kamu tidak mengizinkan kami menggunakan pesawat karena tidak ingin kami meninggalkan Indonesia, jadi kenapa kamu bahkan tidak membiarkan kami mengambil apapun? Bahkan jika ada barang berharga di dalamnya, itu milik kami. Atas dasar apa kami tidak bisa menggunakannya?"     

Sean tahu keluarga Susetia ingin Sean menjadi benar-benar miskin sepenuhnya. Rekening puluhan triliun sudah diblokir dan bahkan ingin menjual barang berharga juga tidak diperbolehkan. Dengan begini, Sean benar-benar menjadi orang miskin yang tidak punya uang.     

Sean berkata dengan tenang, "Saya bukan ingin mengambil barang berharga. Saya hanya ingin mengambil obat dan beberapa kebutuhan sehari-hari saya."     

"Obat? Obat apa?" ​​tanya pria berseragam itu.     

"Obat khusus untuk asma. Saya menderita asma," jawab Sean.     

Pria berseragam itu berpikir sejenak. Dia merasa jika mengambil obat saja tidak diizinkan, rasanya terlalu tidak beralasan. Jadi, dia pun membiarkannya lewat.     

"Baiklah. Ayo naik."     

Pria berseragam itu menemani ketiganya masuk ke dalam pesawat.     

Sean benar-benar memiliki sekotak besar kotak obat dan bahkan di dalamnya benar-benar berisi banyak obat-obatan. Pria berseragam itu pun terkejut.     

"Obat Anda banyak juga rupanya."     

Sean sengaja terbatuk, lalu berkata, "Sejak kembali setelah bertempur di Suriah selama setahun, kesehatan saya tidak terlalu baik."     

Mendengar ini, pria berseragam itu segera mengangkat rasa hormatnya di dalam hatinya.     

"Benarkah? Anda benar-benar ikut perang?! Saya juga bertugas sebagai tentara, tapi sayangnya saya tidak pernah memiliki kesempatan untuk pergi ke medan perang. Bagian mana yang Anda bantu? Negara kita sepertinya tidak terlibat dalam masalah di sana."     

"Saya dilempar oleh keluarga saya untuk pelatihan," jawab Sean.     

Pria berseragam itu tertawa. "Keluarga Anda benar-benar cukup kejam hingga melemparkan Anda ke medan perang! Apa mereka tidak takut terjadi sesuatu pada Anda?"     

Sean terus mengobrol dengan pria itu sambil memasukkan beberapa barang pribadi ke dalam tasnya dan berkata, "Saya berhasil kembali setelah selamat dari berbagai situasi hidup dan mati. Kawan, seharusnya kamu merasa beruntung dilahirkan di Indonesia. Kamu tidak tahu betapa tragisnya medan perang. Kawan seperjuangan yang berbicara dengan Anda sedetik yang lalu, mungkin kepalanya sudah terpisah dari tubuhnya sedetik kemudian."     

Sean mengobrol dengan pria itu dan tidak lama kemudian, dia sudah selesai mengambil barang-barangnya dan turun. Di akhir, pria berseragam itu berinisiatif untuk berjabat tangan dengan Sean.     

"Tuan Sean, semoga lekas sembuh. Saya sangat kagum pada orang-orang yang pergi ke medan perang. Selain itu, saya sarankan Anda segera menghubungi keluarga Anda. Sepertinya hanya dengan kemunculan Kakek Anda, barulah gugatan pemblokiran aset Anda dapat dicabut."     

Sean berjabat tangan dengan pria itu dan berkata, "Terima kasih telah memberitahu saya hal-hal ini. Sampai jumpa."     

Sean dan Chintia kembali ke mobil Wawan. Setelah duduk di kursi belakang, Sean mengeluarkan dua anting dari sakunya dan menyerahkannya pada Chintia.     

"Ah! Itu anting berlian Apollo dan Artemis! Kapan kamu mengambilnya? Aku bahkan tidak melihatnya!"     

Dua barang ini bernilai 1,4 triliun!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.