Ingin Kukatakan Sesuatu

Senjata Rahasia Sean!



Senjata Rahasia Sean!

0Sean sendiri yang langsung memasangkan dua anting dengan harga setinggi langit di telinga Chintia. Kedua anting ini, yang satu berwarna biru dan yang satu berwarna merah muda. Saat dikenakan pada telinga putih dan lembut Chintia di sisi kiri dan kanan, semakin menonjolkan auranya yang elegan.     
0

"Sayang, kamu sangat cantik…"     

Sean pun tidak bisa menahan dirinya untuk tidak memuji Chintia. Sudah sejak lama dia ingin memberikan anting-anting ini pada Chintia. Terakhir kali saat meminta Jasmine untuk memberikannya, Chintia masih marah pada Sean dan mengembalikannya.     

Chintia juga seorang wanita yang menyukai kecantikan. Dia segera mengeluarkan cermin kecil dari tasnya dan melihatnya. Dia sendiri terkagum dan berkata, "Ya Tuhan! Anting-anting berlian ini terlalu indah!"     

Bisa dibayangkan betapa beratnya sesuatu yang berharga 1,4 triliun dikenakan di telinga. Namun, Chintia tidak berniat menerimanya.     

"Sayang, sekarang hartamu dibekukan. Bagaimana kalau kamu simpan saja anting-anting ini?"     

Chintia sangat menyukai hadiah ini, tetapi mengingat situasi Sean saat ini, dia merasa harus mengembalikannya pada Sean agar dapat ditukar dengan uang jika perlu.     

Sean menggelengkan kepalanya.     

"Aku tidak mengambil begitu banyak barang berharga yang ada di pesawat. Aku hanya membawa keluar anting-anting ini untuk memberikannya padamu. Kamu harus menyimpan anting-anting ini. Ketika kamu sampai di Bogor, mungkin mereka akan lebih ketat padaku dan barang-barang berharga yang ada padaku akan diperiksa lagi. Jika kamu menaruhnya padaku, bisa-bisa mereka akan mengambilnya. Kita berdua belum mendaftarkan pernikahan. Kamu dan aku tidak memiliki ikatan hukum, jadi mereka tidak bisa mengambil tindakan penahanan apapun padamu."     

Mendengar ini, Chintia mengangguk      

"Iya, iya. Aku harus menjaganya dengan baik. Sayang, mulai sekarang aku akan menghidupimu! Nanti jika kamu tidak punya uang, minta saja padaku. Tidak masalah meski asetmu dibekukan!"     

Sean tertawa, kemudian berkata, "Baiklah! Haha! Sepertinya aku memang ditakdirkan untuk dinafkahi oleh seorang wanita."     

Sebelumnya, Sean berpura-pura miskin beberapa kali dan dinafkahi oleh Giana dan Chintia. Hanya saja, kali ini dia tidak menyangka dirinya akan benar-benar bergantung pada Chintia. Namun, dia tidak akan membiarkan hal seperti ini berlangsung selamanya.     

Sean sudah membuat rencana. Setelah menyelesaikan masalah Andy dan John, jika propertinya masih ditahan, dia tidak akan menginginkannya dan akan langsung membawa Chintia tinggal di Inggris.     

Sesampainya di bandara, Sean berkata pada Wawan, "Wawan, Chintia dan aku akan pergi ke Bogor dulu. Jangan naik pesawat bersama kami. Jika tidak, mungkin kamu akan diawasi oleh orang-orang dari keluarga Susetia. Naiklah penerbangan malam."     

"Baik, Tuan Muda Sean!" jawab Wawan.     

Setelah itu, Sean dan Chintia terbang ke Bogor dengan pesawat.     

Ketika mereka tiba di Bogor dan segera setelah keluar dari bandara, Sean dan Chintia bertemu seorang kenalan.     

"Presdir Sean, Presdir Chintia, kenapa Anda berdua datang ke Bogor?"     

Seorang wanita karir berusia 40-an berjalan menghampiri di depan keduanya. Dia adalah salah satu Wakil Presiden Direktur Best Express, Mindy Herbowo.     

Si Mindy ini sudah mengenal Chintia selama bertahun-tahun. Bahkan Chintia sendirilah yang mempromosikannya setelah menjabat sebagai presiden direktur.     

"Wapresdir Mindy?"     

"Mindy! Kebetulan sekali! Apakah kamu mau pergi?" tanya Chintia.     

"Ya. Aku mau rapat di Banten. Ada kekacauan di sana," jawab Mindy, "Presdir Sean, Presdir Chintia, bagaimana kalau kalian juga ikut pergi ke sana dengan saya?"     

Sean tahu fakta bahwa dia diselidiki dan asetnya dibekukan sudah menyebar di industri, termasuk juga mempengaruhi saham Best Express.     

"Sementara ini, kami tidak bisa pergi dan harus pergi ke Bogor untuk melakukan sesuatu," kata Sean.     

Ada banyak hal yang ingin Mindy laporkan pada kedua presiden direktur ini, jadi dia berkata, "Kalian belum memesan hotel, kan? Bagaimana kalau malam ini tinggal di tempat saya? Saya akan langsung membawa kalian ke sana."     

"Mindy, bukankah kamu sedang buru-buru untuk rapat di Banten? Kamu tidak usah mengantar kami. Jangan sampai penerbanganmu tertunda," tolak Chintia.     

Mindy melambaikan tangannya. "Tidak apa-apa. Belum terlambat bagiku untuk naik penerbangan selanjutnya."     

Selanjutnya Mindy langsung melakukan panggilan dan menyuruh orang untuk menjemput mereka.     

Pada saat duduk di dalam mobil, Mindy langsung melapor pada mereka berdua, "Presdir Sean, Presdir Chintia, dewan direksi sekarang sangat agresif. Mereka sedang mendiskusikan apakah akan mengundang kurir wanita dari luar negeri lagi di masa depan."     

"Anda juga tahu bahwa biayanya sangat tinggi. Dulu perusahaan mendapat dukungan dana dari Anda, tapi sekarang aset Anda sudah dibekukan. Pengeluaran ini akan mempengaruhi kepentingan pemegang saham, jadi semua orang tidak bersedia," terang Mindy.     

Sean mengangguk.     

Sebenarnya tujuan Sean melakukan ini hanya untuk membantu para pria lajang di Indonesia. Sejauh ini, dia telah melakukan cukup banyak. Sudah semakin banyak gadis asing yang datang ke Indonesia untuk mencari pekerjaan dan hidup atas inisiatif mereka sendiri.     

"Sementara masalah ini dapat ditangguhkan. Selain itu, Mindy, Chintia dan saya kemungkinan akan pergi ke Inggris dan tidak kembali ke perusahaan. Sekarang saya menunjuk Anda sebagai Presdir Best Express. Kami serahkan perusahaan pada Anda. Tolong awasi baik-baik," kata Sean.     

Mindy merasa tersanjung.     

"Terima kasih, Presdir Sean! Kalian… Apa benar-benar akan pergi?"     

Sean melihat ke luar jendela.     

"Itu tergantung pada bagaimana percakapan dengan lelaki tua itu besok."     

Sean tidak terlalu percaya diri dengan apa yang akan terjadi besok.     

Tidak lama kemudian, mobil melaju ke tempat tinggal Mindy, yang sebenarnya berada di sebelah rumah Maureen. Kedua tempat ini sangat dekat. Setelah membukakan pintu gerbang untuk Sean dan Chintia, Mindy meninggalkan kunci untuk mereka berdua.     

"Presdir Sean, Presdir Chintia, selama dua hari ini kalian bisa tinggal di tempat saya dulu saja. Saya pergi ke Banten dulu. Jika ada yang kalian butuhkan, hubungi saya kapan saja."     

"Ya. Terima kasih, Mindy," ujar Chintia, lalu mengantar Mindy ke depan pintu.     

Ketika Chintia kembali, dia mendapati Sean sudah duduk di kursi gantung yang ada di halaman sambil berayun dengan nyaman.     

"Lihatlah Mindy. Dia tahu Presdir Sean suka tinggal di sini, jadi secara khusus membiarkan Presdir Sean tinggal di sini," komentar Chintia.     

Sean bingung. "Kapan aku bilang aku suka tinggal di rumah seperti ini?"     

Chintia berpura-pura cemburu dan berkata, "Bukankah kamu tinggal di rumah Maureen selama seminggu ketika kamu datang ke Bogor terakhir kali? Selain itu, kamu bersama dengan seorang wanita yang secantik bidadari. Hmph! Kamu sangat menikmati satu minggu itu, kan?"     

Sean buru-buru turun dari kursi gantung, lalu memeluk Chintia dan membujuknya, "Sayangku, apa jangan-jangan kamu tidak percaya padaku? Kami tidur terpisah. Aku juga tidak tertarik padanya."     

"Kamu tidak tertarik padanya, tapi dia tertarik padamu. Apa kamu tahu? Maureen menyukaimu," tukas Chintia.     

Tentu saja Sean tahu. Sean mendengar percakapan antara Chintia dan Maureen pada hari itu. Namun, Sean pura-pura tidak tahu.     

"Mana mungkin? Dia wanita tercantik di Bogor yang tidak memiliki laki-laki manapun. Aku hanya seorang bajingan yang sudah melecehkannya! Mana mungkin dia bisa menyukaiku?"     

Mendengar Sean menyebut dirinya bajingan, Chintia pun tertawa.     

"Tuan Bajingan, bagaimana kamu akan bernegosiasi dengan keluarga Susetia besok? Kamu tidak memiliki anak buah saat ini dan hanya membawa Wawan seorang. Keluarga Susetia sangat kuat. Selain itu, mungkin mereka bahkan memiliki senjata. Bagaimana kalau besok saat tiba di kediaman keluarga Susetia, mereka ingin membalas dendam padamu?" tanya Chintia.     

Senyum percaya diri muncul di wajah Sean.     

"Aku bukan hanya memiliki Wawan. Masih ada satu lagi."     

"Siapa?"     

"UFO!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.