Ingin Kukatakan Sesuatu

Memasuki Rumah Keluarga Susetia Sendirian!



Memasuki Rumah Keluarga Susetia Sendirian!

0Terakhir kali ketika Sean meninggalkan Bogor, dia memberikan pesawat UFO pada Marvin. Pesawat yang mirip pesawat luar angkasa alien dan langka ini memiliki harga yang mahal. Pesawat ini dilengkapi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi tercanggih di dunia.     
0

Secara nilai, pesawat ini jauh lebih mahal daripada pesawat pribadi atau kapal pesiar mewah, jadi bagaimana bisa Sean memberikannya begitu saja? Dia membuat Marvin salah mengira bahwa dirinya sudah mengambil harta itu. Sean menganggap Marvin akan merawatnya dengan baik dan menggunakannya untuk kepentingannya sendiri.     

Seperti yang semua orang tahu, pesawat UFO ini dapat dikendalikan dari jarak jauh. Sean sendiri juga bisa mengendalikan pesawat ini melalui laptop.     

Sean menyalakan laptop. Dia menatap Chintia dan menunjuk ke posisi titik merah di layar, lalu berkata, "Di situlah UFO itu berada sekarang."     

Setelah itu, Sean membuka peta dan melihat lebih dekat. Tempat itu bukan kantor polisi, atau tempat seperti pangkalan militer atau lembaga penelitian pesawat, melainkan daerah perumahan. Sean juga khawatir UFO itu akan disita oleh kantor polisi, tapi sepertinya Marvin menyelesaikan masalah ini.     

"Lokasi ini pasti rumah kakek Marvin!"     

Sean tersenyum. Besok pagi dia akan mengunjungi kakek Marvin. Sangat cocok meletakkan UFO di sana. Dia bisa memerintahkan Wawan untuk menyerang orang-orang dari keluarga Susetia kapan saja.     

———     

Malam harinya di rumah mewah Suhendra, Marvin datang ke ruang kerja Suhendra.     

"Kakek, Sean si bocah itu sudah tiba di Bogor. Kemungkinan dia akan datang menemui Kakek besok pagi," lapor Marvin.     

"Ya."     

Pada saat ini, Suhendra mengenakan kacamata dan sedang menulis dengan kuas.     

"Dia datang dengan Chintia. Menurut tebakanku, dia tidak akan mau berpisah dari Chintia dan menjadi menantu keluarga kita," tambah Marvin.     

Suhendra terus menulis dengan tenang dan berkata, "Jika dia tidak mau, maka dia akan tinggal di Bogor selamanya."     

Wajah Marvin menunjukkan niat membunuh.     

"Terakhir kali, dia melarikan diri. Tetapi, kali ini, akhirnya aku bisa membalasnya! Besok adalah hari kematian Sean!" kata Marvin dengan bengis, "Kakek, aku sudah menyiapkan tenaga dan senjata. Tidak peduli seberapa hebat kemampuan bertarungnya, dia seorang diri tidak akan bisa keluar dari pintu gerbang kita!"     

Suhendra mengangguk. Lalu, dia diam-diam berkata dalam hatinya, Charles, apakah kita akan menjadi besan atau musuh, semua tergantung pada cucumu yang baik itu! Kita lihat apa yang akan dipilihnya besok!     

———     

Pukul sembilan pagi keesokan harinya, Sean berpamitan pada Chintia dengan ciuman perpisahan.     

"Aku pergi dulu. Sayang, tunggu aku di rumah. Aku akan segera kembali."     

Sean menatap Chintia dan merasa enggan berpisah darinya. Chintia bahkan lebih enggan lagi. Meskipun dia tahu Sean punya rencana, dia masih saja khawatir akan terjadi sesuatu pada Sean di sana.     

Chintia tidak bisa menahan diri untuk tidak memeluk Sean lagi. Dia memeluknya dengan sangat erat, seolah-olah ini adalah pelukan terakhir keduanya.     

"Sayang, kabari aku setiap saat. Jika kamu tidak kembali sebelum jam 12, aku akan lapor polisi," kata Chintia.     

"Ya. Aku pergi dulu."     

Sean membelai wajah Chintia, lalu naik taksi ke lokasi yang dikirim Marvin padanya. Di sana adalah lokasi UFO yang ditampilkan di laptop. Seperti yang Sean harapkan, UFO itu sekarang berada di rumah kakek Marvin.     

Sementara pada saat yang sama, Wawan sudah lama bersembunyi di kegelapan dan siap mengendalikan UFO melalui laptop kapan saja. Sean dan Wawan juga dapat berkomunikasi kapan saja. Nantinya Sean akan menggunakan cangkir sebagai tanda. Asalkan Sean menjatuhkan cangkir, Wawan akan segera mengendalikan UFO dan menyerang keluarga Susetia.     

Tidak lama kemudian, taksi yang dikendarai Sean sampai di sebuah gang kecil dan dihadang oleh seseorang.     

"Mobil tidak boleh lewat. Tuan Sean, silakan turun."     

Seorang lelaki tua telah lama menunggu di sini. Sean tahu dia berasal dari keluarga Susetia, jadi dia membayar taksi dan turun dari mobil.     

Sean mengikuti pria tua itu untuk waktu yang lama hingga akhirnya tiba di gerbang rumah Suhendra. Sementara, Marvin berdiri di depan pintu.     

Marvin tersenyum sombong dan berkata, "Sean, kakekku memintaku untuk menyambutmu di sini. Sangat menghargaimu, kan?"     

Sean mendengus dingin. Baru saja hendak masuk, dia langsung dihentikan oleh Marvin.     

"Tunggu sebentar. Apa yang kamu bawa di tanganmu itu?"     

Marvin khawatir Sean akan membawa senjata seperti senjata api.     

Sean mengangkat tangannya. "Ginseng untuk kakekmu."     

Bagaimanapun, keluarga Yuwono dan keluarga Susetia memiliki hubungan persahabatan di generasi kakek mereka. Suhendra bahkan pernah membantu kakek Sean. Jadi, tentu saja Sean tidak bisa datang dengan tangan kosong di kedatangan pertamanya. Bahkan jika nantinya ada perkelahian, dia juga harus bersikap hormat terlebih dahulu.     

Marvin mengambilnya, lalu membukanya dan berkata, "Wah. Ginseng liar seharga ratusan miliar, kan? Sean, bagaimana kamu masih bisa punya uang? Hartamu sudah dibekukan, seharusnya sekarang kamu gelandangan miskin!"     

Sean berkata dengan dingin, "Pacarku, Chintia Yandra, yang membayarnya. Jika kamu tidak menginginkannya, kalau begitu aku tidak akan membawanya masuk."     

Marvin sangat marah. "Keluarga Susetia kami tidak peduli dengan hadiah bobrokmu ini! Kami juga memiliki banyak ginseng seperti ini di gudang kami! Terlebih lagi, kami tidak menginginkan sesuatu yang berasal dari si Chintia itu!"     

Ketika sedang membicarakan ini, datang seorang pelayan yang berkata, "Tuan Muda Marvin, Tuan besar menyuruh Anda membawa hadiah Tuan Sean masuk."     

Marvin mendengus dingin dan menyerahkan ginseng itu pada Sean lagi.     

"Masuklah! Kakekku sudah lama menunggumu."     

Marvin berjalan di depan, sementara Sean mengikuti di belakangnya.     

Ketika tiba di halaman dan melihat pesawat UFO-nya, langkah Sean terhenti. Melihat ekspresi terkejut Sean, Marvin tertawa.     

"Hahaha! Sean, terakhir kali kamu menyuruh John melemparkanku ke UFO ini. Kamu bahkan membawaku ke kantor polisi dan memutar rekaman yang membuatku kehilangan muka! Namun, aku tetap harus berterima kasih karena kamu sudah memberikan UFO ini padaku."     

"Aku sudah meminta teknisi dalam negeri untuk mempelajari benda ini. Teknologi pesawat ini sangat canggih. Sekarang Indonesia masih belum bisa membuatnya. Sudah, jangan lihat lagi! Ke depannya, benda ini milik keluarga Susetia kami!" kata Marvin dengan sombong.     

Sean berkata dengan jijik, "Memang benar-benar keluarga tidak berpengalaman. Besi rongsokan seperti ini saja dianggap sebagai harta karun yang berharga. Di gudang keluargaku ada banyak sampah seperti ini. Kamu pikir aku akan menyayangkan benda ini?"     

"Kamu…"     

Marvin merasa sangat kesal. Sean bahkan berani pamer di kompleks perumahan keluarga Susetia-nya. Namun, dalam hal tingkat teknologi canggih ini, keluarga Susetia tidak sebaik keluarga Yuwono. Itu karena keluarga Yuwono memiliki hubungan yang sangat baik dengan Elon Musk, sementara Elon Musk memiliki teknologi penerbangan paling canggih di dunia.     

"Kenapa kalian meletakkannya di halaman?" tanya Sean.     

"Kakekku sangat menyukai mainan ini, jadi Kakek menyuruh orang menempatkannya di sini," tukas Marvin, "Sudah, jangan banyak omong kosong! Ikuti aku!"     

Begitu masuk ke ruang keluarga, Marvin memarahi Sean.     

"Kakek, binatang kecil itu sudah datang!"     

Sean sangat marah. Jika mereka sedang berada di tempat lain, Sean pasti akan pergi menendang Marvin tanpa ragu-ragu. Tapi, sekarang dia tidak bisa melakukannya.     

Di ruang tamu yang mewah dan luas, Suhendra duduk di bagian terdalam. Sementara, duduk putra dan putri Suhendra di kedua sisinya. Di paling ujung, duduk generasi ketiga keluarga Susetia yaitu Maureen, Matthew, Michelle, dan Marvin.     

Orang-orang dari keluarga Susetia mereka saja sudah cukup mengintimidasi. Sementara di belakang mereka masing-masing, berdiri seorang pria jangkung dan gagah dalam setelan jas. Selain itu, orang-orang ini mungkin memiliki senjata di tangan mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.