Ingin Kukatakan Sesuatu

Giana yang Murahan!



Giana yang Murahan!

Chintia memandang Sean dan bertanya, "Sean, di mana ayahku?"     

Sean menggelengkan kepalanya. Dia hanya tahu bahwa Yudha tidak mati, tetapi dia tidak tahu di mana keberadaan Yudha.     

Kombespol Achmad sendiri mengenal Yudha. Dia pun bertanya dengan heran, "Kenapa semua orang mengatakan kalau Tuan Yudha belum meninggal?"     

Julius menunjuk Sean. "Dia memiliki foto terbaru Kak Yudha."     

Kombespol Achmad memandang Sean. "Bisakah Anda menunjukkan foto itu pada saya?"     

Sean mengangguk, lalu menunjukkan foto di ponselnya pada Kombespol Achmad.     

Kombespol Achmad pun mengangguk dan berkata, "Ini memang benar Tuan Yudha sendiri. Menurut perhitungan waktu, dia berusia 40-an pada 11 tahun yang lalu, sementara sekarang dia memang sudah berusia 50-an. Bagaimana Tuan Sean bisa mendapatkan foto ini?"     

Tentu saja Sean tidak bisa mengekspos kakak tertuanya, jadi dia menjawab, "Saya pergi ke Prancis dua hari yang lalu untuk menyelidiki pembunuh ayah Chintia dan menawarkan hadiah 5 juta euro untuk mengumpulkan petunjuk, kemudian seseorang memberikan bukti ini pada saya."     

Penjelasan ini tetap saja beralasan. Fakta bahwa Sean menawarkan hadiah 5 juta euro selama pergi menyelidiki ke sana memang benar.     

Pada saat ini, Julius menimpali, "Kombespol Achmad, selama ini saya juga menyelidiki pembunuhan Kak Yudha. Saya memiliki foto Kak Yudha bersama tersangka pembunuhan di hari kematiannya, dan tersangka itu adalah ayah Sean, Hendrich Yuwono!"     

"Di mana fotonya?" tanya Kombespol Achmad.     

"Di rumah," jawab Julius, "Saya akan mengirim seseorang untuk segera mengambilnya."     

Kombespol Achmad mengangguk dan berkata, "Tuan Julius, Tuan Sean, silakan ikut ke kantor polisi bersama saya untuk membantu menyelidiki hilangnya Tuan Yudha."     

Kombespol Achmad kemudian memandang Chintia. "Anda adalah putri Tuan Yudha, kan? Ikutlah dengan kami juga."     

"Baik."     

Tak satu pun dari ketiganya menolak. Jasmine yang berada di samping juga datang mendekat.     

"Saya juga putri Yudha Yandra. Saya juga akan ikut!"     

Kombespol Achmad mengangguk. "Kalau begitu, silakan ikut ke mobil polisi bersama-sama."     

Setelah berbicara, Kombespol Achmad berbalik dan pergi, lalu menginstruksikan petugas polisi lainnya, "Orang-orang yang berkelahi dan membuat masalah di sini, bawa mereka semua!"     

"Baik!"     

Setelah Sean, Julius, Chintia dan yang lainnya pergi, pesta pernikahan yang meriah ini secara resmi berakhir. Para tamu juga meninggalkan meja satu demi satu dan pulang.     

"Kakek, Sean tidak melakukan apa-apa. Dia tidak memiliki catatan kriminal dan tidak melakukan pelanggaran apapun di Indonesia. Mengenai Yudha, dia juga berpura-pura tidak mengetahuinya. Sepertinya dia akan segera dibebaskan," kata Marvin.     

"Anak ini tidak tahu kesalahannya dan justru kembali bersama Chintia lagi. Dia tidak menganggap serius kakakku dan tidak menganggap serius keluarga Susetia kita! Jika dia tidak diberi pelajaran, aku akan benar-benar kesal setengah mati!" tegas Marvin.     

Wajah Suhendra muram. Dia berkata dengan datar, "Jangan khawatir. Sean tidak akan keluar dengan mudah kali ini. Bahkan jika dia berhasil keluar dari kantor polisi tanpa masalah, Kakek akan membuatnya mendapatkan pelajaran!"     

"Setelah menindas cucuku, dia ingin pergi dengan tidak bertanggung jawab. Cih! Dia pikir dia terlalu bagus? Hah?!"     

Setelah Suhendra selesai berbicara, dia juga pergi.     

Ketika keluarga Susetia berjalan ke pintu, Giana sudah menunggu di sana.     

Giana berdiri di sana dengan tubuhnya yang langsing dan ramping, bertingkah seperti gadis kecil yang polos. Dia begitu cantik, jadi dia mengira dirinya pasti akan menarik perhatian Suhendra. Namun, tidak ada seorang pun di keluarga Susetia yang memandangnya sama sekali dan berjalan melewatinya.     

"Hei."     

Tepat ketika Marvin melewati Giana, Giana mengulurkan jari-jarinya yang ramping dan mengaitkannya pada tangan Marvin. Marvin berhenti dan melirik Giana yang berkata dengan lembut, "Ada yang ingin kukatakan padamu."     

Marvin, yang tampak muak, berteriak pada Suhendra, "Kakek, kembalilah dulu. Aku mau ke toilet."     

Setelah keluarganya pergi, Marvin bertanya dengan tidak sabaran, "Ada apa?"     

Giana tersenyum dan malah bertanya, "Apa orang yang tadi itu kakekmu?"     

Sebelumnya ketika Marvin pergi ke rumah Sean untuk menggoda Giana, dia menunjukkan foto-foto kakeknya dan banyak orang terkemuka untuk membuat Giana terkagum.     

"Ya, kenapa?" ​​Marvin membalas dengan dingin.     

Giana tersenyum manis. "Kenapa kamu tidak memperkenalkanku pada kakekmu?"     

Marvin menjawab tanpa basa-basi, "Memperkenalkanmu? Apa kamu layak?"     

Jangankan keluarga Wangsa yang saat ini sudah terkucilkan. Bahkan saat mereka berada di masa puncaknya beberapa waktu lalu, di mata keluarga Susetia, mereka tetap tidak masuk hitungan.     

Giana menggigit bibirnya dan merasa sangat kesal ketika diserang seperti ini. "Kamu bilang kamu akan memberiku 2 triliun. Penuhi janjimu sekarang dan berikan uangnya padaku."     

Ujung-ujungnya Giana tetap mencari Marvin untuk meminta uang. Tidak meminta uang bukanlah gaya Nona Giana.     

Marvin tersenyum dan berkata, "Aku sudah bilang, jika kamu memberiku anak laki-laki, aku akan memberimu 2 triliun, tetapi sekarang aku sudah tahu kamu memberiku anak perempuan, sementara anak laki-laki itu adalah anak Sean."     

"Aku tidak menyukai anak perempuan. Aku tidak berencana menginginkan anak itu, jadi untukmu saja!"     

Sambil berbicara, Marvin hendak pergi. Giana buru-buru menahannya.     

"Bagaimana bisa kamu sekejam ini? Bagaimanapun juga, dia darah dagingmu! Betapa baiknya memiliki anak perempuan! Anak perempuan akan menjadi kesayangan ayahnya! Apa kamu tahu seberapa besar Sean menginginkan andai anak itu adalah anaknya? Tapi, kamu justru tidak menghargainya!" kata Giana.     

Giana bersikeras, "Aku tidak peduli. Aku sudah melahirkan seorang anak untukmu. Meskipun kamu tidak memberiku 2 triliun, setidaknya kamu harus memberiku 1 triliun! Asalkan kamu memberiku 1 triliun, ke depannya aku tidak butuh kamu ikut andil dalam segala hal yang berkaitan tentang anak kita. Aku sendiri yang akan membesarkannya."     

Marvin berpikir sejenak. Satu triliun bukanlah jumlah yang besar baginya.     

Melihat wajah cantik Giana, Marvin tidak bisa menahan dirinya dan mengulurkan tangannya, lalu meletakkannya di wajahnya yang cantik.     

"Wajahmu secantik ini, jadi anak perempuanmu pasti akan sangat cantik. Ya sudah. Kalau begitu, aku akan memberimu 1 triliun."     

Giana sangat gembira. "Kalau begitu, segera transfer uangnya!"     

Marvin menatap Giana dari atas ke bawah, lalu menyeringai dan berkata, "Giana, pemulihan tubuhmu boleh juga. Kamu terlihat gadis yang belum pernah melahirkan! Ck! Ck! Ck!"     

"Begini saja. Temani aku ke hotel dan layani aku dengan baik, lalu aku akan mentransfer uang padamu. Bagaimana?"     

Giana mulai ragu. Tujuan utama kedatangannya kali ini adalah untuk mendapatkan Sean kembali. Tapi, sekarang Sean dan Chintia sudah bersama lagi. Dia juga sudah tidak ada harapan.     

Giana pun mengangguk. "Oke. Aku akan pergi denganmu."     

Marvin segera mencium Giana, lalu memeluknya dan berkata, "Ayo pergi, sayang!"     

Giana berbalik dan melirik Sandi.     

"Kak Sandi, kamu harus merahasiakan masalah ini untukku. Kamu tidak boleh memberitahu Sean. Jangan lupa, sekarang akulah yang paling kaya di keluarga Wangsa!"     

Sandi menggertakkan giginya dengan enggan, tetapi mau tidak mau setuju.     

———     

Seolah ingin memberitahu Sean, Marvin memilih Hotel Intercontinental tempat Sean menginap dan juga memilih kamar presidential suite.     

Di suite mewah, Giana yang anggun berbaring di pelukan Marvin dan bertanya, "Sayang, aku dengar kakekmu bilang ayah Sean mengurung atau apalah itu. Apakah kakekmu tidak menyukai Sean? Apakah keluarga Susetia kalian akan melawan keluarga Yuwono?"     

Marvin menjawab sambil tersenyum, "Benar. Sean berani kembali berbaikan dengan Chintia saja sudah benar-benar membuat kakekku kesal. Dia, sudah tamat!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.