Ingin Kukatakan Sesuatu

Andy dan John Dipenjara Seumur Hidup!



Andy dan John Dipenjara Seumur Hidup!

0Malam itu, Sean dan Chintia menggila sepanjang malam. Lagu 'Suffer' oleh Charlie Puth diputar untuk meningkatkan suasana. Entah sudah berapa kali lagu itu diputar.     
0

Sementara malam ini, dua orang yang sama menggilanya dengan mereka adalah Marvin dan Giana yang berada di president suite Intercontinental Hotel. Mereka berdua hampir tidak tidur.     

Kebetulan mereka berempat bertemu saat akan menaiki lift bersama pada pukul sembilan pagi keesokan harinya.     

Sean memegang tangan Chintia, sementara Giana memegang lengan Marvin, saat keempatnya bertemu. Setelah melihat Sean dan Chintia, Giana tersipu malu dan segera melepaskan tangannya dari Marvin.     

Jika diingat-ingat, terakhir kali Giana bertemu Sean di hotel bintang lima adalah ketika dia menyewa kamar dengan Cahyadi dan tertangkap basah oleh Sean. Kali ini, lagi-lagi Giana merasakan perasaan yang sama. Dia pun panik. Akan tetapi, Marvin tertawa terbahak-bahak dan menyapa Sean.     

"Sean, kalian berdua terlihat tidak memiliki kekuatan untuk berjalan. Kelelahan karena kemarin malam, ya? Sampai sudah mau pingsan seperti itu. Haha!"     

Marvin melihat ke arah kaki Chintia dan mendapati lutut Chintia merah dan memar. Tampaknya akibat dilempar ke sana kemari tadi malam. Sementara, Giana juga mengenakan rok pendek, Sean pun juga tidak bisa menahan dirinya dan melihat lutut Giana yang juga merah dan memar. Marvin dan Sean langsung mengerti apa penyebabnya.     

Sean tetap saja merasa sangat kesal saat melihat Marvin dan Giana menyewa kamar. Meskipun saat ini pacarnya adalah Chintia dan dia juga sudah tidak lagi mencintai Giana, bagaimanapun juga Giana pernah berselingkuh dengan Marvin di belakangnya.     

Apalagi, baru kemarin malam Giana masih memiliki wajah untuk mengatakan pada Sean hanya dialah satu-satunya wanita yang paling mencintai Sean di dunia ini. Sean merasa jijik ketika teringat akan apa yang dikatakan Giana kemarin.     

Cinta sampah! Siang hari bilang mencintaiku, lalu malam harinya langsung menyewa kamar dengan laki-laki lain? Apakah begini cintamu padaku?!     

Sean memandang Giana dan bertanya, "Di mana anakku?"     

Giana tidak berani menatap langsung ke arah Sean. "Hah?"     

Sean mengulangi pertanyaannya lagi, "Aku tanya, di mana putraku?!"     

Giana menjawab dengan suara yang pelan, "Oh, putra kita ada di Jakarta. Ibuku yang menjaganya."     

Sean mengamuk, "Bagus, Giana. Putraku masih begitu kecil, tapi kamu menelantarkannya begitu saja di Jakarta dan kabur sendirian untuk menggila dengan kekasihmu!"     

Giana buru-buru menjelaskan, "Aku bukan datang kemari karena Marvin. Aku sama sekali tidak tahu kalau dia juga datang ke Surabaya. Aku datang kemari untuk menemuimu!"     

Sean mendengus dingin. "Untuk menemuiku? Kalau memang untuk menemuiku, lalu kenapa kamu bisa sampai berada di dalam kamar orang lain?"     

Giana langsung menyahut, "Jika bukan karena kamu, aku tidak akan kembali pada Marvin! Kamu berbaikan dengan Chintia dan tidak menginginkanku, tapi tidak mengizinkanku mencari laki-laki lain?"     

"Aku bukannya tidak membiarkanmu mencari laki-laki lain. Terserah kamu mau bertemu dengan laki-laki mana pun. Tapi, tingkah lakumu ini hanya mementingkan kesenanganmu sendiri dan tidak memedulikan anak-anakmu! Sepertinya aku harus menyuruh keluargaku untuk segera mengambil putraku!" kata Sean.     

"Tidak! Sean, aku mohon padamu. Jangan ambil anakku!" Giana mulai panik.     

Pada saat ini, Marvin terkekeh dan berkata, "Giana, untuk apa kamu memohon padanya? Sekarang dia hanya orang miskin. Asetnya sudah dibekukan dan dia tidak dapat menggunakan sepeser pun uangnya. Orang-orang dari keluarganya juga tidak dapat dihubungi sama sekali. Sejak awal dia sudah diabaikan. Orang-orang di keluarga Yuwono tidak berani datang ke Indonesia!"     

Mendengar kata-kata Marvin, Sean tampak marah.     

"Ternyata keluarga Susetia-mu memang mengincarku!"     

Marvin mendengus dingin.     

"Benar! Keluarga Susetia kami memang mengincarmu! Memang kenapa?! Sean, kamu tidak tahu diuntung! Disukai oleh kakakku adalah keberuntungan di hidupmu, tapi bukannya kamu memilih kakakku, kamu justru memilih wanita tua seperti Chintia. Biar aku katakan padamu. Pembekuan rekeningmu masih bukan apa-apa! Selanjutnya, aku masih akan membuatmu lebih buruk dari seorang pengemis!"     

"Cari mati kamu, hah?!" Sean segera mengepalkan tinjunya ke arah Marvin.     

"Jangan!" Chintia menahan Sean. Di sini ada kamera. Jika memukul orang, Sean pasti akan dibawa.     

Marvin tidak takut. "Mau memukulku? Pukul saja! Aku tidak akan berkelahi denganmu hari ini. Sekarang aku sedang tidak ada tenaga. Mantan istrimu benar-benar hebat di ranjang hingga membuatku tidak memiliki sedikit pun kekuatan saat ini. Haha!"     

Ketika Sean melihat Marvin yang begitu bangga memamerkan hubungannya dengan Giana, Sean teringat akan pengkhianatan yang pernah mereka berdua lakukan di belakang Sean selama pernikahannya dengan Giana. Dia tidak lagi memedulikan kamera atau apa pun itu dan menendang Marvin.     

Duak!     

Marvin ditendang sampai ke depan pintu lift.     

"Dasar bajingan! Beraninya kamu memukulku! Aku lihat, sepertinya kamu ingin menghabiskan sisa hidupmu dengan Andy dan John di penjara!" Marvin berteriak dengan marah.     

"Apa katamu?" Sean mendengar ada sesuatu yang salah.     

Marvin terkekeh.     

"Sean, kamu kacang yang lupa kulitnya! Kamu hanya peduli bersenang-senang dengan wanita tuamu dan benar-benar melupakan para anak buahmu, kan? Andy, John, dan para preman dari Asia Tenggara itu semuanya sudah ditangkap. Selain itu, tidak ada satu pun dari mereka yang bisa bebas! Tidak hanya itu. Biar aku katakan padamu, Andy dan John, dua anak buahmu yang paling cakap itu akan tinggal di sana selamanya!"     

Setelah mendengar perkataannya, Sean berteriak, "Dasar berengsek! Aku tahu situasi mereka dengan sangat baik. Apa yang mereka lakukan sama sekali tidak seserius itu."     

Pada saat ini, Wawan muncul dari lift dan dengan panik melapor pada Sean, "Tuan Muda Sean, gawat! Tiger mengkhianati Tuan Andy dan Kak John! Dia memberitahu semua tindakan kriminal yang dilakukan Tuan Andy dan Kak John pada polisi."     

Sean tidak memiliki kesan mendalam tentang Tiger, tetapi hanya ingat bahwa tampaknya dia merupakan salah satu anak buah Andy.     

Sean memandang Marvin yang begitu arogan dan menebak, "Kamu pasti sudah membeli Tiger dengan uangmu, kan?"     

Sean sedikit khawatir. Hanya saja, John masih baik-baik saja. Dia tidak melakukan sesuatu yang terlalu parah dalam beberapa tahun terakhir. Tetapi, apa yang telah dilakukan Andy selama bertahun-tahun, jika dikumpulkan, dapat membuatnya dihukum setidaknya beberapa tahun.     

Marvin menyahut lagi, "Andy dan John akan tinggal di penjara selama sisa hidup mereka."     

Wawan menambahkan, "Si Tiger itu juga membuat tuduhan yang tidak masuk akal pada Tuan Andy dan Kak John. Dia bilang ada beberapa preman yang meninggal secara tidak sengaja saat berkelahi, kecelakaan mobil, terbakar, dan sebagainya. Dia mengatakan bahwa semua itu dilakukan oleh Tuan Andy dan Kak John."     

"Tuan Muda Sean, Tuan Andy dan Kak John kemungkinan tidak akan bisa keluar dari penjara seumur hidup! Anda harus mencari cara untuk menyelamatkan mereka."     

Sean merasa jengkel. Jika mereka berdua menerima hukuman yang pantas mereka terima atas kesalahan mereka, Sean masih bisa menerimanya. Tetapi, saat ini Marvin menyuruh orang untuk memfitnah mereka.     

Andy dan John, keduanya adalah bawahan Sean yang baik. Mereka setia padanya dan juga sudah melakukan banyak hal untuknya. Jelas Sean tidak bisa hanya duduk dan menonton tanpa memedulikan mereka.     

Sean memandang Marvin. "Kamu berani menyuruh orang untuk memfitnah bawahanku?"     

Marvin tersenyum dan membalas, "Kenapa aku tidak berani?! Saat pertama kali kamu menangkapku, dua anking ini bahkan ingin membunuhku! Sean, apa kamu ingin menyelamatkan mereka? Mudah saja. Aku hanya tinggal meminta orangku untuk menarik tuduhan terhadapnya dan mengakui bahwa apa yang dikatakannya, saksi, serta fisik yang ada adalah palsu."     

"Apa syaratmu?" tanya Sean.     

Marvin menjawab, "Bukan aku yang menentukan syaratnya. Kamu harus pergi ke Bogor dan menanyakannya pada kakekku! Kamu berani atau tidak pergi ke Bogor?!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.