Ingin Kukatakan Sesuatu

Menyelidiki Pembunuh Sebenarnya!



Menyelidiki Pembunuh Sebenarnya!

0Terdapat begitu banyak wanita cantik. Agar bisa mengungguli wanita lain, pakaian dan riasan adalah kuncinya. Setiap wanita memiliki gayanya sendiri yang paling cocok untuk dirinya.     
0

Misalnya saja Giana Wangsa. Meskipun dia wanita jahat yang beberapa kali membuat masalah, riasan yang paling cocok untuknya adalah riasan yang polos. Wajahnya yang langka dan ekspresi polosnya mampu membujuk kekasihnya untuk selalu memaafkannya. Dia benar-benar sangat cocok dengan peran semacam itu. Jika dia disuruh mengenakan pakaian seksi, itu justru tidak akan cocok dengannya.     

Sementara Chintia, dia wanita dewasa yang tidak cocok mengenakan pakaian polos semacam ini. Jika dia mengenakan seragam sekolahan atau semacamnya, itu akan sangat mengurangi poinnya. Dia paling sempurna hanya ketika mengenakan setelan jas yang membuatnya terlihat mendominasi dan menunjukkan auranya sebagai seorang presiden direktur.     

Sementara Maureen, wajahnya membuat orang yang melihatnya merasa nyaman. Gaya pakaian apapun yang dikenakannya mampu menunjukkan kecantikannya, asalkan dia tidak mengenakan riasan yang terlalu garang.     

Demikian pula Jasmine. Wajahnya tidak dapat dibandingkan dengan Giana, Chintia, dan Maureen dan lekuk tubuhnya juga tidak dapat dibandingkan dengan Yuana. Namun, ketika dia mengenakan seragam pramugari, aura yang dimilikinya itu akan membuat pria manapun melupakan wanita cantik lainnya.     

Untuk membuat Sean dapat melihat lekuk tubuhnya dengan jelas, Jasmine bergerak sangat dekat dengan Sean. Setelah melihat selama beberapa saat, Sean pun menjadi malu melihatnya.     

"Sudah, sudah! Jasmine, jangan berputar lagi."     

Jasmine masih belum yakin. "Jadi, menurutmu tubuhku bagus atau tidak?"     

Sean langsung menjawab, "Bagus!"     

Jasmine bertanya lagi, "Sempurna atau tidak?!"     

Sean kembali menjawab, "Sempurna!"     

Jasmine terus bertanya, "Pantas atau tidak untuk kakak keduamu?"     

Sean sontak menjawab, "Pantas, pantas! Dia yang tidak pantas untukmu!"     

Jasmine menyahut, "Lalu, kenapa kamu masih belum juga memanggilku Kakak Ipar?!"     

"Dasar gadis nakal! Beraninya memanfaatkanku! Lihat bagaimana aku membereskanmu!" sergah Sean.     

"Ah! Kak John, tolong! Sean mau memukulku!"     

Jasmine berlarian di pesawat sambil mengenakan sepatu pramugarinya.      

...     

Berkat kehadiran Jasmine si penghidup suasana, penerbangan Sean yang panjang menjadi sangat seru dan menyenangkan. Dia bahkan lupa untuk apa dia ada di sini dan lupa bahwa Chintia akan segera menikahi Julius.     

Sean mulai mengerti mengapa Chintia tidak memberitahu Jasmine apa pun. Dia benar-benar tidak ingin membiarkan senyum cerah Jasmine tertutup kabut kesedihan.     

Akhirnya Sean tiba di Paris, ibu kota Prancis. Saat ini Paris juga sedang gerimis.     

Mereka semua pergi ke Pusat Kantor Kepolisian Paris. Seorang petugas polisi bernama Frank segera menemui Sean.     

Bahasa Prancis Sean sendiri cukup bagus, jadi dia langsung berbicara dalam bahasa Prancis, "Saya ingin menyelidiki insiden pembunuhan seorang pria Indonesia di bar LeBall di Jalan Jean-Jacques Rousseau pada 29 Agustus, 11 tahun yang lalu. Nama korbannya adalah Yudha Yandra."     

Yudha Yandra adalah nama ayah Chintia dan Jasmine. Tidak lama kemudian, Frank mengeluarkan informasi dari tahun itu dan menjelaskan pada Sean.     

"Tuan Yudha adalah seorang ahli IT yang pada saat itu datang ke Paris untuk menghadiri seminar akademis. Menurut informasi, dia datang ke bar LeBall sendirian malam itu, tetapi ketika dia pergi, dia pergi dengan pria Indonesia lainnya. Kami menduga kematian Tuan Yudha terkait dengan pria Indonesia lainnya itu."     

Sean buru-buru bertanya, "Ada berapa banyak informasi tentang si pembunuh? Apakah ada CCTV?"     

"Ada."     

Frank menyerahkan selembar kertas pada Sean. Tercetak informasi foto dari CCTV, hanya saja sangat kabur sehingga wajah pria itu tidak terlihat dengan jelas.     

"Pada saat itu, kami melakukan pencarian di Paris berdasarkan ukuran tubuhnya, tetapi pada akhirnya mencapai kesimpulan bahwa mungkin orang itu imigran gelap atau mafia. Kami menyelidiki bahwa Tuan Yudha adalah seorang ahli IT dan pemilik perusahaan teknologi yang sangat handal, jadi dia memiliki banyak pesaing di Indonesia. Kami menduga mungkin pesaingnya menyewa pembunuh bayaran untuk membunuhnya. Semua ini disebabkan oleh pertikaian di antara orang-orang negara kalian sendiri."     

Sean tahu mereka pasti tidak ingin Yudha mati di tangan orang Prancis.     

Sean kembali bertanya, "Bagaimana Yudha bisa meninggal? Apakah jenazahnya sudah dikirim kembali ke Indonesia?"     

"Dia ditembak mati. Malam itu ada banyak tamu yang mendengar suara tembakan," jawab Frank, "Tuan Yudha segera dikirim ke rumah sakit, tetapi sayangnya kami kehilangan tubuhnya."     

"Hilang?" Sean tertegun sejenak.     

Frank menjelaskan, "Benar. Sebenarnya tubuh orang Prancis lainnya juga hilang di rumah sakit hari itu, tapi untuk menghindari hukuman, pekerja mengambil tubuh Yudha untuk dikremasi. Dia kemudian mencoba untuk kabur, tapi akhirnya ketahuan. Kami dapat mengonfirmasi bahwa Tuan Yudha memang telah meninggal dan bukti yang tertinggal di tubuhnya juga dapat membuktikan identitasnya."     

Karena polisi mengatakan demikian, jadi seharusnya memang benar. Sean masih ingin tahu siapa pria Indonesia lainnya yang bersama dengan Yudha.     

"Karena Chintia bilang dia ingin balas dendam, maka dia pasti tahu siapa pembunuhnya. Kepolisian tidak tahu, tapi pasti ada orang lain yang tahu!"     

Sean tidak membuang waktu lagi di kantor polisi dan langsung pergi ke tempat kejadian, bar LeBall di Jalan Jacques Rousseau. Benar, bar ini masih buka.     

Aku hanya bisa berada di Paris selama 24 jam. Jika terlambat, aku tidak akan bisa kembali untuk menghentikan pernikahan Chintia!     

Sean sangat panik. Bagi Sean, bahkan terlambat satu jam saja tidak bisa. Itu karena Chintia sudah berjanji pada Julius bahwa pada hari pernikahan, dia akan menyerahkan tubuhnya untuk Julius. Sean tidak bisa membiarkan Julius memiliki Chintia lagi.     

Sean sudah menanyai orang-orang yang ada di bar dan jalan-jalan di dekat bar, tapi sayangnya dia tidak bisa menemukan petunjuk apa pun.     

"Bagaimana ini? Kak Sean, kejadiannya sudah sangat lama. Bahkan jika ada seseorang yang benar-benar tahu tentang ini, mungkin orang itu sudah tidak ada di Paris, atau bisa saja sudah mati, kan?"     

Tak hanya Sean, Jasmine juga merasa frustasi. Sean tidak percaya bahwa dia tidak dapat menemukan orang itu. Karena Julius dapat menemukannya, dia pasti dapat menemukannya juga. Itu hanya masalah waktu.     

Sean terus melihat arlojinya. Waktunya sudah hampir habis. Untuk menemukan pembunuh yang sebenarnya sesegera mungkin, dia mencari stasiun televisi, radio, dan iklan di internet serta menawarkan hadiah 5 juta euro untuk menemukan petunjuk.     

5 juta euro itu lebih dari 70 miliar! Jumlah sebesar ini membuat banyak orang menggila.     

Banyak orang datang pada Sean, tetapi kebanyakan dari mereka hanya datang untuk hadiah itu. Kebanyakan dari mereka penipu dan tidak membawa bukti apa pun.     

Tidak lama kemudian, 20 jam berlalu, tapi Sean masih belum mendapatkan petunjuk.     

Andy yang berada di Surabaya menelepon, "Tuan Muda Sean, Anda harus bersiap-siap untuk segera kembali. Jika Anda tidak kembali ke Indonesia dalam waktu empat jam, Nona Chintia akan menikahi Julius!"     

Tidak ada banyak waktu tersisa untuk Sean.     

Sean yang sedang duduk di bar LeBall pun merokok dan merasa frustasi. Pada saat ini, seorang pria kulit putih berusia 50-an datang ke bar dan duduk di sebelah Sean. Dia memesan segelas brendi, lalu menatap Sean dari atas ke bawah dengan tatapan yang aneh.     

"Orang Indonesia, kenapa kamu juga sedang menyelidiki masalah ini? Apakah orang yang meninggal itu memiliki kedudukan yang sangat tinggi di Indonesia?" tanya pria itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.