Ingin Kukatakan Sesuatu

Pernikahan Chintia!



Pernikahan Chintia!

0Beberapa jam yang lalu, Sean masih belum juga memberitahukan pada Andy mengenai masalah sabotase pernikahan Chintia. Itu karena Sean mengira ayahnya adalah pembunuh ayah Chintia.      
0

Bahkan meskipun Sean mencintai Chintia, dia tidak akan memiliki wajah untuk melakukan hal seperti itu. Sudah membunuh ayahnya, masih merusak pernikahannya juga? Sean tidak bisa melakukannya.     

Sekarang Sean tahu bahwa ayah Chintia sama sekali belum mati dan mereka berdua bukanlah musuh. Dengan begitu, Chintia tidak perlu putus dengan Sean dan sudah tidak perlu menikahi Julius lagi. Tentu saja Sean bisa dengan adil merebut Chintia.     

Sesudah menaiki pesawat, pesawat langsung lepas landas dengan kecepatan penuh.     

Pada saat ini, Jasmine juga sudah bangun. Ketika dia melihat Sean kembali, dia segera berbalik dan tidak ingin melihatnya.     

Tadi Jasmine menampar Sean dan berkata bahwa dia tidak pernah ingin melihatnya lagi seumur hidupnya. Sebenarnya begini saja sudah sangat baik. Jasmine berkata seperti ini saja, itu artinya dia tidak akan membalas dendam atau membunuh ayah Sean.     

Jika itu wanita lain yang benar-benar ingin balas dendam, sebelum pergi dia pasti akan melontarkan kalimat, 'Aku akan membunuh ayahmu dan membalaskan dendam ayahku.'     

"Jasmine," panggil Sean sambil berjalan mendekat.     

Jasmine meraung, "Jangan mendekat! Aku tidak ingin melihatmu! Kamu anak seorang pembunuh! Semua orang di keluarga Yuwono-mu adalah orang jahat!"     

Sean buru-buru mengeluarkan ponselnya, menunjukkan pada Jasmine foto terbaru ayahnya dan berkata, "Jasmine, ayahmu belum mati. Ayahku tidak membunuhnya. Lihat, ini foto yang baru saja diambilnya beberapa waktu lalu."     

Jasmine langsung menangis ketika melihat foto ayahnya. Sean membutuhkan waktu yang sangat lama untuk mengidentifikasi apakah foto ini asli atau palsu. Tetapi, sebagai putri Yudha Yandra, Jasmine langsung tahu bahwa orang ini adalah ayahnya.     

"Ayahku belum mati! Ayahku belum mati!" Air mata Jasmine terus mengalir. Dia menatap Sean dengan gembira. "Ayahmu tidak membunuh ayahku. Berarti kamu bukan musuhku?"     

Sean tersenyum, mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata dari wajah Jasmine, dan berkata sambil tersenyum, "Bodoh. Tentu saja aku bukan musuhmu. Aku adalah orang terdekat dan tersayangmu dan Chintia."     

"Kak Sean!"     

Jasmine dengan gembira melemparkan dirinya ke pelukan Sean dan memeluknya erat-erat. Jauh di lubuk hatinya yang terdalam, dia juga sangat menyukai Sean sebagai calon kakak iparnya dan benar-benar tidak ingin menjadi musuhnya.     

"Aku akan menelepon kakakku sekarang!" kata Jasmine dengan gembira.     

Sean menyahut, "Berdasarkan pengenalanku tentang Chintia, meski kamu menghubunginya, dia tidak akan percaya. Semoga kita sampai sebelum dia menikah. Pada saat itu, aku sendiri yang akan menunjukan foto ini padanya."     

"Hm! Hm!"     

Lagi-lagi Jasmine memeluk Sean dengan gembira.     

———     

Waktu telah menunjukkan pukul 17.40 WIB di The Westin Surabaya. Masih ada 20 menit tersisa sebelum pesta pernikahan dimulai.     

Di pintu masuk, seorang pelayan terdengar dengan keras berteriak, "Presdir Leo Wijaya dari Tukupedia tiba!"     

Leo Wijaya, presiden direktur perusahaan ternama, memasuki aula pesta sambil tersenyum dan memegang hadiah yang bernilai di tangannya. Dia berjalan masuk dan memberi selamat pada Julius dan Chintia, "Presdir Julius, Presdir Chintia, selamat, selamat!"     

Pada saat ini, Julius mengenakan jas pengantin pria dengan rapi, sementara Chintia mengenakan gaun pengantin.     

Untuk pertama kali dalam hidupnya, Chintia mengenakan gaun pengantin. Tetapi, bukan untuk Sean, melainkan untuk Julius. Dalam gaun pengantinnya, dia sangat terlihat seperti bidadari. Begitu murni dan mulia, sehingga setiap tamu yang hadir mau tidak mau menoleh dan memotretnya.     

Julius berjabat tangan dengan Leo dan berkata, "Terima kasih, Presdir Leo. Silakan duduk."     

"Keluarga Liono dari Banten tiba!"     

Pelayan yang berada di pintu berteriak lagi. Terlihat anggota keluarga Liono termasuk Yuangga, Yoga, Fendy, orang tua mereka, dan bahkan Lusy yang sudah lama tidak diakui keluarga Liono.     

Semuanya menghadiri pesta. Tiga generasi keluarga semuanya berkumpul untuk menghadiri pernikahan kedua Julius serta menunjukkan itikad baik dan perhatiannya.     

Yuangga dan Julius adalah saudara angkat, jadi dia melangkah lebih dulu dan berkata, "Adik Julius, selamat!"     

Sekarang keluarga Liono dari Banten sudah dipukul kalah oleh Sean dan berubah menjadi keluarga kelas dua. Mereka tidak lagi memiliki kejayaan seperti sebelumnya. Namun, Julius masih sangat sopan pada keluarga Liono.     

Julius memeluk Yuangga dan membalas, "Kak, terima kasih sudah datang."     

"Om Julius, Kak Chintia, selamat atas pernikahan kalian berdua!"     

Yoga dan Fendy turut mengucapkan selamat pada Julius dan Chintia dengan hormat. Namun, ketika melihat Yoga, wajah Julius masih sedikit tidak senang. Itu karena beberapa waktu lalu, Yoga mengubah seorang gadis menjadi seperti Chintia. Dia juga membiarkan Wenardi, mantan Wakil Presiden Direktur Best Express, bercinta dengan 'Chintia'.     

Sekarang Chintia adalah istri Julius. Tentu saja dia menganggap itu sebagai suatu penghinaan baginya. Padahal, Julius tidak lebih baik dari Wenardi.     

Beberapa hari yang lalu, Julius sengaja pergi ke luar kota untuk menghindari Sean, jadi dia mengirim seseorang untuk menyewa wanita yang menjalani operasi plastik menjadi Chintia dengan harga tinggi. Ketika Chintia tidak setuju untuk berhubungan dengan Julius, dia selalu menggunakan 'Chintia palsu' untuk melampiaskan nafsunya.     

Malam ini, akhirnya aku bisa memiliki Chintia yang sebenarnya! Entah apakah dia akan semakin memabukkan daripada tujuh tahun yang lalu!     

Julius memandang Chintia yang cantik dengan birahi, seolah-olah dia belum pernah mendapatkan wanita ini.     

Tidak lama kemudian, tibalah pukul 18.50.     

"Keluarga Susetia dari Bogor tiba!"     

Ketika mendengarnya, Julius buru-buru kembali ke akal sehatnya dan berhenti memikirkan hal-hal kotor ini. Dia segera meraih tangan Chintia dan berkata, "Cepat! Ikut aku bertemu Tuan Suhendra!"     

Chintia tahu keluarga Susetia dari Bogor bukanlah keluarga biasa. Bisa dibilang mereka merupakan keluarga paling terhormat di antara para tamu undangan lainnya. Chintia pun segera membenahi gaun pengantinnya dan berjalan bersama Julius.     

Di pintu, keluarga Susetia dari Bogor ternyata datang bersama beberapa generasi keluarganya. Marvin dan Maureen, generasi ketiga keluarga Susetia, sudah datang dari dua hari yang lalu sehingga tidak perlu banyak bicara lagi pada mereka. Selain itu, ada juga Michelle dan Matthew, generasi ketiga keluarga Susetia lainnya.      

Semuanya sudah tiba. Selain keempatnya, bahkan ada juga Tuan Suhendra yang terhormat. Tamu-tamu yang duduk segera saling berbisik dan berdiskusi.     

"Ya Tuhan… Apakah itu Tuan Suhendra dari Bogor?"     

"Dia itu Suhendra?"     

"Diam! Berani-beraninya langsung memanggil namanya begitu! Kamu cari mati?"     

"Julius ini seorang pengusaha yang tidak pernah berpartisipasi dalam politik, tetapi dia memiliki aset ratusan triliun. Bahkan Tuan Suhendra hadir secara langsung. Itu artinya beliau benar-benar menghargainya!"     

Julius pun bergegas ke pintu, lalu dengan penuh semangat menjabat tangan Suhendra dan berkata, "Tuan Suhendra, saya Julius Kusumo sangat berterima kasih atas kedatangan Anda secara langsung."     

Suhendra tersenyum dan berkata, "Mana bisa saya tidak datang ke pernikahan Anda? Ini Nyonya Julius, kan?"     

Suhendra menatap ke arah Chintia. Chintia juga buru-buru memperkenalkan dirinya pada Suhendra, "Selamat malam, Tuan Suhendra. Saya sering mendengar nama Anda. Akhirnya hari ini saya memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Anda. Nama saya Chintia Yandra."     

Suhendra melihat Chintia dari atas ke bawah, lalu mengangguk tanpa henti sambil berkata, "Bagus, bagus! Dengar-dengar sebelumnya Nyonya Julius adalah presdir perusahaan terkemuka. Maureen, Michelle, kalian harus belajar lebih banyak dari wanita mandiri seperti Nyonya Julius."     

Maureen dan Michelle segera berkata pada Chintia, "Mohon ke depannya Nyonya Julius memberikan lebih banyak nasihat bagi kami."     

Chintia tidak menyangka si tua Suhendra ini akan meninggikannya sampai seperti ini hingga membuatnya langsung merasa sangat canggung.     

Julius buru-buru menjawab, "Tidak, tidak. Kalian banyak-banyak lah saling mengobrol."     

"Tuan Suhendra, silakan duduk!"     

"Ya."     

Keluarga Susetia dan rombongannya berjalan masuk perlahan.     

Lima menit kemudian, dua tamu terakhir, seorang pria dan seorang wanita, muncul di pintu.     

Penjaga pintu melihat wajah cantik wanita itu, lalu menelan ludah dan bertanya, "Permisi, Anda berdua berasal dari mana?"     

Wanita cantik itu menjawab dengan angkuh, "Jakarta. Keluarga Wangsa!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.