Ingin Kukatakan Sesuatu

Ternyata Pembunuhnya…!



Ternyata Pembunuhnya…!

0Kata-kata pria ini segera menarik perhatian Sean.     
0

Dalam beberapa jam terakhir, sudah ada banyak orang yang datang padanya, tetapi sebagian besar kata-kata orang-orang ini tidak masuk akal. Mereka bahkan tidak tahu apa yang terjadi di sini 11 tahun yang lalu. Sementara, pria kulit putih berusia 50 tahun ini berbeda.     

Pria ini bertanya pada Sean, mengapa Sean 'juga' menyelidiki masalah ini. Ini menunjukkan bahwa dia tahu sebelumnya Julius dan Chintia juga menyelidiki masalah ini. Mungkin orang inilah yang memberi Julius informasi pada saat itu.     

Sean segera kembali bersemangat. Akhirnya dia bisa segera kembali untuk menghentikan pernikahan Chintia dan Julius.     

Sean dengan hormat berkata, "Tuan, apakah Anda tahu sesuatu? Jika Anda dapat memberikan petunjuk yang menguntungkan, saya akan memberi Anda hadiah sebesar 5 juta euro. Saya tidak pernah melanggar janji saya!"     

Pria kulit putih itu tersenyum dan menggoyangkan jam tangan Van Cleef & Arpels di tangan kanannya, seolah menunjukkan bahwa dia juga kaya. Dia memegang segelas anggur, menyesapnya, kemudian berkata, "11 tahun yang lalu pada tanggal 29 Agustus, saya datang ke bar ini untuk minum. Saya mengingatnya dengan sangat jelas, karena hari itu adalah hari ulang tahun saya."     

"Putri saya terbang dari Toulouse untuk menemui saya. Dia tiba sebelum jam 12 untuk memberikan kejutan untuk saya. Dia menelepon saya dan bertanya apa yang sedang saya lakukan. Saya bilang kalau saya sedang minum-minum di bar LeBall. Dia menyuruh saya memeriksa pintu masuk bar. Begitu saya keluar, saya melihatnya. Saya begitu senang dan ingin memeluknya, tapi dia dengan nakal memotret saya dengan kamera Sony yang baru saja dibelinya. Foto itu merekam kegembiraan saya saat melihat putri saya. Saya sedikit mabuk, tersenyum, membuka tangan, dan berjalan ke arahnya," lanjut pria itu.     

"Wow. Itu momen yang tak terlupakan. Saya tidak akan pernah melupakan ekspresi wajahnya yang saya lihat di foto. Saya menyimpan foto yang diambilnya karena tidak lama setelah itu, dia mengalami kecelakaan mobil dan tidak bisa memotret saya lagi."     

Setelah mengucapkan banyak kata, pria kulit putih itu menyesap anggur lagi.     

Sean mendengarkan dengan tenang, kemudian berkata, "Saya minta maaf karena membuat Anda menceritakan kesedihan Anda. Saya bersedia membayar 5 juta euro untuk foto itu."     

Pria kulit putih itu terlihat terkejut.     

"Untuk apa kamu membeli foto itu?"     

"Jika saya menebak dengan benar, tidak hanya Anda yang ada di foto itu, tetapi orang yang saya cari juga ada di foto itu," terang Sean.     

Pria kulit putih itu tersenyum dan mengangguk.     

"Kamu anak yang sangat pintar. Sepuluh tahun yang lalu, ada orang Indonesia yang terus mencari tahu tentang hal ini. Saya membuat salinan foto ini sepuluh tahun yang lalu dan mengirimkannya pada orang itu. Kenapa? Pembunuhnya belum ditemukan? Sepertinya pembunuhnya benar-benar laki-laki yang memiliki identitas misterius."     

Orang Indonesia yang menerima foto, yang diceritakan oleh pria kulit putih ini, pasti Julius.     

"Julius memiliki foto si pembunuh sepuluh tahun yang lalu, jadi seharusnya Chintia juga tahu, tapi kenapa baru akhir-akhir ini mereka ingin membalas dendam? Mungkinkah identitas si pembunuh benar-benar sangat misterius sehingga Julius tidak dapat mengetahui siapa itu setelah menyelidiki selama sepuluh tahun?"     

Tidak disangka selain keluarga Yuwono, masih ada orang-orang misterius di dunia ini. Dunia ini benar-benar penuh misteri.     

Sean sudah menebak bahwa Julius pasti baru belum lama ini mengetahui identitas si pembunuh, itu sebabnya dia baru memberitahu Chintia.     

Sean tidak bisa menunggu lagi. Jika dia tidak segera memeriksa apa yang sebenarnya terjadi, dia tidak akan bisa menyelamatkan Chintia tepat waktu.     

"Bisakah Anda mengirimkan salinan foto itu pada saya juga?" tanya Sean.     

Pria kulit putih menggelengkan kepalanya dan berkata, "Saya mulai tertarik pada orang yang sudah meninggal itu. Kamu harus memberitahuku siapa dirimu, siapa orang yang meninggal itu, dan kenapa kalian mau membayar 5 juta euro untuk menyelidiki masalah ini?"     

Sean meraih Jasmine yang sejak tadi mendengarkan percakapan Sean dan pria berkulit putih itu dalam bahasa Prancis dengan linglung, lalu berkata, "Dia putri orang yang meninggal itu. Kami keluarganya. Kami hanya ingin mengetahui kebenarannya untuk membalaskan dendam ayahnya!"     

Pria kulit putih itu terkejut. "Dia putri pria itu?"     

Melihat pria kulit putih itu tidak percaya, Sean bertanya pada Jasmine, "Apa kamu memiliki foto bersama ayahmu?"     

Jasmine mengangguk. Meskipun orang tuanya telah meninggal selama bertahun-tahun dan Jasmine telah berganti ponsel berkali-kali, foto orang tuanya selalu disimpan di setiap ponselnya.     

"Cepat cari dan tunjukkan pada pria ini!" Sean mendesak dengan tidak sabaran.     

"Kenapa kamu mendesakku?"     

Jasmine membuka album pribadi di ponselnya dan terdapat banyak foto di dalamnya. Akan tetapi, semuanya dipenuhi dengan foto-foto kaki jenjang…     

"Eh…"     

Jasmine sangat malu. Ketika dia bosan, dia selalu suka memotret kakinya. Dia tidak berani menyimpan foto-foto ini di album umumnya, jadi dia menempatkannya di album pribadi. Sean pun segera mengalihkan pandangannya dan merasa malu melihat lagi.     

Sean diam-diam berpikir, Sebenarnya apa yang dilakukan wanita-wanita cantik ini setiap harinya? Tidak masalah jika hanya berfoto-foto selfie di ponselnya sendiri, tapi kenapa di dalam album pribadinya ada begitu banyak foto-foto yang membuat laki-laki yang melihatnya tidak bisa tenang?     

"Ehm… Sudah ketemu. Ini."     

Jasmine dengan malu menyerahkan ponsel pada Sean dan tidak lupa untuk mengingatkan, "Jangan digeser! Foto yang berikutnya adalah… foto pribadiku."     

Sean sedang terburu-buru, jadi dia bergegas mengambilnya sambil berkata, "Tenang saja! Aku tidak akan…"     

Sebelum selesai berbicara, jari Sean secara tidak sengaja menggeser layar ponsel Jasmine, lalu mengubah foto Jasmine dengan ayahnya menjadi foto Jasmine yang mengerucutkan bibirnya di kamar mandi.     

"Ahhh! Sean, dasar bajingan! Kamu bilang kamu tidak akan melakukannya! Kamu sengaja, ya?!"     

Jasmine menjadi malu dan terus memukuli Sean.     

Sean tidak berdaya dan berkata, "Aku tidak bermaksud begitu! Aku sedang tidak dalam suasana hati untuk melihat foto-fotomu yang kacau balau sekarang!"     

Jasmine mengamuk dan terus memukul.     

"Apa yang kamu sebut kacau balau? Jelaskan padaku dengan jelas! Kenapa fotoku kamu sebut kacau balau, hah!?"     

Sean mengangkat tangannya untuk menahan serangan lengan putih mulus Jasmine.     

*Kamu mengambil gambar ketika kamu berada di toilet. Bukankah itu kacau balau?"     

Jasmine malu dan marah. "Aku… Aku tidak sedang di toilet! Itu saat aku istirahat!"     

Sean meraih Jasmine dan berkata, "Oke, oke! Jangan membuat masalah. Aku tidak akan menyentuh ponselmu. Ambil ponselmu dan tunjukkan fotomu bersama ayahmu pada pria kulit putih ini."     

"Huh."     

Jasmine sangat marah. Jika bukan karena masalah pembunuhan ayahnya, dia akan terus mencari gara-gara dengan Sean. Setelah melihat foto pribadinya, Sean bahkan mengolok-oloknya.     

Jasmine mencari lagi foto itu, kemudian menunjukkannya pada pria kulit putih itu. Pria kulit putih itu terkejut dan langsung mengenali Yudha di foto.     

"Benar! Laki-laki ini!"     

Masalahnya, ini adalah foto dari 11 tahun yang lalu. Saat itu, Jasmine masih sangat kecil, jadi dia khawatir orang kulit putih ini akan berpikir gadis kecil di foto itu bukan dirinya.     

Jasmine bertanya pada Sean, "Apakah dia mengira gadis yang di foto itu bukan aku?"     

Sean segera menjelaskan pada pria kulit putih itu, "Gadis kecil di foto itu benar-benar wanita di depan Anda. Kami tidak perlu membohongi Anda."     

Pria kulit putih memandangi gadis yang berada di foto dan gadis langsing di depannya, lalu mengangguk.     

"Dari pandangan matanya, dapat dilihat bahwa kamu memang putri laki-laki itu."     

Sean sangat gembira. "Karena identitas kami sudah dikonfirmasi, apakah foto itu sudah boleh dijual ke kami?"     

Pria kulit putih itu menggelengkan kepalanya. "Tidak. Saya tidak akan menjualnya padamu. Saya akan memberikannya secara gratis."     

Setelah mengatakan itu, pria kulit putih itu mengeluarkan sebuah amplop dari sakunya, menyerahkannya pada Sean dan berkata, "Saya harap kalian dapat segera menemukan pembunuhnya."     

Setelah selesai berbicara, pria kulit putih itu pergi.     

"Terima kasih."     

Saat ini, Sean dan Jasmine sangat gembira. Akhirnya mereka akan segera tahu siapa yang membunuh ayah Chintia dan Jasmine.     

"Kak Sean, cepat buka dan perlihatkan bajingan mana yang sudah membunuh ayahku!" desak Jasmine.     

Sean mengangguk dan mengeluarkan foto dari amplop.     

Di tengah-tengah foto itu, ada pria kulit putih yang baru saja pergi itu. Dia menghadap kamera dan tersenyum cerah. Namun, mata Sean dan Jasmine melihat ke sampingnya. Di sebelah kanannya adalah Yudha dan si pembunuh!     

Melihat pria di belakang Yudha, Sean tertegun di tempat!     

"Kenapa bisa dia?!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.