Ingin Kukatakan Sesuatu

Chintia yang Patah Hati Luar Biasa!



Chintia yang Patah Hati Luar Biasa!

0Ketika meninggalkan Bogor sebelumnya, Sean meminta John membawa Marvin menggunakan UFO dan terbang ke kantor polisi dengan navigasi otomatis. Tanpa diduga, Marvin bisa keluar dengan aman sentosa. Ini membuktikan bahwa kekuatan keluarga Susetia memang luar biasa.     
0

Di dalam ruang privat, Marvin menjelaskan sambil tersenyum, "Oh, Sean adalah ayah Sisi, Presdir YS Group. Si bajingan itu menipu perasaan kakak saya dan menyebabkan kakak saya melahirkan seorang anak. Saya dengar Presdir Chintia juga pernah memiliki hubungan dengan Sean sebelumnya?"     

Chintia terlihat sangat canggung. Dia tidak menyangka Marvin berani begitu blak-blakan dan menanyakan pertanyaan seperti ini di depan Julius. Jika itu Yoga, dia tidak akan berani bersikap begitu tidak sopan seperti ini.     

Tampaknya keluarga Susetia jauh lebih kuat daripada keluarga Liono. Mereka sama sekali tidak memandang Julius.     

"Marvin, jangan bicara sembarangan!" tegur Maureen. Kemudian, dia juga berinisiatif untuk meminta maaf pada Chintia, "Maaf, Nona Chinti. Dia memang blak-blakan begitu, tapi dia tidak berniat buruk."     

Chintia tersenyum. Mereka pun duduk dan mulai memesan makanan.     

Setelah memesan makanan, Julius berkata sambil tersenyum, "Tuan Muda Marvin, Nona Maureen, kalian berdua sudah repot-repot datang ke pernikahan saya dengan Chintia dua hari lebih awal. Saya akan mengatur ke mana pun kalian berdua ingin pergi jalan-jalan selama dua hari ini!"     

Marvin melirik ke luar jendela dan menikmati pemandangan langit dan kota dari restoran. Sekilas, pemandangan indah perkotaan yang ada di bawah dan rintik hujan jelas membuat suasana semakin emosional.     

"Sepertinya hujan tidak akan berhenti selama satu atau dua hari ini, jadi lebih baik kami tetap berada di hotel saja," kata Marvin.     

Julius kembali bertanya, "Bagaimana kondisi kesehatan Tuan Suhendra akhir-akhir ini?"     

Marvin mengangguk dan berkata, "Kakek saya dalam keadaan sehat. Beliau meminta saya untuk memberitahu Anda bahwa jika tidak ada halangan, beliau akan datang ke pesta pernikahan tepat pada tanggal 15 Maret."     

"Benarkah?"     

Julius sangat senang. Keluarga Susetia tidak hanya mengutus dua orang generasi ketiga mereka ke Surabaya terlebih dulu, tetapi bahkan Tuan Besar Suhendra juga akan datang secara langsung. Julius benar-benar merasa tersanjung. Itu karena dengan status yang dimiliki keluarga Susetia, mereka benar-benar tidak perlu berbuat sampai seperti ini pada Julius.     

"Mari, Tuan Muda Marvin, Nona Maureen, saya akan bersulang untuk kalian. Terima kasih sudah datang ke Surabaya!"     

Julius mengambil gelas anggur, demikian juga Chintia. Mereka berempat pun mulai minum.     

Meskipun hari masih siang, mereka semua dengan santai meminum anggur. Keluarga Susetia memiliki status yang terhormat. Karenanya, Julius dan Chintia harus menemani mereka dengan baik dan melakukan yang terbaik sebagai tuan rumah.     

Marvin sepertinya ingin pergi ke hotel dan tidur dengan nyenyak setelah minum, jadi dia minum dengan sangat cepat. Di antara mereka berempat, hanya Maureen yang menyesap minumannya sedikit demi sedikit. Bagaimanapun juga, dia datang membawa anaknya.     

Setelah beberapa saat, mereka sudah minum tiga putaran. Marvin membawa Sisi ke lobi untuk melihat pemandangan, sementara Julius juga pergi ke toilet.     

Di ruang privat, hanya Chintia dan Maureen yang tersisa. Dua wanita dengan kecantikan tiada tara, berhadap-hadapan. Ditambah lagi, mereka adalah rival cinta yang sejak tadi tidak saling bicara.     

Setelah beberapa saat, Maureen tiba-tiba bertanya, "Nona Chintia, kenapa anda putus dari Sean? Beberapa hari yang lalu, Sean selalu bersama saya. Setiap hari dia selalu menceritakan tentang Anda. Dia bilang Anda sangat cantik dan kalian berdua juga sangat saling mencintai. Dia juga bilang kalau kalian akan segera menikah."     

Sean turut mendengarkan dengan cermat, tetapi dia tidak menyangka Maureen menanyakan pertanyaan ini untuk dirinya.     

"Kami tidak cocok. Dia… sangat baik, tapi dia terlalu muda untuk saya. Saya lebih menyukai laki-laki yang lebih dewasa," jawab Chintia, lalu balik bertanya pada Maureen, "Bisakah Anda menceritakan kisah Anda dan Sean? Bagaimana… Anda bisa hamil anaknya?"     

Meskipun Chintia bukan lagi pacar Sean, dia masih sangat mencintai Sean dan sangat ingin mengetahui cerita masa lalu Sean.     

"Empat tahun lalu, dia memperkosaku," jawab Maureen.     

"Tidak mungkin! Sean bukan orang seperti itu!"     

Chintia segera membantah untuk Sean. Ini membuat Sean sangat senang mendengarnya.     

Maureen menjelaskan, "Itu rencana kakak keduanya."     

Tiba-tiba Chintia mendengus dingin dan wajahnya menunjukkan ekspresi galak.     

"Hmph! Orang-orang dari keluarga Yuwono memang tidak mengenal hukum!" rutuk Chintia, kemudian bertanya lagi, "Apa Anda tidak menyalahkan Sean?"     

Maureen menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Sebenarnya saat di ruangan kecil yang gelap empat tahun yang lalu, saya yang memegang tangan Sean terlebih dahulu. Jika kami tidak melakukan itu, kami tidak akan bisa keluar."     

"Selain itu, saya terus mengamatinya dalam beberapa tahun terakhir. Dia bergabung dengan keluarga Wangsa. Jelas-jelas dia merupakan tuan muda ketiga dari keluarga Yuwono, tapi dia bekerja keras dan merawat Giana Wangsa yang merupakan istrinya saat itu dengan baik. Kemudian, setelah dia bersama Anda, dia juga merawat Anda dengan baik dan memenuhi impianmu dengan menjadikan Anda presdir perusahaan ternama. Terus terang saja, saya sangat menyukai Sean. Saya juga berharap bisa memiliki pacar seperti Sean," terang Maureen.     

Mendengar kata-kata Maureen, Sean tertegun sejenak. Diam-diam dia sudah memperhatikan Sean selama beberapa tahun terakhir? Selain itu, dia bahkan mengatakan bahwa dia menyukai Sean…     

"Maureen menyukaiku…? Bagaimana bisa dia menyukai seseorang yang sudah menyakitinya?" Sean benar-benar tidak menyangka.     

Chintia kembali bertanya, "Lalu, bagaimana dengan keluarga Anda?"     

Maureen menjawab, "Kakek saya selalu ingin menjalin hubungan dengan keluarga Yuwono dan beliau juga sangat menyukai Sean."     

Chintia mengangguk. Perkataan dan sikap Maureen sudah menunjukkannya dengan jelas.     

Karena kamu, Chintia Yandra, sudah putus dengan Sean, maka selanjutnya, pria yang bernama Sean ini adalah milikku, Maureen Susetia!     

Chintia mengambil gelas anggur dan berkata pada Maureen, "Nona Maureen, Anda dan Sean adalah pasangan yang sempurna dalam hal usia, penampilan, dan latar belakang keluarga. Selain itu, kalian berdua sudah memiliki anak. Kalian lah pasangan yang sesungguhnya. Anggur ini saya minum untuk Anda. Semoga Anda dan Sean… hidup bahagia selamanya!"     

Setelah berkata seperti itu, Chintia meminum segelas penuh anggur sekaligus.     

"Chintia!"     

Sean bisa melihat bahwa hati Chintia terluka.     

"Chintia, omong kosong apa yang kamu bicarakan? Aku tidak akan menikahi Maureen! Kamulah kekasihku!" Sean berteriak, tapi sayangnya Chintia tidak bisa mendengar suaranya sama sekali.     

Selama makan siang ini, Chintia meminum anggur paling banyak. Selain itu, dengan toleransi alkoholnya yang tinggi, bahkan dia langsung muntah saat baru saja keluar dari restoran.     

"Chintia, bagaimana keadaanmu? Kenapa kamu minum begitu banyak?" Julius buru-buru menepuk punggung Chintia, lalu memberinya sebotol air dan membantunya masuk ke mobil.     

Mobil Mercedes Benz hitam keluar dari tempat parkir dan melintasi jalan raya di tengah hujan yang lebat. Di dalam mobil, lagu 'Hati-hati di Jalan' oleh Tulus diputar. Sementara, Chintia menangis seperti anak kecil di kursi belakang.     

Mendengar tangisan Chintia, Sean turut merasa hancur. Seharusnya Sean lah yang akan patah hati karena kepergian Chintia, saat menghadiri pernikahan Chintia dan Julius. Tidak disangka-sangka, justru Chintia lah yang terlebih dulu bersedih karena 'kebahagiaan' Sean.     

Hari ini kemunculan Maureen sangat membuat Chintia hancur. Maureen dan Sean terlalu serasi sehingga untuk pertama kali dalam hidupnya, Chintia merasa rendah diri.     

Chintia menangis dan bahkan memukuli Julius dengan tangannya.     

"Aku mencintai Sean! Seharusnya aku wanita yang bersamanya sampai akhir! Aku tidak ingin melihat wanita lain memilikinya! Kenapa kamu memberitahuku tentang hal-hal itu?! Kenapa kamu memberitahuku tentang pembunuh ayahku?! Kenapa?! Kenapa?! Kenapa?!!!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.