Ingin Kukatakan Sesuatu

Pembunuh Ayah Chintia!



Pembunuh Ayah Chintia!

0Di kamar presidential suite di lantai atas Hotel Intercontinental Surabaya, Sean yang mengenakan headphone AKG dan menguping pembicaraan tidak dapat mendengar deru deras di luar jendela. Tetapi, ada badai petir yang menderu di dalam hatinya.     
0

Kini Sean akhirnya tahu kebenaran dari masalah ini. Ternyata Chintia memutuskan untuk berpisah dari Sean setelah mengetahui pembunuh ayahnya.     

"Siapa pembunuh ayah Chintia?!"     

Pada saat ini, di dalam mobil Mercedes Benz yang melaju di jalan raya, Julius membiarkan Chintia memukulinya dan membiarkan dirinya disalahkan.     

"Kamu benar, Chintia. Ini semua salahku. Seharusnya aku tidak memberitahukan masalah ini padamu. Seharusnya aku tidak mengganggu kehidupanmu yang stabil."     

"Kalau kamu memang begitu mencintai Sean, kalau begitu bertindaklah seolah-olah kamu tidak pernah mendengar apa yang aku katakan dan bertindaklah seolah-olah kamu belum pernah datang ke Surabaya! Ayahmu adalah kakak dan sahabat terbaikku. Biar aku saja yang membalas dendam untuknya. Kamu tidak perlu ikut mengambil risiko. Anggap saja tidak ada yang terjadi dan kembalilah pada Sean!"     

Pernyataan Julius terdengar sangat baik dan benar, tetapi Sean tahu Julius mengenal karakter Chintia, jadi dia mengatakannya dengan sengaja.     

Berdasarkan pemahaman Sean tentang Chintia, bagaimana bisa dia menjadi orang yang melarikan diri dari kenyataan, bahkan dapat mengabaikan pembunuhan ayah kandungnya untuk menjalani kehidupan yang stabil? Pria tua bangka yang cerdik seperti Julius ini akan melakukan trik semacam ini untuk mengelabui hati wanita ini.     

Benar saja, Chintia berhenti memukuli Julius, lalu dengan terisak berkata, "Tidak. Aku tidak akan kembali pada Sean lagi. Hubungan kami sudah berakhir. Aku sendiri yang akan membalas dendam ayahku. Aku sendiri yang akan membunuh bajingan itu, bahkan jika aku harus mati sekalipun!"     

Mendengar perkataan Chintia, Sean terkejut bukan main. Chintia bahkan siap mati bersama pembunuh itu.     

"Sayangku yang bodoh, kenapa kamu mengorbankan hidupmu sendiri? Keluarga Yuwono-ku memiliki kekuatan di seluruh dunia. Katakan saja siapa orang itu. Bukankah lebih baik jika aku yang membantumu menyelesaikannya?"     

Chintia pasti khawatir akan melibatkanku. Mungkin orang itu sangat kuat. Mungkin orang itu sulit untuk dihadapi…     

Setelah mendengarkan sebentar, Sean mendapati tangisan Chintia semakin lama semakin mereda dan dia sudah tidak berbicara lagi.     

Saat ini, Sean sudah melepas headphone-nya. Dia sudah tahu alasan mengapa Chintia meninggalkannya. Sekarang dia hanya perlu tahu siapa pembunuhnya.     

"Andy! John!" Sean memanggil mereka berdua, "Bawa Julius padaku segera!"     

"Baik!"     

Ketika keduanya pergi untuk menangkap Julius, Sean juga menghubungi Jasmine.     

"Jasmine."     

"Kak Sean, ada apa?"     

"Apakah kakakmu sudah memberitahumu siapa pembunuh ayahmu?"     

"Tidak, kakakku dan Om Julius sudah menyelidiki selama bertahun-tahun, tetapi mereka belum menemukan siapa pembunuhnya. Kenapa tiba-tiba Kakak bertanya tentang ini?"     

Sean tidak menjawab, tetapi kembali bertanya, "Kalau begitu, apakah kamu tahu waktu dan lokasi spesifik pembunuhan ayahmu?"     

Jasmine berpikir sejenak sebelum menjawab, "Ayahku meninggal 11 tahun yang lalu. Aku hanya tahu lokasinya di Prancis, tetapi aku tidak ingat tempat dan waktu spesifiknya. Kenapa Kakak menanyakan ini? Apa kakakku memberitahumu sesuatu?"     

Sean tahu baik Chintia maupun Julius tidak memberitahu Jasmine tentang sudah ditemukannya pembunuh yang sebenarnya. Itu karena Chintia selalu berharap Jasmine dapat tumbuh dengan bahagia dan sederhana, serta bebas dari kekhawatiran.     

Jasmine sudah menganggap Sean sebagai saudara iparnya, keluarganya. Sean tidak mau membiarkan jerih lelah Chintia menjadi sia-sia.     

Akhirnya Sean berkata, "Oh, tidak. Tiba-tiba aku teringat, makanya aku langsung menanyakannya padamu. Tidak apa-apa. Aku tutup teleponnya."     

"Tunggu sebentar!" Tiba-tiba Jasmine menghentikan Sean dan berkata dengan curiga, "Ada yang tidak benar. Kakak secara khusus menelepon untuk menanyakan masalah ini. Kakak ingin pergi ke Prancis untuk menyelidiki pembunuh ayahku, ya? Pasti seperti ini! Melihat kakakku akan menikahi Julius, Kakak pasti ingin mengetahui pembunuh ayahku yang sebenarnya, kemudian membalaskan dendam kami. Dengan begitu, sebagai gantinya Kakak ingin kakakku menikah denganmu, kan?"     

Sean tidak tahu harus berkata apa. Dia tidak menyangka Jasmine akan berpikir seperti ini.     

Tanpa menunggu Sean menjawab, Jasmine segera berkata, "Aku juga mau ikut! Aku juga ikut! Aku selalu ingin mencari tahu tentang ayahku, tapi kakakku tidak pernah memberitahuku. Aku juga putri ayahku. Aku juga berhak melakukan sesuatu untuk ayahku. Atas dasar apa dia tidak memberitahuku? Kak Sean, biar aku temani kamu ke Prancis, ya?"     

Tentu saja Sean tidak setuju. "Aku tidak ingin pergi ke Prancis. Selain itu, sekarang sedang hujan deras. Pesawat tidak bisa lepas landas, jadi aku juga tidak bisa pergi ke Prancis. Kamu berpikir kejauhan."     

Jasmine mendengus dingin. "Kak, aku ini seorang pramugari. Aku terbang setiap hari. Hujan kecil seperti ini tidak mempengaruhi penerbangan sama sekali, oke? Selain itu, kamu punya pesawat pribadi!"     

Sean masih tidak setuju. "Aku benar-benar tidak ingin pergi ke Prancis. Sudah, aku tutup teleponnya."     

Sambil mengatakan bahwa dirinya tidak ingin pergi ke Prancis, Sean sudah mempersiapkan barang-barangnya. Sambil menelepon Jasmine, dia juga sudah mengatur orangnya yang ada di sana untuk menjemputnya.     

Tidak lama kemudian, Andy kembali dan melapor, "Maaf, Tuan Muda Sean. Kami tidak berguna. Julius dan Nona Chintia pergi ke rumah Julius yang ada di Pakuwon City. Kami tidak bisa masuk!"     

"Pasti Julius sengaja melakukan ini lagi. Pemiliknya tidak mengizinkanmu masuk?" Sean mendengus dingin. "Beli rumah di sana! Lihat saja, apa mereka masih tidak mengizinkanmu masuk!"     

Wajah Andy terlihat kesusahan. "Saya sudah menanyakannya, tapi mereka tidak menjualnya. Pakuwon City Surabaya adalah area perumahan mewah di Surabaya. Saya dengar orang-orang kaya yang ada di Surabaya sebagian besar tinggal di sana. Sekarang persyaratan mereka adalah harus menjadi presdir perusahaan terkemuka agar memenuhi syarat untuk membeli rumah dari mereka. Namun, ketika kami menyebut nama Anda, mereka tetap menolak!"     

Tidak perlu dikatakan lagi. Si tua bangka Julius ini pasti sudah mengatur ini semua agar Sean tidak bisa mendekatinya. Pakuwon City saat ini merupakan tempat tinggal orang-orang kaya, jadi di keamanan di sana pasti sangat ketat.     

Jika Julius tidak keluar, sepertinya Sean tidak akan bisa menangkapnya sama sekali. Bahkan jika dia keluar, dia pasti akan membawa banyak pengawal. Bahkan jika ditangkap sekalipun, Julius tidak akan serta merta mengaku pada Sean mengenai siapa orang yang membunuh ayah Chintia.     

"Andy, kamu awasi di Surabaya. Aku akan menyuruh John menemaniku ke Prancis."     

"Prancis? Anda ingin pergi ke tempat sejauh itu? Nona Chintia akan menikah dalam dua hari lagi. Anda tidak boleh sampai terlambat."     

"Ya, aku punya perhitunganku sendiri."     

Dibutuhkan seharian untuk pergi ke Prancis dan hampir dua hari untuk pulang-pergi. Sean harus menemukan kebenaran masalah ini dalam satu hari di Prancis.     

Akhirnya, Sean bergegas ke bandara. Dia berjalan sambil memegang payung dan memasuki pesawat. Sementara, John dan lainnya mengikuti.     

Saat John sedang memegang payung dan berjalan di koridor, tiba-tiba seorang wanita cantik berkaki panjang dengan seragam pramugari datang dan bertanya, "Tuan, Tuan! Apakah Anda akan ke Prancis? Apakah Anda membutuhkan pramugari? Saya juga akan ke Prancis. Biarkan saya ikut dengan Anda. Saya dapat melayani Anda secara gratis!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.