Ingin Kukatakan Sesuatu

Kebenaran di Balik Pernikahan Chintia!



Kebenaran di Balik Pernikahan Chintia!

0"Julius sialan! Jika kamu berani mencium Chintia, aku akan mencabut semua gigimu!"     
0

Sean yang berada di lantai teratas Intercontinental Hotel pun bangkit dan berdiri dengan marah. Untung saja dia memasang penyadap. Jika tidak, dia tidak akan tahu hal-hal seperti ini terjadi.     

Setelah memikirkannya, Julius dan Chintia sudah menetapkan tanggal untuk menikah, tetapi Julius yang ingin mencium Chintia masih perlu meminta izin terlebih dahulu. Ini menunjukkan bahwa Julius belum pernah mencium Chintia sebelumnya.     

Begitu berpikir seperti ini, Sean merasa sedikit lebih baik.     

Jantung Sean berdebar kencang. Dia menantikan untuk mendengar jawaban Chintia, tetapi dia takut juga mendengarnya.     

Sean dapat membaca ekspresi mikro seseorang dan dapat mengetahui apa yang dipikirkan orang lain melalui ekspresi mereka. Namun, sekarang dia hanya bisa mendengar suara dan tidak bisa melihat ekspresi Chintia sama sekali, jadi dia sangat panik.     

Terdengar Chintia yang berkata perlahan, "Maaf, Julius. Aku... tidak bisa melakukannya."     

Saraf Sean yang menegang pun kembali rileks.     

Memang benar. Chintia masih tetap Chintia yang dikenalnya, yang tidak akan dengan gampangnya bermesraan dengan orang lain.     

Julius adalah pria yang baik dan tidak akan memaksa Chintia. Dia menghela napas panjang dan berkata, "Hah… Aku tahu kamu sudah tidak mencintaiku lagi. Kamu menikahiku hanya untuk memaksa Sean meninggalkanmu."     

Mendengar ini, Sean sontak membeku.     

"Chintia menikahi Julius untuk memaksaku meninggalkannya? Tapi… kenapa? Kenapa dia melakukan ini?"     

Alat penyadap ini memang sangat berguna. Sean bisa tahu begitu cepat kebenaran dibalik pernikahan Chintia dengan Julius.     

Chintia sama sekali tidak menyukai Julius dan tidak ingin menikah dengannya. Dia menikahi Julius hanya untuk putus dari Sean. Ternyata, memutuskan Sean adalah tujuan sebenarnya.     

"Sebenarnya hal keji apa yang sudah aku lakukan, sehingga dia bersikeras harus putus denganku?"     

Sesaat Sean tidak bisa memikirkan apa pun. Kemudian, suara Julius terdengar lagi di headphone.     

"Tapi, Chintia, kamu sudah memilih untuk menikah denganku, tetapi menolak menjadi wanitaku seutuhnya. Ini adalah penghinaan besar bagiku dan laki-laki manapun. Penyiksaan ini sangat tidak adil bagiku," Julius mulai berpura-pura menyedihkan.     

Sean sendiri pernah mengalami hal yang sama. Dia menikah dengan Giana selama tiga tahun, tetapi Giana tidak pernah membiarkannya menyentuhnya. Dia tahu bahwa kehidupan seperti ini sangat menyedihkan. Tapi, sekarang Sean tidak bisa bersimpati dengan Julius.     

Siapa sangka, Chintia berkata perlahan, "Julius, kamu sudah banyak membantuku dan aku sangat berterima kasih padamu. Setelah kita melaksanakan pernikahan, setelah aku benar-benar menjadi istrimu, aku... tidak akan menolakmu lagi."     

Wajah Julius penuh dengan kegembiraan.     

"Benarkah? Baiklah! Kalau begitu, aku akan menunggu selama tiga hari lagi. Setelah tiga hari, setelah kita menyelesaikan upacara pernikahan, aku akan dapat memilikimu lagi!"     

Chintia menggigit bibirnya dan tidak berbicara.     

"Chintia, kalau begitu, aku tidak akan mengganggu istirahatmu. Aku pergi dulu." Julius bangkit dan pergi.     

Pada saat ini, ketika Sean mendengar jawaban Chintia, hatinya sangat tersiksa. Meskipun sekarang Chintia menolak Julius, nanti ketika dia benar-benar menjadi istri Julius, dia tidak akan menolaknya lagi.     

Sean mengepalkan tinjunya dan bersumpah diam-diam, Tidak! Aku tidak bisa membiarkanmu menikah dengannya! Aku tidak akan pernah membiarkan kalian menikah!     

Tugas pertama Sean sekarang adalah mencari tahu mengapa Chintia ingin putus dengannya. Dia memikirkannya sepanjang malam, tetapi tetap tidak mendapatkan jawaban.     

Sean duduk di sofa di kamar presidential suite dan entah kapan dirinya tertidur. Dia hanya ingat bahwa saat bangun pukul 08:00 pagi keesokan harinya, dia bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke jendela dengan telanjang kaki, lalu mendapati hujan turun dengan deras dari langit.     

Srashhh…     

Sean memandangi tetesan hujan di luar jendela dengan linglung sambil masih memikirkan Chintia.     

"Entah apakah Julius akan mengenakan jas itu hari ini."     

Alat penyadap ditempatkan di jas Julius. Jika hari ini dia mengganti pakaiannya, Sena tidak bisa lagi menguping pembicaraannya.     

Selagi berpikir, Sean kembali ke laptop untuk memeriksa lokasi Julius. Dia mendapati titik merah itu bergerak, menunjukkan posisi Julius yang berubah. Itu berarti Julius tidak mengganti jasnya hari ini dan masih mengenakan jas yang kemarin.     

"Bagus. Seharusnya dia mendatangi Chintia lagi. Julius, katakan beberapa patah kata lagi pada Chintia agar aku bisa tahu lebih cepat mengenai kebenaran masalah ini!"     

———     

Sekitar pukul setengah sembilan pagi, Julius tiba di Aegean Sea Ville. Begitu masuk, Julius mengamuk.     

"Dasar Sean bajingan! Ternyata kemarin dia menghancurkan jendela rumahku!"     

"Chintia, apa kemarin malam saat tidur kamu tidak kedinginan? Hah… Kalau tahu dari awal, aku akan membawamu pergi ke tempatku."     

Chintia menggelengkan kepalanya. "Tidak. Di lantai satu ada kamar yang jendelanya tidak pecah, jadi semalam aku tidur di sana. Ngomong-ngomong, kenapa kamu datang pagi-pagi sekali?"     

"Oh, aku secara khusus membelikan kembang tahu favoritmu ketika masih kecil. Aku membelinya dari toko tua yang ada di dekat rumahmu," kata Julius, "Coba cicipi, apakah rasanya masih sama atau tidak."     

Kembang tahu ini adalah makanan favorit Chintia sejak masih kecil dan sudah lama dia tidak memakannya.     

"Terima kasih," Chintia mencicipinya dan berkata, "Rasanya masih sama."     

Julius ikut tersenyum dan berkata, "Selain membawakanmu sarapan, ada satu hal lagi yang ingin aku sampaikan."     

"Sebelum ini, keluarga Susetia yang berada di Bogor sudah banyak membantuku dalam beberapa tahun terakhir. Keluarga mereka juga merupakan keluarga yang sangat berkuasa di Indonesia. Mengenai pernikahan kita, aku juga sudah mengirim undangan ke keluarga Susetia. Aku barusan menerima telepon yang mengabarkan bahwa generasi ketiga keluarga Susetia, Maureen Susetia dan Marvin Susetia, datang ke Surabaya hari ini dan mereka ingin mengundang kita untuk makan siang bersama."     

Maureen Susetia!     

Mendengar nama Maureen, Sean dan Chintia tertegun. Sean telah memberitahu Chintia bahwa ibu dari putrinya yang baru berusia 3 tahun adalah Maureen Susetia dari keluarga Susetia.     

"Ada apa? Chintia, apa kamu mengenal mereka?" Julius bisa melihat dari ekspresi terkejut Chintia.     

Chintia menggelengkan kepalanya. "Aku tidak kenal, tapi sebelum ini aku mendengarnya dari Sean. Dia ibu dari putri Sean yang berusia 3 tahun. Beberapa waktu lalu, Sean juga terus menemani Maureen dan putrinya."     

Tiba-tiba Julius tersadar. "Pantas saja dua orang ini datang ke Surabaya dua hari sebelumnya. Mereka bahkan secara khusus mengundang kita berdua makan bersama."     

"Keluarga Susetia sangat besar, jadi awalnya aku mengira mereka akan mengutus seorang dari generasi ketiganya untuk datang pada hari pernikahan kita. Aku tidak menyangka mereka akan datang lebih awal. Chintia, sepertinya undangan makan hari ini bukan untukku, tapi untukmu. Bagaimana? Apa kamu ingin bertemu si Maureen itu?" tanya Julius.     

Tiba-tiba Chintia teringat apa yang Sean katakan ketika Sean meminta maaf padanya sebelumnya, "Meskipun Maureen sangat hebat…"     

Chintia segera setuju, "Oke. Aku akan pergi menemuinya!"     

Chintia sangat cemburu. Dia ingin melihat dengan mata kepalanya sendiri, betapa hebatnya si Maureen ini!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.