Ingin Kukatakan Sesuatu

Sang Ratu Bertemu dengan Sang Ratu!



Sang Ratu Bertemu dengan Sang Ratu!

0Tentu saja wanita akan cemburu, terutama ketika seorang pria memuji wanita lain di depannya.     
0

Meskipun sekarang Chintia sudah putus dari Sean, dia masih ingin melihat seperti apa mantan Sean, Maureen Susetia, yang sudah melahirkan seorang putri untuk Sean!     

Tidak lama kemudian, Sean mengetahui dari dua orang bahwa restoran yang akan mereka tuju di siang hari nanti bernama Magnolia Restaurant.     

Restoran ini merupakan restoran tertinggi di Surabaya dan merupakan salah satu restoran mewah di kota ini.     

Sean segera menginstruksikan John untuk pergi ke Magnolia Restaurant terlebih dahulu untuk memasang kamera di lobby, ruang privat, dan di semua tempat yang ada di restoran tersebut. Dia ingin tahu setiap situasi yang terjadi saat mereka berempat makan bersama.     

Chintia dan Maureen… kedua wanita ini ternyata akan bertemu seperti ini.     

Sean tidak pernah menyangka ini akan terjadi seperti di drama-drama.     

Chintia dan Maureen sama-sama pernah menjadi wanita Sean. Awalnya, bahkan jika keduanya bertemu, seharusnya Sean yang memperkenalkan mereka berdua. Siapa yang menyangka ternyata mereka bertemu sendirian tanpa Sean.     

Meskipun pertemuan antara keduanya tidak ada hubungannya dengannya, Sean merasa ketika kedua wanita itu bertemu, mereka pasti akan membahas dirinya.     

Entah apa yang akan mereka katakan tentangku, Sean juga sangat menantikannya.     

Tak lama kemudian, waktu sudah menunjukkan pukul 12:00 siang. Hujan terus turun dan tidak berhenti sedari tadi.     

Julius dan Chintia duduk bersama di kursi belakang Mercedes Benz dan meminta sopir mengantar mereka ke Magnolia Restaurant. Keduanya berpakaian sangat formal. Dapat dilihat bahwa meskipun Marvin dan Maureen sama-sama merupakan generasi yang lebih muda dari Julius, Julius juga sangat mementingkan mereka.      

Ketika mereka sampai di ruang privat yang sudah disepakati, Marvin dan Maureen sudah menunggu di dalam. Begitu masuk, Julius segera menjabat tangan Marvin sambil tersenyum.     

"Oh, Tuan Muda Marvin. Anda sampai repot-repot dari jauh menghadiri pernikahan saya begini. Seharusnya saya yang mengundang Anda. Hari ini Anda memesan restoran seperti ini, benar-benar membuat saya merasa tidak enak pada Anda. Makan siang hari ini harus saya yang traktir."     

Marvin dan Julius berjabat tangan. Lalu, Marvin berkata sambil tersenyum, "Presdir Julius, jangan sungkan begitu. Saya sudah membayarnya. Pernikahan adalah hal yang membahagiakan. Di Bogor, kami terbiasa mengundang pengantin untuk makan bersama. Tujuannya agar tertular kebahagiaan kalian berdua."     

Julius tertawa. Dia sudah bepergian ke berbagai tempat selama bertahun-tahun, tetapi belum pernah mendengar kebiasaan semacam itu. Berdasarkan level keluarga kaya seperti keluarga Kusumo dan keluarga Susetia, tidak ada yang peduli dengan uang yang dikeluarkan untuk makan seperti ini. Ini semua dilakukan hanya untuk menghormati satu sama lain.     

Setelah itu, Julius melihat seorang wanita di sebelah Marvin. Setelah melihat wanita ini, Julius kagum dengan kecantikannya.     

Wajah Maureen benar-benar sempurna. Terlebih lagi, hari ini Maureen sangat terlihat berdandan dengan baik hari ini. Riasannya, pakaiannya…     

Maureen mengenakan atasan lengan panjang berwarna putih yang terlihat seperti kaos dengan luaran gaun pita kupu-kupu. Dia juga mengenakan rok kulit berwarna putih dengan warna yang sama, sebagai bawahannya. Roknya sangat pendek karena atasannya sangat panjang. Ditambah dengan warna yang sama, memberi kesan atasan dan bawahannya menyatu.     

Dari kejauhan, dia tampak bak model yang datang ke pameran produk baru tahunan. Di balik rok pendek itu, terdapat kaki lencir Maureen, dipadukan dengan sepasang sepatu bot kulit Martin berwarna hitam. Aura wanita perkotaannya sangat terpancar.     

Benar-benar menawan! Sangat cantik!     

Sean, yang sedang menonton melalui layar CCTV, bahkan tidak menahan diri dan menelan ludah.     

Selama seminggu terakhir di Bogor, aku belum pernah melihat Maureen berpakaian secantik ini!     

Benar saja. Apakah selalu seorang wanita yang dapat memicu wanita lain untuk berpenampilan terbaik?     

Sementara, Chintia tidak kalah dari Maureen. Dia mengenakan atasan jas pendek yang dipadukan dengan rok pendek. Pakaiannya ini memancarkan aura seorang presiden direktur-nya yang paling tidak biasa. Selain itu, rok nya yang pendek juga menunjukkan sepasang kakinya yang lencir.     

Pada saat keduanya berdiri bersama, mereka benar-benar setara.     

Astaga… Aku juga belum pernah melihat Chintia berpakaian seperti ini sebelumnya! Apa yang terjadi dengan kedua wanita ini?     

Dengan tidak adanya Sean, kedua wanita ini benar-benar menunjukkan sisi paling seksi dan menawan mereka.     

Sean merasa kesal. Dia sangat tidak sabar untuk mengirim Julius dan Marvin ke angkasa dan terbang secepat kilat ke ruang privat itu.     

Julius memandang Maureen dan bertanya, "Ini adalah…"     

Marvin memperkenalkan, "Oh, ini kakak saya."     

Maureen berinisiatif untuk menjabat tangan Julius sambil berkata, "Halo, Presdir Julius. Saya Maureen Susetia."     

Julius menyahut dengan takjub, "Ternyata Nona Maureen! Saya sudah lama mendengar bahwa kecantikan Nona Maureen tidak ada tandingannya di Bogor, tetapi ketika hari ini saya melihat secara langsung, ternyata memang benar-benar cantik!"     

Maureen tersenyum. "Presdir Julius terlalu memuji."     

Pada saat ini, Julius turut berinisiatif untuk memperkenalkan Chintia, "Perkenalkan tunangan saya, Chintia Yandra."     

Marvin tersenyum dan berjabat tangan dengan Chintia.     

"Presdir Chintia, Anda memang wanita yang cantik!"     

"Halo." Chintia berjabat tangan dengan Marvin, kemudian menatap Maureen.     

Untuk pertama kalinya Maureen dan Chintia saling bertemu, seperti ada kilat yang menyambar di mana-mana. Keduanya berseberangan. Yang satu putih, sementara yang satu hitam. Sama-sama begitu cantik dan membuat orang berdebar!     

"Presdir Chintia," sapa Maureen sambil tersenyum dan berjabat tangan dengan Chintia.     

Chintia tersenyum dan berkata, "Nona Maureen, halo. Panggil saja saya dengan nama saya. Saya sudah bukan Presdir Chintia lagi."     

Setelah perkenalan keempatnya, masih ada satu bocah kecil yang belum diperkenalkan. Maureen datang bersama putri Sean, Sisi.     

"Siapa gadis kecil ini?"     

Chintia tidak bisa menahan diri untuk tidak melihat gadis kecil yang lucu dan menggemaskan itu. Ketika dia bertanya, sebenarnya dia sudah tahu jawabannya dalam hati.     

Maureen membelai rambut Sisi dan menjawab, "Ini putri saya, Sisi."     

Ketika melihat putrinya, tanpa sadar Sean tersenyum. Sementara, saat ini hati Chintia berkecamuk.     

"Ini putri Sean!"     

Melihat gadis kecil ini, Chintia sontak teringat saat-saat ketika dia bersama Sean di masa lalu. Mereka selalu membayangkan bagaimana ketika mereka memiliki anak di masa depan. Sean menyukai anak perempuan, jadi Chintia berkata bahwa dia harus melahirkan anak perempuan untuknya. Mereka berdua merasa bahwa dengan wajah yang mereka miliki, putri mereka pasti akan sangat cantik.     

Hari ini Chintia melihat wajah putri Sean dan merasa itu persis seperti yang dibayangkannya.     

Chintia sangat sedih. Seharusnya dia juga memiliki kesempatan untuk melahirkan seorang anak perempuan untuk Sean. Tapi, sekarang itu sudah tidak bisa diwujudkan.     

Chintia memandang gadis kecil itu dan bertanya, "Sisi, siapa nama lengkapmu?"     

Sisi menjawab dengan patuh, "Nama lengkap saya Seareen Susetia."     

Begitu mendengar nama lengkap Sisi, Chintia menjadi semakin cemburu. Mendengar 'Sea', dia pun bertanya lagi, "Bagaimana pengejaannya?"     

"S…"     

Maureen hendak berbicara, tetapi Marvin yang berada di sampingnya lebih dulu berkata, "S. E. A. R. E. E. N! Gabungan nama Sean dan Maureen!"     

Begitu kata-kata Sean muncul, suasana bahagia di seluruh ruangan langsung menjadi kaku dan tegang.     

"Marvin sialan! Dia sengaja menyebut namaku untuk memprovokasi Chintia!"     

Sean menggebrak meja dengan marah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.