Ingin Kukatakan Sesuatu

Yang Tidak Tahu Malu Itu Ayahmu!



Yang Tidak Tahu Malu Itu Ayahmu!

0Dengan aura luar biasa Sean dan Andy, ditambah dengan tato ganas Andy, semua orang mengira akan ada adegan berdarah yang terjadi selanjutnya. Tidak ada seorang pun yang menyangka, Sean menggebrak meja hanya karena pesanannya yang belum datang…     
0

Sebagai seorang bos mafia besar, Andy juga merasa sangat malu. Namun, dia masih menjawab dengan penuh wibawa, "Baik!"     

Andy kemudian berjalan ke pelayan dan bertanya, "Kenapa Sakura Jelly-nya belum juga selesai?"     

Pelayan pun ketakutan dan segera memberikan minuman mereka ke Andy.     

"I… i… ini… Sudah, kan?"     

Andy membawanya pada Sean.     

"Tuan Muda Sean, ini Sakura Jelly untuk Anda!"     

"Ya."     

Pada saat ini, Monica menghela napas lega dan mencibir dalam bahasa Inggris, "Dua orang ini gila, ya? Hanya karena minumannya belum datang saja sampai seperti ingin membunuh orang begitu. Mengagetkanku saja. Selain itu, dua laki-laki dewasa seperti itu malah memesan minuman yang biasa dipesan anak perempuan. Benar-benar aneh."     

Sebagian besar orang yang datang ke toko makanan penutup viral ini adalah pasangan, sementara kombinasi antara Sean dan Andy memang cukup tidak biasa.     

Monica merasa Andy dan Sean yang terlihat mesum ini pasti tidak mengerti bahasa Inggris, jadi mereka berkata dengan tidak sopan menggunakan bahasa Inggris sesukanya.     

Sebenarnya, ketika Sean mendengar Monica akan menyuruh seseorang untuk memperkosa Chintia, Sean benar-benar langsung ingin memberi pelajaran pada Monica. Namun, setelah memikirkannya kembali, jika dia membereskan Monica di sini, tetap saja tidak akan dapat menghentikan Chintia menikahi Julius.     

Akan lebih baik membiarkan Monica menyakiti Chintia. Ketika saatnya tiba, Sean akan mengambil tindakan pencegahan dan datang sebagai pahlawan untuk menyelamatkan Chintia. Agar Chintia tahu bahwa menikah dengan keluarga Kusumo sangatlah berbahaya.     

Dengan begitu Chintia akan menyerah. Pada saat itu, mungkin saja Chintia akan kembali ke pelukannya.     

Chintia terlalu acuh pada Sean sekarang, jadi Sean benar-benar membutuhkan kesempatan untuk membantunya, membuatnya tersentuh, dan membuatnya mau berbaikan dengan Sean.     

Sementara, Monica adalah kesempatan untuk mewujudkan hal ini.     

"Ayo pergi. Jangan makan di sini. Semua yang ada di sini adalah sekumpulan orang gila."     

Monica meraih tangan pacarnya dan bangkit untuk pergi.     

Setelah Monica pergi, Sean berkata pada Andy, "Utus seseorang untuk mengikuti mereka. Aku ingin tahu setiap pergerakan mereka."     

"Baik!" Sejak awal Andy sudah mengutus orangnya untuk mengikuti mereka. "Tuan Muda Sean, kenapa tadi Anda tiba-tiba marah?"     

Sean bangkit berdiri dan berkata, "Kita bicarakan di mobil."     

Ketika kembali ke mobil, Andy mendengar cerita Sean dan langsung marah.     

"Apa? Monica, wanita jalang itu, ingin menyuruh seseorang untuk memperkosa Nona Chintia? Haruskah kita menghentikannya?"     

"Tentu saja harus menghentikannya," jawab Sean, "Hanya saja, pada waktu yang tepat. Setelah Monica mengungkap kejahatannya, aku baru akan muncul untuk menolong Chintia."     

Andy tersenyum dan mengangguk. "Ya. Bagus! Ketika Tuan Muda Sean datang sebagai pahlawan untuk menyelamatkannya, Nona Chintia pasti akan sangat tersentuh. Pada saat itu, dia tidak akan menikahi Julius dan kembali ke pelukan Tuan Muda Sean! Kebetulan Tuan Muda Sean dan Nona Chintia sedang bertengkar. Si Monica ini pandai juga mencari waktu."     

Sean yakin Monica akan membantunya untuk dapat bersatu kembali dengan Chintia.     

———     

Waktu menunjukkan pukul setengah sembilan malam di Aegean Sea Ville.     

Sean, Andy, John, dan yang lainnya kini berada di rumah, tetapi bukan tempat tinggal Chintia, melainkan rumah yang mereka beli dengan harga 200 juta. Beberapa orang menatap layar komputer di depan mereka yang menampilkan situasi setiap kamar di rumah tempat Chintia tinggal.     

Pada siang hari, Sean memutuskan sirkuit rumah Chintia, kemudian mengirim seseorang untuk berpura-pura menjadi petugas yang memperbaiki sirkuit di rumahnya. Tapi, sebenarnya orang itu mengambil kesempatan tersebut dan memasang kamera lubang jarum untuk memantau situasi rumah Chintia. Itu karena Sean tahu Monica akan segera mengirim seseorang untuk menyakiti Chintia.     

Wawan yang sedang menonton di luar bergegas masuk dan melaporkan, "Tuan Muda Sean, Monica membawa dua laki-laki berkulit putih menemui Nona Chintia!"     

...     

Pada saat ini, Chintia membuka pintu rumahnya. Dia melihat Monica dan yang lainnya di depan pintu rumah sambil tersenyum.     

"Monica, kamu datang rupanya! Kenapa kamu tidak menghubungiku dulu sebelumnya?"     

Chintia dan Monica seumuran dan berasal dari sekolah yang sama. Mereka tidak berada di kelas yang sama dan hubungan mereka tidak terlalu baik ketika masih muda, tetapi mereka saling mengenal. Jadi, Chintia sangat senang melihat mantan teman sekolahnya. Namun, Monica memiliki sikap yang berbeda.     

"Kenapa? Apa aku harus membuat janji terlebih dahulu untuk kembali ke rumah ayahku?"     

Chintia menjelaskan, "Aku tidak bermaksud begitu. Maksudku, aku tidak tahu kamu akan kembali ke Indonesia. Kalau kamu memberitahu sebelumnya, aku bisa menjemputmu di bandara."     

Monica mendengus dingin dan masuk ke dalam rumah, lalu berkata, "Mana mungkin aku berani menyuruhmu untuk menjemputku? Sebentar lagi kamu akan menjadi ibu tiriku! Mana mungkin aku berani?"     

Chintia masuk dan berkata, "Monica, jangan bicara seperti itu. Bagaimanapun juga, kita teman sekolah."     

Monica menoleh dan berteriak, "Kamu masih tahu rupanya kalau kamu dan aku adalah teman sekolah? Aku memperlakukanmu sebagai teman sekolah, tetapi kamu malah ingin menjadi ibuku?! Chintia, kamu begitu tidak tahu malu hanya demi uang, kan?!"     

Pada saat ini, Jasmine berjalan turun dari lantai dua dengan sangat marah ketika melihat Monica memarahi Chintia.     

Jasmine datang dan balas memaki, "Monica, siapa yang kamu marahi? Kenapa kamu tidak memarahi ayahmu yang tidak tahu malu?! Istrinya baru saja meninggal, tetapi dia bahkan sudah ingin menikahi seseorang yang jauh lebih muda darinya! Kamu bilang kakakku menikahi ayahmu karena uang? Apakah kamu tahu berapa banyak pria yang mengejar kakakku? Semuanya lebih kaya dari Julius, lebih muda, dan lebih tampan darinya!"     

"Jasmine, jangan bicara sembarangan!" Chintia menegur Jasmine.     

Monica tidak mau kalah, "Dasar gadis kecil! Sudah tinggal di rumah ayahku, tapi kamu berani memarahiku? Kalau kamu begitu percaya diri dan mampu, jangan tinggal di rumah ayahku! Beli rumah sendiri sana!"     

Wajah Jasmine terlihat muram. Dia paling benci ketika seseorang mengatakan dirinya mengambil milik orang lain. Dalam kemarahannya, Jasmine menyahut, "Siapa yang ingin tinggal di rumah bobrokmu ini?!"     

Sambil berbicara, Jasmine memakai sepatunya, lalu berjalan keluar.     

"Jasmine."     

Bagaimana pun Chintia memanggilnya, Jasmine tetap tidak kembali.     

Monica tersenyum puas. Dia memang ingin menyingkirkan Jasmine. Jika tidak, bagaimana dia bisa menjalankan rencana jahatnya?     

Pada saat ini, nada suara Monica sedikit melunak, "Chintia, jangan salahkan aku karena kata-kataku tidak enak didengar. Bayangkan jika itu kamu. Ibumu baru saja meninggal, tapi ayahmu menikah dengan istri baru, belum lagi ibu tirimu adalah teman sekolahmu. Bisakah kamu menerimanya?"     

Chintia sangat mengerti perasaan Monica dan berkata dengan lembut, "Monica, aku bisa mengerti perasaanmu."     

"Ya." Monica mengangguk, lalu menunjuk ke dua pria kulit putih di belakangnya dan berkata, "aku belum memperkenalkan padamu. Ini pacarku Jack, dan ini Bell."     

"Senang berkenalan denganmu."     

"Senang berkenalan denganmu."     

Keduanya masing-masing berjabat tangan dengan Chintia. Namun, ketika si Bell ini memegang tangan Chintia dengan aneh, dia enggan melepaskannya untuk waktu yang cukup lama.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.