Ingin Kukatakan Sesuatu

Berlutut Memohon agar Memasuki Perumahan!



Berlutut Memohon agar Memasuki Perumahan!

0Sean tersenyum dan memberi perintah pada Andy, "Beri wanita ini bonus 200 miliar, kemudian kirim video ini ke Janitra. Permainan selesai."     
0

Andy masih tidak mengerti apa yang sedang terjadi. "Apa yang terjadi? Kenapa video ini bisa sangat berharga?"     

Sean memandang wanita paruh baya itu dan berkata, "Intinya bukan pada putra Janitra, tetapi anak jangkung di sebelah putranya. Benar, kan?"     

Wanita paruh baya itu mengacungkan jempol pada Sean, "Benar, benar! Anak itu adalah putra seorang pejabat tinggi dan Janitra memiliki hubungan yang sangat dekat dengannya. Banyak proyek yang ditanganinya bergantung pada orang itu. Jika terjadi masalah, Janitra tidak bisa akan bisa melakukan apa-apa."     

Andy tersenyum. Dia baru mengerti apa yang sedang terjadi dan segera mengirim video tersebut ke Janitra.     

Setelah Janitra melihat konten video, dia sangat ketakutan hingga langsung menghubunginya.     

"Halo?"     

"Halo? Apa ini Presdir Sean?"     

"Ada urusan apa mencari Presdir Sean kami?"     

"Kawan, bisakah berikan teleponnya pada Presdir Sean? Ada hal mendesak yang ingin saya beritahukan pada beliau. Saya mohon!"     

Janitra sangat merendah. Selain itu, dia juga sangat panik dan gelisah.     

Andy menyerahkan telepon pada Sean. Setelah Sean menerima telepon itu, dia langsung berkata dengan terus terang, "Menurutmu, jika aku menyebarkan video yang baru saja aku kirimkan, apa yang akan terjadi?"     

Janitra memohon, "Jangan disebarkan! Tolong jangan disebarkan! Jika video ini tersebar, anak saya pasti akan dikeluarkan dari sekolah. Demi anak saya yang masih muda dan bodoh, tolong maafkan saya. Saya akan memberi 10 miliar pada Anda, ya?"     

Sean langsung memarahinya, "Aku membeli video itu seharga 200 miliar, tetapi kamu hanya mau memberiku 10 miliar?"     

"Katakan pada saya, siapa yang menjualnya pada Anda? Saya akan mengembalikan 200 miliar Anda itu!" Janitra juga mengungkapkan amarahnya.     

Sean mendengus. "Apakah kamu pikir aku akan memberitahukannya padamu? Selain itu, kamu tidak benar-benar merasa aku tidak tahu nilai video ini, kan? Siapa anak yang memukul anak itu bersama putramu, siapa namanya, siapa orang tuanya, apa perlu aku beritahukan padamu?!"     

"Presdir Sean! Presiden Sean!" Janitra menangis di tempat. "Presdir Sean, saya salah! Tolong jangan sebarkan video itu. Jika sampai tersebar, riwayat saya akan tamat!"     

Tampaknya pembantu itu benar. Ayah dari anak dalam video itu seharusnya merupakan pendukung Janitra. Dalam hal ini, perilaku putranya sangat memengaruhi kariernya.     

Janitra yang tahu Sean ingin memasuki perumahannya untuk menemui seseorang pun segera berkata, "Presdir Sean, semua ini hanya kesalahpahaman. Bukankah Anda ingin masuk ke Aegean Sea Ville? Silakan! Saya sendiri yang akan menjemput Anda masuk!"     

"Cih!"     

Kata-kata Janitra membuat Sean jijik.     

"Saat kamu tidak membiarkan aku masuk, maka aku tidak masuk. Lalu, saat kamu membiarkanku masuk, aku akan masuk dengan patuh begitu saja? Kamu pikir kamu siapa, berani memerintahku?!"     

Sean segera menutup telepon.     

"Halo? Presdir Sean… Presdir Sean…"     

Di vila, Janitra terus memanggil, tetapi dia mendapati bahwa Sean sudah menutup telepon. Dia pun menjadi sangat panik. Ketika mencoba menghubungi kembali, Sean tidak menjawab teleponnya.     

"Tidak, aku harus menemuinya dan memastikan dia tidak membocorkan video itu."     

Janitra ingat apa yang Sean katakan beberapa jam yang lalu, "Nanti aku akan membuatmu menangis dan memohon padaku."     

Awalnya dia berpikir itu hanyalah kata-kata kekanak-kanakan Sean, tetapi sekarang itu akan menjadi kenyataan.     

Sean jelas ingin Janitra memohon padanya.     

"Kak Janitra, Kakak mau ke mana? Apa orang itu bersedia memberimu 30% saham YS Group? Kakak sudah menjadi Presdir YS Group, jadi Kakak harus memberiku posisi sebagai Wapresdir!"     

Si cantik berkaki panjang datang dan memeluk Janitra. Janitra marah dan menampar wajah wanita itu.     

"Pergi! Dasar tidak berguna!"     

Janitra melajukan mobilnya dengan cepat ke Intercontinental Hotel dan tiba di kamar presidential suite tempat Sean berada.     

"Presdir Sean…"     

Janitra membungkukkan tubuhnya dan menatap Sean sambil tersenyum.     

"Apa yang kamu lakukan di sini?" Sean bertanya dengan tegas.     

Janitra berkata, "Presdir Sean, saya akan membawa Anda ke Aegean Sea Ville! Saya tahu wanita Anda, Chintia Yandra, ada di dalam!"     

Plak!     

Tanpa Sean bertindak, Andy menampar Janitra.     

"Dasar bajingan! Kamu tahu wanita Presdir Sean ada di dalam, tapi kamu tidak membiarkan Presdir Sean masuk? Kamu bahkan memeras Presdir Sean!"     

Janitra memegangi wajahnya dan menahan rasa sakit.     

"Presdir Sean, saya juga melakukannya karena terpaksa. Julius si bajingan itu bersikeras menempatkan Presdir Chintia di perumahan saya, kemudian menyuruh saya mengambil kesempatan untuk meminta 30% saham YS Group. Setelah berhasil, dia akan mengambil 20%-nya dan memberi saya 10%," Janitra berkilah.     

"Betapa saya mengagumi Presdir Sean dan Presdir Chintia! Presdir Sean dan Presdir Chintia adalah pahlawan di dunia bisnis! Saat itu, saya langsung menolaknya! Tapi, Julius bersikeras memaksa saya untuk bekerja sama dengannya. Dia memiliki… Dia memiliki kartu As saya di tangannya, jadi saya tidak bisa menolaknya!"     

Sean tersenyum dan tidak tahu apakah yang dikatakan Janitra itu benar atau tidak.     

"Kamu benar-benar memiliki banyak kartu As. Baru sebentar saja, kami sudah menerima puluhan rahasia gelapmu."     

Seketika Janitra merasa tidak berdaya. Memang sebanyak itu?     

Janitra saat ini transparan dihadapan Sean karena Sean tahu semua kartu As-nya.     

Janitra juga menurunkan martabatnya. Dia berlutut di tanah dan berkata, "Presdir Sean, tolong datanglah ke Aegean Sea Ville! Saya mohon pada Anda!"     

Sean mengatakan sebelumnya bahwa jika saat itu Janitra tidak mengizinkannya masuk, dia akan segera memohon padanya agar Sean masuk. Pada saat ini, itu benar-benar menjadi kenyataan.     

Sean tidak ingin membuang waktu dengan sampah seperti Janitra. Dia sudah tidak sabar untuk bertemu Chintia. Sean bangkit dan menaiki mobil Andy lagi ke gerbang Aegean Sea Ville.     

Kali ini ketika mereka tiba di gerbang perumahan, kedua penjaga berdiri di sana untuk menyambut mereka dan memberi hormat pada mobil Sean.     

"Hei, bodoh! Jika lain kali kamu berani menghentikan kami, akan aku patahkan kakimu!"     

Andy memarahi penjaga-penjaga itu. Jika bukan karena Sean terburu-buru untuk bertemu dengan Chintia dan tidak punya waktu untuk memedulikan dua penjaga tidak penting ini, Andy pasti sudah membuang mereka ke laut sejak tadi.     

Tidak lama kemudian, Janitra memimpin mereka hingga berhenti di sebuah rumah.     

Janitra berinisiatif membukakan pintu mobil untuk Sean, lalu menunjuk ke sebuah rumah di depannya dan berkata, "Presdir Sean, ini adalah rumah tempat Nona Chintia tinggal. Lihat, lampunya masih menyala. Dia belum tidur. Cepatlah masuk. Selain itu, sebelum Anda masuk, bisakah Anda menghancurkan videonya terlebih dahulu…"     

Sean ingat tadi Janitra ingin memerasnya puluhan triliun dan dia masih merasa kesal karena itu. Terlalu mudah bagi Janitra jika melepaskannya begitu saja.     

Sean melihat sekeliling area perumahan dan mendapati bahwa lingkungan, udara, dan desain di sini benar-benar cukup bagus dan bisa dibilang sebagai area perumahan mewah di Surabaya.     

Sean berkata, "Rumah di sini dibangun dengan baik. Aku sangat menyukainya. Aku ingin membeli satu untuk anak buahku. Satu untuk diriku dan Chintia, satu untuk adik iparku, satu untuk Andy, satu untuk John, jadi totalnya…"     

Mendengar Sean mengatakan bahwa dia ingin membeli rumah, Wawan segera berlari dari belakang, "Tuan Muda Sean, saya juga! Masih ada saya!"     

Sean melirik Wawan dan berkata, "Ditambah Wawan, total 5 rumah. Presdir Janitra, jual padaku 5 rumah."     

Janitra menjawab sambil tersenyum, "Bisa, bisa! Harga rata-rata rumah di sini adalah…"     

Sean menyela, "Berikan padanya 1 miliar. Setiap rumah seharga 200 juta. Dia harus menerimanya. Aku tidak akan menerima rumahnya dengan cuma-cuma tanpa membayar sepeserpun."     

Ekspresi wajah Janitra sontak berubah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.