Ingin Kukatakan Sesuatu

Menerobos Masuk ke Kamar Chintia!



Menerobos Masuk ke Kamar Chintia!

0Kawan, jangan bercanda! Sebuah rumah di sini setidaknya bernilai puluhan miliar, tapi kamu cuma memberi 200 juta?! Ini namanya perampokan!     
0

Segera setelah mereka mendengar bahwa hanya dengan 200 juta, mereka bisa memiliki sebuah rumah di sini, Andy, John, dan yang lainnya, semua melompat-lompat kegirangan.     

Semua orang berkata serempak, "Terima kasih, Tuan Muda Sean!"     

Andy dan yang lainnya pergi dari Jakarta ke Texas, Amerika Serikat. Kemudian, dari Texas ke Bogor, dan sekarang ke Surabaya.     

Bisa dibilang mereka sudah bekerja keras dan juga melakukan semua pekerjaan yang sangat berbahaya. Selain itu, mereka juga tidak seperti karyawan Sean sehingga Sean juga tidak bisa membayar gaji mereka. Meskipun memberikan gaji pada mereka, mereka juga belum tentu mau menerimanya. Jadi, Sean pun ingin mengambil kesempatan ini untuk memberikan beberapa keuntungan pada Andy dan yang lainnya.     

Setiap orang mendapatkan rumah puluhan miliar, yang bisa dibilang sebagai pelipur lara atas kerja kerasnya, sehingga mereka akan lebih semangat bekerja untuk Sean kedepannya.     

Janitra hampir menangis. Dengan wajah sedihnya, dia berkata pada Sean, "Presdir Sean, jangan mempermainkan saya. Saya benar-benar tidak bisa memberikan 5 rumah ini dengan harga 1 miliar pada anda."     

"Saya tidak akan menutup-nutupinya dari Anda. Anda sudah menghabiskan 200 miliar untuk membeli rahasia gelap saya, jadi untuk menutup mulut orang-orang itu, semalaman saya sudah menghabiskan ratusan miliar hingga uang kas saya sudah terkuras. Saya orang miskin yang tidak punya uang sekarang. Jika Anda meminta saya untuk memberi lima rumah secara cuma-cuma, besok saya akan meminta-minta untuk makan!"     

Janitra berpura-pura terlihat menyedihkan dan mencoba memenangkan simpati Sean. Tapi, setelah Sean mengetahui begitu banyak rahasia gelap Janitra, tentu saja dia tahu dengan jelas betapa bajingan, pengkhianat, dan tidak bermoralnya pria ini. Sean juga sudah tidak sabar untuk melihat tampang Janitra yang menjadi seorang pengemis.     

Andy meraih bahu Janitra dan berkata, "Presdir Janitra, jangan sok menyedihkan begitu. Kamu sudah mengusik Presdir Sean kami. Jika kamu tidak mau kehilangan uang-uang ini. Kamu pikir, kamu bisa menghindari bencana yang akan terjadi padamu?"     

"Lagi pula, kami bukannya tidak memberimu uang, kan? Bukannya kami memberimu ratusan juta?"     

Ratusan juta? Dari kata-katamu, seolah-olah uang sebesar itu sangat banyak saja!     

Kelima rumah ini bernilai ratusan miliar.     

Janitra benar-benar ingin menangis tanpa mengeluarkan air mata. Dia membenci dirinya sendiri karena rakus akan uang dan berani-beraninya melawan orang yang berkuasa. Memprovokasi orang saja memang sudah tidak baik, tapi sekarang dia malah sudah memprovokasi Sean Yuwono.     

Sean tidak punya waktu untuk berbicara dengan Janitra lagi. Chintia sudah di depan mata dan dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya.     

Rasanya seperti belum melihat Chintia selama berabad-abad…     

Sean menghela napas dengan emosi yang campur aduk. Akhir-akhir ini dia sibuk dengan Giana, Marvin, dan Maureen hingga dia benar-benar sudah terlalu mengabaikan Chintia.     

Sean melangkah dengan cepat menuju gerbang rumah. Namun, saat dia masuk, dua sosok tiba-tiba muncul di halaman. Keduanya menghalangi jalan Sean.     

"Mau apa?"     

Sean mengerutkan kening dan menoleh, menatap Janitra.     

Janitra segera menjelaskan dengan polos, "Ini tidak ada hubungannya denganku. Mereka bukan orang suruhanku, tapi orang-orang Julius."     

Tampaknya Julius juga tahu Sean akan mendatangi Chintia, jadi dia secara khusus mengutus orang untuk menghalanginya.     

Pria di halaman berseru dengan arogan, "Ini kediaman pribadi orang terkaya di Surabaya, Presdir Julius Kusumo. Orang-orang yang tidak berkepentingan, segera pergi jauh-jauh dari sini!"     

Orang terkaya di Surabaya? Namanya begitu besar rupanya!     

Melihat Sean mengamuk lagi, Janitra buru-buru berkata, "Presdir Sean, bukannya saya tidak ingin membantu, tapi ini rumah yang sudah dibeli oleh Janitra. Dia punya hak untuk tidak membiarkan orang lain masuk. Saya juga tidak bisa melakukan apa-apa."     

"Aku tidak membutuhkanmu," Sean berkata dengan dingin. Kemudian, dia berkata pada Andy dan John, "Singkirkan kedua orang ini segera!"     

Sean sudah sampai di pintu rumah yang begitu dekat dengan Chintia. Dia tidak peduli rumah siapa ini. Siapapun yang menghentikannya untuk bertemu dengan kekasihnya harus mati.     

"Baik!"     

Andy dan John baru saja diberi rumah puluhan miliar, jadi mereka semakin ingin menyeret kedua orang ini dengan tangan mereka sendiri.     

Pria di halaman mengancam, "Hei, apa yang kalian lakukan? Saya sedang merekamnya!"     

Andy menyambar ponsel yang merekamnya, melemparkannya ke tanah dengan kejam hingga hancur berkeping-keping, kemudian menginjaknya dengan kakinya. Orang yang lain segera mengambil ponselnya dan melakukan panggilan. Ketika John melihatnya, dia buru-buru mengejarnya.     

"Bocah busuk! Beraninya kamu menelepon bosmu! Lihat bagaimana aku akan menghabisimu!"     

Sean berkata pada John, "Biarkan dia menelepon! Aku akan memasuki rumah Julius hari ini. Ketika dia datang, aku ingin bertanya langsung padanya, siapa yang memberinya keberanian untuk merebut calon istriku?!"     

Setelah mengatakannya, Sean langsung berjalan menuju pintu rumah.     

Tok! Tok!     

Sean mengetuk pintu dan berseru, "Chintia."     

"Chintia, ini aku, Sean."     

Sean memanggil dua kali, tetapi tidak ada jawaban dan tidak ada yang datang untuk membukakan pintu untuk Sean. Tiba-tiba semua lampu yang tadinya menyala tiba-tiba mati.     

"Lampunya dimatikan? Kenapa begitu Tuan Muda mengetuk pintu, mereka langsung mematikan lampu?"     

John dan lainnya sangat bingung.     

Jelas-jelas karena tidak ingin bertemu dengan Sean!     

Sean sangat kecewa. Dia sudah terbang jauh-jauh ke Surabaya untuk bertemu dengan Chintia, tetapi dia mengabaikannya di depan pintu dan bahkan tidak mau bertemu dengannya. Namun, bagaimana bisa Sean menerima keputusan sepihak Chintia yang ingin putus dengannya tanpa alasan?!     

Janitra yang berada di sampingnya pun berkata, "Presdir Sean, Nona Chintia mungkin lelah. Jika Anda kembali besok, saya berjanji anda bisa masuk kapan saja."     

Bagaimana bisa Sean menunggu sampai besok? Dia tidak bisa menunggu bahkan semenit pun.     

Sean menghampiri Janitra dan bertanya, "Apa kamu tahu di lantai mana kamar Chintia?"     

Janitra membawa Sean ke sebelah kiri dan berjalan beberapa langkah, lalu menunjuk ke kamar di lantai tiga dan berkata, "Kamar Nona Chintia berada di lantai tiga, kamar dengan jendela lonceng angin."     

"Ketika Nona Chintia datang untuk menetap di sini, saya menemaninya dan Julius, jadi saya sangat tahu dengan jelas."     

"Ya." Sean mengangguk.     

Janitra bertanya, "Anda tidak berpikir untuk memanjat jendela, kan? Tidak mudah untuk memanjat pada ketinggian ini. Kebanyakan orang tidak akan bisa memanjatnya. Ini sudah malam dan lampunya juga redup, bisa-bisa anda terjatuh. Kalau jatuh, anda pasti tidak akan selamat."     

Janitra hanya tahu Sean adalah presiden direktur yang kaya raya, tetapi dia tidak tahu bahwa kelebihan terbesarnya bukanlah kekayaannya sama sekali.     

Pada saat ini, Andy sudah menyiapkan dua alat pegangan tangan dari bagasi mobil yang dapat dengan mudah digantung di dinding. Dengan bantuan alat ini, Sean melompat dengan cepat dan naik ke lantai tiga.     

Jendela di lantai tiga terbuka sehingga Sean tidak perlu repot-repot. Setelah mendorongnya, dia langsung melompat masuk.     

"Astaga! Presdir Sean sangat pandai dalam hal ini! Boleh juga!"     

Janitra sedikit terkejut. Andy dan yang lainnya memandangnya dengan ekspresi yang aneh. Bukankah ini hal yang sangat biasa bagi Presdir Sean mereka?     

Setelah Sean melompat ke kamar di lantai tiga, dia mencium aroma di dalam kamar itu.     

Aroma yang sangat tidak asing... Benar! Ini pasti kamar Chintia!     

Sebelumnya, Sean sudah tinggal bersama Chintia begitu lama, jadi dia tidak akan mungkin tidak mengenali aromanya.     

Di dalam kamar, tidak ada seorang pun di tempat tidur, tetapi terlihat sosok anggun berdiri di pintu. Karena tidak ada cahaya, ruangan menjadi sangat gelap. Jendela juga tidak dibuka, jadi benar-benar tidak bisa melihat orang yang ada di dalam sedikit pun.     

Sosok yang tinggi dan lekukan tubuhnya… Haha. Apa masih perlu bertanya? Itu pasti Chintia Yandra!     

Jika Sean tidak mengenalinya, maka sia-sia dia telah tidur dengan Chintia selama ini.     

"Chintia!"     

Sean langsung berlari, memeluk pinggang rampingnya dari belakang, memeluknya erat, dan hendak menciumnya. Siapa yang tahu...     

"Kakak Ipar, apa yang kamu lakukan?!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.