Ingin Kukatakan Sesuatu

Janitra Merugi 800 Miliar!



Janitra Merugi 800 Miliar!

0Seketika Janitra panik. Pengusaha real estate seperti mereka, mana ada yang bersih?     
0

Janitra baik-baik saja dalam beberapa tahun terakhir. Dia tidak melakukan sesuatu yang luar biasa, tetapi begitu mulai melakukan sesuatu, demi menghasilkan uang dan mendapatkan tanah, dia bisa melakukan segala macam kejahatan.     

Tiba-tiba ada yang menghubungi Janitra lagi. Orang itu adalah salah satu mantan rekan bisnisnya.     

"Halo?" Janitra segera menjawab panggilan itu.     

Orang yang di ujung telepon berkata, "Kak Janitra, setelah berkembang, kenapa Kakak mengabaikan kawan Kakak ini? Kalau ada pekerjaan, mari kita kerjakan bersama. Jika mendapatkan keuntungan, mari kita untung bersama. Oke?"     

"Dengar-dengar ada seseorang yang menawarkan 200 miliar untuk membeli rahasia gelap Kakak. Ketika kita menjadi rekan bisnis, aku tahu persis apa saja yang sudah Kakak lakukan," tambahnya.     

Wajah Janitra berubah cemberut. "Dasar sinting! Jika terjadi sesuatu padaku, kamu pikir aku tidak akan menyeretmu?"     

Si penelepon berkata sambil tersenyum, "Jangan emosi begitu, Kak Janitra. Aku tidak bilang ingin mengekspos Kakak. Jika aku ingin melakukannya, apa aku akan menghubungi Kakak begini? Kita ini kawan, mana mungkin aku mengkhianatimu? Tapi, Kak Janitra. Akhir-akhir ini bisnisku sedang agak sulit. Bisakah kamu pinjamkan aku 100 miliar?"     

Begitu membuka mulut, langsung meminjam 100 miliar. Selain itu dari nada bicaranya, sepertinya dia sama sekali tidak berencana untuk mengembalikannya.     

Jika orang ini meminjam uang padanya, Janitra bahkan tidak akan memedulikannya jika bukan karena Sean. Namun, dalam situasi saat ini, jika Janitra tidak meminjamkannya 100 miliar dan buru-buru menghentikannya, kemungkinan besar orang ini akan benar-benar mengeksposnya.     

Janitra berkata, "Kawanku, aku akan menyuruh orang untuk mentransfer 100 miliar ke rekeningmu. Kita adalah rekan bisnis yang akrab. Kebetulan aku sedang mengerjakan proyek berikutnya dan ingin bekerja sama denganmu. Jangan khawatir. Ke depannya saat aku memiliki kerjaan, aku pasti akan memberimu bagian!"     

Janitra berhasil menenangkan 'kawan'-nya ini setelah berbasa-basi padanya. Sesudah itu, dia mentransfer 100 miliar padanya. Namun baru saja selesai mentransfer, Janitra menerima, panggilan lain dari nomor yang tidak dikenal.     

"Halo? Dengan siapa? Siapa itu?"     

"Aku Wendi," jawab Suara yang terdengar dingin terdengar di telepon.     

Wendi!     

Mendengar nama Wendi, ekspresi Janitra tiba-tiba berubah. Wendi adalah mantan sopir Janitra. Tidak hanya pengemudi, Janitra pernah membunuh seseorang saat mengemudi sambil mabuk, tetapi Wendi menggantikannya.     

Tentu saja, pada akhirnya Janitra menggunakan uang dan koneksi untuk mengibuli keluarga almarhum, sehingga Wendi tidak perlu masuk penjara. Namun, Wendi terpaksa meninggalkan Surabaya sejak saat itu.     

"Kamu… Kenapa kamu menelepon?" Janitra bertanya dengan curiga.     

Hanya Wendi yang tahu tentang pembunuhan yang dilakukan oleh Janitra. Dia sudah memberi uang penutup mulut pada Wendi dan membuatnya pergi meninggalkan Surabaya.     

Wendi berkata, "Bos, malam itu, jelas-jelas Anda yang membunuh seseorang, tetapi Anda membuat saya menanggung kesalahannya. Sekarang keluarga orang itu belum benar-benar melepaskan saya. Saya sudah tidak sanggup lagi. Saya ingin memberitahukan yang sebenarnya pada mereka!"     

"Wendi! Jangan bertindak gegabah! Jika ada masalah, mari kita bicarakan baik-baik!" Janitra panik. Dia benar-benar takut masalah ini akan terbongkar.     

Wendi berkata di telepon, "Sekarang saya sedang kekurangan uang. Saya butuh 400 miliar!"     

Ketika Janitra mendengar jumlah besar yang disebutkan Wendi, dia langsung mengamuk, "Wendi, kamu sinting! Aku sudah memberikan 10 miliar sebagai uang tutup mulut padamu! Beraninya kamu meminta 400 miliar padaku?!"     

"Beraninya kamu memerasku? Apa kamu tahu aku dapat membuatmu menghilang hanya dengan menghabiskan puluhan juta? Berkacalah dan lihat, apa kamu layak dihargai sebesar 400 miliar?!" hina Janitra.     

Wendi balas mengamuk, "Jika Anda tidak memberikan 400 miliar pada saya, saya akan pergi ke Presdir Sean untuk mendapatkan 200 miliar!"     

"Apa? Bagaimana kamu bisa tahu…"     

Janitra tercengang. Dia tahu Wendi berada di luar kota dan tidak menyangka bahwa Wendi yang berada di luar kota bisa tahu jika Sean menghabiskan 200 miliar untuk membeli rahasia gelapnya.     

Tampaknya fakta bahwa Sean menghabiskan 200 miliar untuk membeli rahasia gelap Janitra sudah menyebar di seluruh lingkaran bisnis Surabaya. Sebagai mantan sopir Janitra, pasti ada orang yang menghubungi Wendi untuk menanyakan tentang Janitra.     

Wendi melanjutkan, "Aku dengar Presdir Sean suka menghambur-hamburkan uang. Jika aku menawar 400 miliar, mungkin dia akan menaikan harganya menjadi 600 miliar. Haha!"     

Janitra panik. Dalam hal kekayaan, Janitra tidak bisa dibandingkan dengan Sean.     

Seketika Janitra melunak. "Wendi, kamu sudah bekerja denganku selama bertahun-tahun dan aku sudah memperlakukanmu seperti saudara kandungku sendiri. Kompensasi yang sebelumnya kuberikan padamu memang kurang. Baiklah. 400 miliar! Aku akan memberikannya padamu!"     

Tidak ada cara lain. Janitra pun menghabiskan 400 miliar untuk menutup mulut Wendi. Namun, tidak lama kemudian, telepon Janitra berdering lagi.     

"Halo…" Ketika Janitra menjawab telepon, dia mulai gemetaran.     

Suara seorang pria terdengar di ujung telepon, "Haha! Presdir Janita, lama tidak berjumpa! Seseorang menghabiskan 200 miliar untuk membeli rahasia gelap Anda. Apa Anda sudah mendengarnya?"     

"Saya sudah bekerja di perusahaan selama bertahun-tahun. Bagaimana perusahaan kita membantu membuat akta cerai palsu, laporan bank palsu, memalsukan keuntungan, dan memalsukan pembayaran pajak, saya tahu persis mengenai ini semua. Tapi, Presdir Janitra, jangan khawatir. Saya tidak akan mendatangi orang luar seperti Sean, jadi beri saja saya 300 miliar."     

Dalam waktu kurang dari satu jam, Janitra menghabiskan 800 miliar untuk menghentikan mulut orang-orang ini.     

Janitra bukan triliuner seperti Sean. Paling-paling dia hanya memiliki 20 triliun. Kehilangan 800 miliar pun benar-benar sangat terasa baginya.     

Tririringggg…     

Ponsel Janitra terus berdering.     

Argghhh!     

Janitra mengambil ponsel dan membantingnya. Dia tidak berani mengangkat teleponnya lagi. Setiap kali menjawab panggilan, dia harus menghabiskan setidaknya ratusan miliar. Terlalu mahal harga yang harus dibayarkan untuk menjawab sebuah panggilan telepon.     

Janitra tidak tahan lagi. Dia mengambil ponselnya dan menghubungi Julius.     

"Halo?" Suara Julius terdengar sangat tenang.     

"Kak Julius, gawat! Sean si bocah itu menghabiskan 200 miliar untuk membeli rahasia gelapku!" lapor Janitra.     

Julius berkata dengan tenang, "Ya, aku sudah mendengarnya. Tapi, kamu tidak perlu khawatir. Para pebisnis di Surabaya, semuanya sangat kompak dan bermartabat. Bahkan jika ada yang tahu tentang rahasia gelapmu, mereka tidak akan menyinggungmu dan mendatangi orang luar untuk menjualnya dengan harga murah seperti itu. Gunakan saja uangmu untuk membereskan masalah ini."     

Janitra hampir menangis. "Aku sudah melakukannya. Baru sebentar saja, aku bahkan sudah menghabiskan 1 triliun! Awalnya aku hanya ingin memeras puluhan triliun dari Sean. Bukan hanya tidak mendapatkan sepeser pun, aku bahkan rugi 800 miliar! Benar-benar membuatku kesal setengah mati!"     

Julius ikut terkejut. "800 miliar? Memang apa saja yang sudah kamu lakukan beberapa tahun ini hingga membutuhkan begitu banyak uang untuk menutupinya?"     

Janitra dan Julius hanya terkait satu sama lain karena bisnis dan mereka bukan sahabat, jadi mana mungkin dia mengaku pada Julius tentang kejahatan yang sudah dilakukannya? Begitu dia mengatakannya, bukankah dia akan berada di dalam kendali lawan?     

Janitra berkata dengan ragu-ragu, "Singkatnya, hari ini aku sudah menghabiskan 800 miliar demi masalah Kakak. Kakak juga tahu kalau aliran danaku tidak begitu baik, jadi mengenai 800 miliar ini, Kakak juga harus membantu setengahnya."     

Julius pun mengamuk, "Kamu ingin aku membayar 800 miliar-mu ini? Kamu sendiri yang sudah berbuat salah! Atas dasar apa aku harus membayar untuk apa yang kamu lakukan?!"     

"Mengenai Sean, memang aku yang berinisiatif untuk menemuimu, tapi aku membuat peluang untuk membantumu mendapatkan saham senilai puluhan triliun dan kita akan membaginya menjadi dua. Itu saja bahkan cukup untuk dihabiskan seumur hidupmu!" Julius mengingatkan.     

"Jelas-jelas kamu sendiri yang sudah mengecewakan dan membuat begitu banyak kesalahan hingga Sean dengan mudahnya memakai itu semua untuk berbalik menyerangmu. Tapi, kamu malah berbalik menyalahkanku? Selesaikan masalahmu sendiri! Jika kamu tidak ingin bekerja sama denganku, pergilah saja! Masih ada banyak orang yang ingin bekerjasama denganku!"     

Setelah berbicara, Julius menutup telepon.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.