Ingin Kukatakan Sesuatu

Sean Diperas!



Sean Diperas!

0Pada saat ini, penjaga lain datang ke gerbang, menunjuk ke Bentley Andy dan Sean, lalu berkata, "Benar! Mereka memang menyewa Bentley ini! Aku tahu mobil ini, tapi pemilik mobil ini bukan mereka!"     
0

Penjaga gerbang hanya tertawa. "Oh, ternyata orang yang berpura-pura kaya datang ke perumahan kami dengan mobil sewaan? Kalau begitu, kami semakin tidak bisa membiarkan kalian masuk."     

Andy sangat marah. "Omong kosong!"     

Bentley dengan plat nomor Surabaya ini memang bukan milik mereka, tetapi milik orang Surabaya yang dikenal Andy.     

Karena Sean dan yang lainnya datang dengan pesawat pribadi, mereka tidak punya mobil di Surabaya. Tentu saja Andy akan menyuruh anak buahnya untuk mencari mobil berkualitas tinggi. Tidak disangka, para penjaga ini malah mengira mereka orang-orang yang tidak berduit dan menertawakan mereka.     

Penjaga gerbang tertawa. "Jika kalian tidak punya uang untuk membeli rumah di sini, jangan menghalangi di gerbang. Sebentar lagi seharusnya akan ada penghuni yang datang."     

Andy yang mengamuk pun kembali ke mobil dan berkata pada Sean, "Tuan Muda Sean, bisakah saya menggunakan anting-anting berlian Anda sebentar?"     

Sean mengangguk. Kemudian, Andy mengambil anting-anting berlian dan mendatangi penjaga gerbang lagi.     

"Buka matamu dan lihat baik-baik! Ini anting-anting berlian senilai 1.4 triliun! Dua anting ini cukup untuk membeli puluhan rumah bobrok kalian!"     

Mata Wiranto yang berada di samping pun berbinar.     

"Ya Tuhan, Kak Andy! Apakah anting-anting ini adalah anting-anting Apollo dan Artemis yang legendaris itu? Bagaimana mungkin barang mulia seperti itu ada di tangan orang-orang Indonesia? Kak Andy, siapa orang yang berada di dalam mobil itu? Kakak harus mengenalkannya pada saya!"     

Orang buta mana yang tidak akan langsung berlutut saat melihat anting-anting bernilai 1,4 triliun?     

Lagi-lagi, penjaga itu tertawa.     

"Kamu bercanda, ya? Sepasang anting-anting bobrok seperti ini bernilai 1,4 triliun? Hahaha! Apa kamu pikir aku tidak pernah sekolah?"     

"Benar! Sekali lihat saja anting-anting ini terlihat palsu. Paling-paling hanya seharga 60 ribu," kata penjaga lainnya.     

Andy sangat marah. Berbicara dengan kedua orang ini sama saja seperti berbicara dengan keledai.     

Andy mengembalikan anting-anting itu dan mengamuk pada penjaga, "Sebenarnya kalian akan membiarkan kami lewat atau tidak? Jika tidak, aku akan membuat kalian cacat!"     

"Rupanya kamu ingin memukul orang, ya? Cepat lapor polisi!" tantang penjaga yang nyalinya sama sekali tidak menciut itu.     

Pada saat ini, Sean keluar dari mobil. Meskipun di malam hari, aura luar biasa Sean tetap dapat terlihat.     

"Andy, tidak perlu berkelahi dengan penjaga-penjaga ini," Sean menghentikan Andy.     

Berbicara dengan sekelompok orang rendahan seperti ini sama saja seperti berbicara dengan keledai, jadi lebih baik langsung menemui atasannya saja.     

"Cari tahu siapa pemilik Aegean Sea Ville ini. Kita temui bos mereka langsung," perintah Sean.     

"Baik!"     

Andy segera menelepon seorang temannya untuk bertanya. Setelah melakukan beberapa panggilan, Andy melapor pada Sean.     

"Tuan Muda Sean, pemilik Aegean Sea Ville ini adalah Janitra Wityo. Dia pemilik real estat di Surabaya yang terkenal. Saya baru saja menyebutkan nama Anda. Sekarang dia dalam perjalanan kemari."     

"Ya."     

Karena Janitra tahu nama Sean dan YS Group, semuanya akan terselesaikan dengan mudah.     

Andy menunjuk ke dua penjaga dan berkata, "Ketika bos kalian datang, aku ingin kalian bersujud padaku di depan bos kalian dan mengakui kesalahan kalian!"     

Penjaga itu masih tidak terlihat takut.     

"Kami tidak melakukan kesalahan dan melakukan seperti aturan yang ditetapkan atasan kami. Atas dasar apa kami harus mengaku salah pada kalian?"     

Sean memandang penjaga gerbang yang terlihat percaya diri, seolah tidak takut kehilangan pekerjaannya. Dia pun merasa ada sesuatu yang salah.     

Apalagi, jika hanya penghuni yang bisa masuk, lalu bagaimana tadi Jasmine masuk? Jasmine juga bukan penghuni dan seharusnya Julius bukan satu-satunya pemilik di sini. Apa mereka sengaja menargetkanku? Sean berpikir sejenak.     

Tidak lama kemudian, Bentley lain datang ke depan gerbang perumahan Aegean Sea Ville.     

Seorang pria paruh baya berusia 40-an dengan tinggi sekitar 167 sentimeter turun dari kursi belakang. Dialah bos tempat ini, bos real estat Janitra Wityo.     

Ketika Janitra melihat Sean, dia segera melangkah maju sambil tersenyum.     

"Astaga! Ini Presdir Sean dari YS Group, kan? Senang bertemu dengan Anda!"     

Melihat Janitra berinisiatif menyapa Sean dengan sangat sopan, Andy tahu masalah ini seharusnya akan segera terselesaikan.     

Biasanya Sean enggan berurusan dengan bos real estat yang tidak karuan ini dan bos-bos lainnya. Namun, sekarang Sean sedang berada di wilayah orang lain. Dia ingin meminta tolong padanya, jadi dia juga harus sopan.     

Sean tersenyum dan berkata, "Presdir Janitra, apa kabar? Senang bertemu dengan Anda."     

"Presdir Sean, sekarang Anda adalah pemimpin industri jasa pengiriman paket dan pesan-antar. Saya selalu ingin terjun ke industri pesan-antar dan ingin belajar dari Anda!" kata Janitra.     

Sean tersenyum dan membalas, "Presdir Janitra terlalu memuji saya. Jika ada kesempatan, kita bisa bekerja sama di masa depan."     

"Sepakat! Tapi, kenapa Presdir Sean datang ke Aegean Sea Ville saya hari ini? Apakah Anda ingin membeli rumah di sini?" tanya Janitra.     

Sebenarnya Sean hanya ingin masuk untuk bertemu dengan Chintia dan tidak pernah berpikir untuk membeli rumah di sini. Namun, dia tidak menyangka bahwa penjagaan di sini begitu ketat hingga akhirnya melibatkan si bos Janitra ini.     

Sekarang pemiliknya sudah datang, jadi Sean merasa tidak enak jika tidak membeli rumahnya. Apalagi, Chintia memilih tinggal di sini pasti karena menyukai lingkungan di sini. Karena Chintia suka tempat ini, Sean akan membelikannya rumah dan nanti membiarkannya tinggal di rumah yang dibelinya, alih-alih di rumah Julius.     

Sean berkata, "Benar. Saya berencana membeli rumah, tapi sekarang saya memiliki urusan mendesak dan ingin masuk untuk bertemu seseorang. Biarkan saya masuk dulu, lalu besok saya akan menyuruh seseorang untuk melakukan pembayaran."     

Sebagai presdir dengan aset ratusan triliun yang terkenal, membeli rumah seharga puluhan miliar bukanlah masalah bagi Sean.     

Secara logis, tidak ada alasan bagi Janitra untuk tidak memercayai Sean dan tidak ada alasan untuk tidak menyetujui Sean. Namun, Janitra justru tersenyum jahat.     

"Presdir Sean, Anda harus bayar dulu sebelum masuk."     

Sean dan Andy tertegun sejenak. Kemudian, Andy mengamuk.     

"Janitra, apa maksudmu? Apa kamu curiga Tuan Muda Sean tidak mampu membeli rumahmu yang bobrok ini? Percaya atau tidak kalau aku akan mengambil uang tunai 100 miliar dan melemparkannya ke wajahmu?!"     

"Andy, jangan kasar begitu," Sean menegur Andy.     

Sebenarnya Sean sendiri sangat tidak menyukai Janitra. Hari ini Janitra berkesempatan untuk bertemu Sean yang merupakan seorang konglomerat. Belum lagi, Sean akan membeli rumah besok.     

Bahkan jika Sean tidak membelinya, Janitra harus memenuhi persyaratan Sean sebanyak mungkin. Bagaimanapun juga, memiliki satu teman lagi di dunia bisnis akan membukakan lebih banyak jalan lagi baginya.     

Janitra tertawa dan berkata, "Saya percaya. Tentu saja saya percaya! Hanya saja, jika Anda membeli satu rumah, Anda tidak bisa masuk."     

"Apa maksudnya?" Sean tampak sedikit tidak senang.     

Janitra berkata, "Saya tahu Presdir Sean kaya raya. Presdir Hartono selalu mengatakan bahwa Anda adalah orang terkaya di Indonesia. Selain itu, saya selalu ingin memasuki industri jasa pengiriman paket dan pesan-antar. Begini saja. Bagaimana kalau Anda membeli semua Aegean Sea Ville saya? Saya juga tidak menginginkan uang Anda, asalkan Anda memberikan 30% saham YS Group. Bagaimana menurut Anda?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.