Ingin Kukatakan Sesuatu

Mengirimmu ke Angkasa



Mengirimmu ke Angkasa

0"Apa?"     
0

Saat Sean mendengar kata-kata kakeknya, dia langsung menyahut, "Kenapa? Kakek, anak ini tahu identitasku, tapi dia masih berani menyentuh istriku. Dia jelas-jelas melakukannya untuk mempermalukan keluarga Yuwono kita! Keluarga Susetia mereka pasti memiliki dendam terhadap keluarga Yuwono kita. Hari ini dia sudah berada dalam genggamanku. Aku tidak bisa membiarkannya begitu saja!"     

"Sean, jangan bertindak gegabah! Tidak ada kebencian di antara keluarga Susetia dan keluarga Yuwono kita. Jika ada, Kakek tebak mungkin itu hanya masalah yang disebabkan oleh kakak keduamu di Indonesia," kata Charles.     

Charles menegur, "Jangan sentuh orang-orang dari keluarga Susetia. Jika kamu benar-benar tidak tahan dengan penghinaan ini dan bersikeras untuk menyentuhnya, maka setelah kamu membunuhnya, kamu harus segera kembali ke Inggris. Selain itu, kamu tidak akan pernah bisa kembali ke Indonesia seumur hidupmu!"     

Mendengar kata-kata kakeknya, Sean terkejut. "Apa?! Tidak bisa kembali ke Indonesia seumur hidup?!"     

Sean tidak menyangka dia harus membayar harga yang mahal untuk menyentuh bocah ini. Sebelumnya kakek Sean tidak pernah mengatakan hal seperti ini.     

"Apakah keluarga Susetia… sehebat itu?" tanya Sean tidak percaya.     

"Keluarga Susetia memiliki dasar yang sangat dalam di Indonesia, sementara sekarang keluarga kita sudah menarik diri dari Indonesia secara bertahap. Kekuatan kita di Indonesia sudah tidak bisa dibandingkan dengan keluarga Susetia," jawab Charles.     

Charles menjelaskan, "Keluarga Susetia berbeda dari keluarga Liono. Mereka dapat diselesaikan dengan uang, sementara keluarga Susetia berbeda. Selain itu, beberapa dekade yang lalu ketika Kakek berinvestasi di Banten, Kakek memiliki hubungan dengan tetua keluarga Susetia. Dia bahkan berinisiatif membantu Kakek."     

"Untuk masalah ini, Kakek bisa berbicara dengannya dan meminta cucunya untuk meminta maaf padamu atau memberikan kompensasi lainnya. Jika menurutmu begini masih tidak cukup dan kamu tetap bersikeras membunuhnya untuk meredakan amarahmu, dengarkan kata-kata Kakek. Nak, segera tinggalkan Indonesia."     

Sean terdiam. Dari kata-kata kakeknya, dia bisa mendengar ketakutan kakeknya terhadap keluarga Susetia.     

"Oke, aku mengerti."     

Sean menutup telepon. Lalu, pria bernama belakang Susetia yang diikat ke kursi tertawa dengan suara yang keras.     

"Haha! Bagaimana, Sean? Seharusnya Charles sudah memberitahu betapa hebatnya keluarga Susetia-ku, kan? Jangankan karena sekarang Charles sedang tidak berada di Indonesia. Bahkan jika dia berada di Indonesia sekalipun, dia hanya akan melayani keluarga Susetia!"     

Plak!     

Sean menampar wajah pria bernama belakang Susetia itu. Dia memekik tidak percaya, "Kamu… Beraninya kamu memukulku?!"     

"Memukulmu? Aku akan membunuhmu!"     

Sean mengambil pisau dari John dan mengarahkannya ke wajah pria bernama belakang Susetia itu.     

"Kamu… Kamu gila! Charles Yuwono…"     

Plak!     

Sean menamparnya lagi dan menghardik, "Matthew, dasar bajingan! Kamu tidak layak menyebut nama kakekku!"     

Pria itu sangat marah, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. "Namaku Marvin Susetia!"     

Barusan Sean menebak secara acak, tapi ternyata tebakannya salah.     

"Sean, aku tidak percaya kamu berani membunuhku! Aku bukan dari keluarga kecil seperti keluarga Wangsa dan keluarga Liono. Jika kamu membunuhku, jangan berpikir untuk hidup dengan tenang!" kata Marvin.     

Sean menampar wajah Marvin dengan pisau dan membalas, "Kenapa tidak berani? Aku tahu keluarga Susetia-mu sangat kuat di Indonesia. Paling-paling aku hanya perlu tidak pernah datang ke Indonesia lagi."     

Pada saat ini, tiba-tiba John mengambil pisau dari tangan Sean dan berkata, "Tuan Muda, biar saya saja! Saya yang akan membunuhnya! Dengan begitu, Tuan Muda akan tetap baik-baik saja!"     

Cuih!     

Marvin meludahi wajah John.     

"Anak buahku sudah memberitahu keluarga tentang kedatanganku ke sini. Asalkan sesuatu terjadi padaku di sini, semua itu akan ditimpakan pada Sean. Sean, kamu tidak akan bisa kabur! Kalian semua juga akan ikut dikubur!"     

Sean terdiam sejenak. Dia bisa melampiaskan kebenciannya dan membunuh pria itu, lalu melarikan diri ke Inggris dan tidak pernah kembali. Namun, bagaimana dengan John, Andy, dan ratusan anak buah mereka?     

Jika keluarga Susetia ingin membalas dendam, tidak satu pun dari orang-orang ini yang bisa melarikan diri. Mereka semua memiliki istri dan anak.     

Melihat keragu-raguan Sean, tiba-tiba Andy mengambil pisau dari tangan John dan menusukkannya ke paha Marvin.     

"Ahhh!!!" Marvin berteriak dengan suara yang lantang, "Andy, berengsek! Kamu cari mati, hah?! Jangan pikir aku tidak mengenalmu. Putrimu ada di Thailand dan putramu ada di Singapura. Jika kamu berani menyentuhku, tak satupun dari putri dan putramu bisa melarikan diri!"     

Marvin...     

Sean terkejut. Andy adalah anak buahnya yang paling cakap dan kebanyakan orang tidak dapat menyentuhnya. Tapi, Marvin dapat mengenali Andy dengan mudah. Dia bahkan tahu di mana putra dan putrinya berada.     

"Tuan Muda Sean! Saya di sini untuk melampiaskan kemarahan Anda. Jika saya membunuhnya, Anda bisa segera kembali ke Inggris. Saya akan berada di sini untuk melawan keluarga Susetia sampai titik darah penghabisan!"     

Andy tidak takut sama sekali. Melihat ini, bahkan John merasa sedikit khawatir.     

"Tuan Andy, tapi putra dan putri Anda…"     

"Keluarga Yuwono lah yang sudah memberikanku hidup. Hidup putra dan putriku, dan semua yang sekarang kumiliki, juga diberikan oleh keluarga Yuwono. Aku tidak takut!" kata Andy.     

Sean sangat tersentuh melihat hal ini. Dia tidak menyangka ternyata Andy akan begitu setia padanya.     

Andy dapat melihat bahwa Sean ragu-ragu dan tidak ingin melibatkan mereka, jadi dia berinisiatif membantu Sean melampiaskan amarahnya.     

Pada saat ini, tentu saja Marvin agak takut. Namun, Sean berkata, "Letakkan pisaunya."     

"Tuan Muda Sean…" Andy memandang Sean."     

Sean berkata dengan tegas, "Aku bilang, letakkan pisaunya! Apakah kamu sudah tidak mau mendengar kata-kataku lagi?!"     

"Baik!" Andy segera menarik pisau itu dari Marvin.     

"Aku belum tahu kenapa bocah ini menargetkanku. Bagaimana mungkin aku membunuhnya semudah itu?" kata Sean.     

Sean memandang Marvin. "Marvin, jika kamu tidak ingin menderita, cepat katakan dengan jujur. Aku tahu kamu pasti tidak berhubungan dengan Giana hanya karena dia cantik."     

Marvin tersenyum. "Kamu ingin tahu alasannya? Aku bisa memberitahukannya padamu, tapi kamu harus berlutut padaku. Kamu hanya pantas mendengarkan alasanku sambil berlutut!"     

Sret!     

Andy menusuk paha Marvin lagi.     

"Ahhh! Andy, tamat sudah riwayatmu! Aku akan mencabik-cabik putra dan putrimu menjadi sepuluh ribu potong!" Marvin berteriak dengan kejam.     

Marvin tetap saja keras kepala dan masih sombong setelah ditikam dua kali oleh Andy.     

"Sepertinya bersikap lembut padanya tidak ada gunanya," gumam Sean, lalu tiba-tiba berkata, "Lepaskan saja talinya."     

"Apa? Lepaskan? Tuan Muda Sean, apa Anda ingin melepaskannya?" Andy sangat bingung.     

Marvin tertawa dan berkata, "Tuanmu memang lebih tahu diri dengan siapa dia berurusan. Masih tidak cepat melepaskanku juga?!"     

Mau bagaimana lagi? Andy tidak punya pilihan selain melepaskan Marvin.     

Marvin mendapatkan kembali kebebasannya dan berdiri perlahan dengan darah masih menetes dari kakinya, namun dia benar-benar mengabaikannya. Dia benar-benar seorang pria yang tangguh.     

Sean berjalan mendekat dan berkata, "Tuan Muda Marvin, kata kakekku tadi, kakekmu pernah membantunya. Kali ini kita sebagai generasi ketiga bertemu. Aku akan membalas bantuan keluarga Susetia kalian untuk kakekku. Entah hiburan seperti apa yang disukai Tuan Muda Marvin? Bungee jumping? Bermain ski? Atau, menonton konser? Aku berencana memberimu tiketnya."     

Mendengar kata-kata Sean, Andy dan John tercengang. Bagaimana bisa bos mereka berbicara pada Marvin dengan begitu rendah hati? Tidak hanya memanggilnya Tuan Muda Marvin, tetapi juga mengajaknya bersenang-senang dan membayar tiketnya?     

Marvin tertawa. "Sean, anak yang paling serbaguna dan luar biasa dari generasi ketiga keluarga Yuwono yang bermartabat. Hari ini istrinya sudah aku perkosa, jadi dia tidak berani menyentuhku! Dia bahkan mengajakku bersenang-senang! Hahaha! Tidak disangka keluarga Yuwono kalian juga memiliki hari seperti ini!"     

Marvin menepuk bahu Sean dan berkata, "Sean, aku terbiasa tinggal di militer. Aku tidak seperti kalian yang manja dan hanya bisa bersenang-senang. Entah ada hiburan apa yang menyenangkan. Begini saja, coba kamu rekomendasikan satu padaku."     

Kata-kata Marvin persis seperti yang diinginkan Sean.     

Sean tersenyum dan menawarkan, "Bagaimana kalau Tuan Muda Marvin pergi bersenang-senang di luar angkasa saja?"     

Tiba-tiba ekspresi Marvin berubah. "Lu… Luar angkasa?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.