Ingin Kukatakan Sesuatu

Rumah Diblokir!



Rumah Diblokir!

0Sean meraih lengan pergelangan tangan Jasmine dan bertanya dengan wajah serius, "Jasmine, apakah akhir-akhir ini kakakmu tidak enak badan?"     
0

Melihat perubahan ekspresi Sean yang tiba-tiba, Jasmine yang ketakutan pun mulai membuka mulutnya lebar-lebar.     

"Ah! Kamu tidak mencurigai kakakku menderita penyakit mematikan atau semacamnya, kan? Jangan membuatku takut!"     

Dalam drama televisi, jika pria dan wanita yang sangat mencintai satu sama lain tiba-tiba putus, sering kali disebabkan karena salah satu dari mereka menderita penyakit mematikan dan tidak ingin menjadi batu sandungan bagi pasangannya. Itu sebabnya mereka putus tanpa alasan dan bertindak tidak berperasaan. Padahal, sebenarnya masih saling mencintai, tetapi tidak ingin membuat pasangannya bersedih.     

Sean hanya menebak, lalu menenangkannya, "Tidak. Jangan panik begitu. Aku hanya asal menebak saja."     

"Kakakku baik-baik saja. Dia tidak disuntik atau makan obat, dan juga tidak batuk atau demam, tapi dia hanya stres saja," kata Jasmine, "Tapi, meskipun tidak bahagia, dia tetap punya energi untuk belajar!"     

"Belajar? Belajar apa?" tanya Sean penasaran.     

"Belajar bahasa Inggris, bahasa Prancis, dan kembali berlatih Taekwondo," jawab Jasmine.     

"Bahasa Inggris, Prancis, dan Taekwondo?"     

Sean benar-benar tidak dapat memahami interpretasi khusus apa yang tersirat dari ini semua.     

Sean memandang Jasmine dan berkata, "Jasmine, aku curiga ada sesuatu yang membuat kakakmu putus denganku dan tiba-tiba menikahi Julius. Pasti ada sesuatu yang tidak bisa dia beritahukan pada kita."     

"Kamu harus berdiri di pihakku dan jangan merasa Julius adalah orang yang baik. Selama ini, dia selalu memiliki pikiran lain tentang kakakmu. Dia tidak hanya menganggap kakakmu sebagai generasi yang lebih muda."     

Jasmine berpikir sejenak. Meskipun selama ini dia selalu memperlakukan Julius sebagai tetua, dia tahu bahwa setelah istri Julius meninggal, pria itu menikahi Chintia yang bertahun-tahun lebih muda darinya dan merupakan putri temannya. Ini membuat Jasmine tidak bisa memahaminya.     

Jasmine memandang Sean dan berkata, "Oke, aku mendukungmu! Kakakku tidak mengizinkanku menghubungimu, jadi aku sudah memblokirmu. Aku akan menambahkan WhatsApp-mu lagi."     

"Oke." Sean mengangguk, lalu berkata padanya, "Jasmine, bawa aku menemui kakakmu sekarang."     

Jasmine buru-buru menolak, "Tidak bisa! Kakakku sudah tidak mengizinkanku berhubungan denganmu. Jika aku membawamu menemuinya, dia pasti akan menghabisiku."     

Sean jelas tidak mau menyusahkan Jasmine, jadi dia pun berkata, "Baiklah kalau begitu. Kamu pulang dulu saja. Aku sendiri yang akan memikirkan cara untuk bertemu dengannya."     

Jasmine tersenyum dan berkata, "Malam ini, apa kamu akan memainkan adegan di film-film romantis? Aku akan menunggumu di rumah! Aku paling suka menonton adegan seperti ini."     

Jasmine memiliki firasat bahwa malam ini mungkin Sean akan memanjat jendela atau sejenisnya untuk mendatangi Chintia.     

Sean tersenyum dan membelai rambut Jasmine, lalu meminta John untuk mengantarnya kembali. Kemudian, dia mengganti pakaiannya dengan setelan jas dan meminta Andy untuk mencari Bentley di Surabaya.     

———     

Sean naik sedan Bentley menuju Aegean Sea Ville. Namun saat memasuki gerbang, dia menemui sedikit masalah.     

Penjaga gerbang tidak membiarkan mobil Sean lewat begitu saja, tetapi bertanya, "Permisi, apa anda penghuni Aegean Sea Ville?"     

Andy di kursi pengemudi menjawab, "Tidak, kami ke sini untuk menemui seseorang."     

Penjaga gerbang pun berkata, "Maaf, perumahan kami ini kediaman kelas atas di Surabaya. Demi keselamatan pemilik kami, kami tidak dapat membiarkan kalian lewat begitu saja. Kami tidak bisa membiarkan kalian masuk."     

Di banyak perumahan kelas atas, tidak heran jika mobil tidak diizinkan masuk sembarangan.     

Andy berkata pada Sean yang duduk di belakang, "Tuan Muda Sean, saya kebetulan mengenal seorang bos yang tinggal di perumahan ini. Saya akan menelepon dan memintanya untuk menjemput kita. Mohon tunggu sebentar."     

"Ya." Sean mengangguk.     

Tidak lama kemudian, orang yang dihubungi Andy pun datang. Dia seorang pria paruh baya dengan perut yang buncit. Pria ini adalah orang Surabaya asli yang pernah Andy temui di Jakarta sebelumnya. Dia pernah meminta bantuan Andy untuk berurusan dengan pesaingnya.     

Begitu melihat Andy, pria itu sangat senang dan berjalan dengan sangat sopan.     

"Oh, Kak Andy! Ada angin apa sampai Kakak datang ke Surabaya?"     

Andy turun dari mobil dan berjabat tangan dengan pria itu.     

"Presdir Wiranto, apa kabar? Anda masih saja terlihat sangat segar."     

"Tidak, tidak. Bicara tentang terlihat segar, siapa yang bisa dibandingkan dengan Kak Andy yang kekuasaannya di mana-mana?" kata Wiranto sambil tersenyum.     

Tanpa basa-basi, Andy segera berkata, "Tuan Wiranto, kedatangan saya ke sini kali ini adalah ingin masuk untuk bertemu dengan seorang teman. Tolong katakan pada penjaga untuk membiarkan mobil saya masuk."     

Wiranto awalnya mengira ada suatu hal besar. Ketika dia mendengar itu adalah masalah sepele seperti masuk ke perumahan, dia langsung menyetujuinya.     

"Tidak masalah! Serahkan saja pada saya!"     

Setelah itu, Wiranto berjalan ke arah penjaga dan berkata, "Saya penghuni di sini. Mereka adalah teman saya, jadi cepat biarkan mereka lewat!"     

Penjaga itu berkata, "Teman Anda harus menunjukkan KTP-nya."     

Wiranto mengamuk, "Menunjukkan KTP apa! Bukankah kalian sudah tahu aku siapa? Dengan adanya jaminan dariku, memangnya masih butuh KTP?"     

Wiranto tahu bahwa Andy adalah orang yang berkuasa. Tidak layak bagi seseorang seperti dirinya untuk menunjukkan identitasnya pada seorang penjaga.     

Penjaga itu berkata dengan tegas, "Maaf, persyaratannya memang ketat seperti ini. Harus menunjukkan kartu identitas, baru bisa lewat."     

Wiranto merasa kesal. "Kamu…"     

Andy sendiri sangat sensitif untuk menunjukkan identitasnya karena dia bukan orang yang baik dan melakukan banyak tindakan kriminal. Namun, dia tersenyum.     

"Baiklah! Lagi pula, aku bukan seorang kriminal, jadi untuk apa aku takut menunjukkan KTP-ku padamu?"     

Setelah mengatakan itu, Andy menyerahkan KTP-nya sambil menatap ekspresi penjaga dengan saksama. Jika ada ekspresi aneh pada ekspresi penjaga, atau jika dia memanggil polisi, Andy akan langsung membuatnya pingsan.     

Jelas, penjaga di Surabaya ini tidak mengenal Andy. Setelah melihat KTP Andy, dia langsung mengembalikannya padanya.     

"Bisakah saya lewat sekarang?" tanya Andy pada penjaga.     

Penjaga gerbang masih menggelengkan kepalanya. "KTP orang di dalam mobil juga harus ditunjukkan."     

Andy yang sudah tidak tahan lagi pun memarahi penjaga, "Ada apa denganmu? Untuk apa melihat begitu banyak KTP?"     

"Andy!"     

Sean tidak ingin membuat banyak masalah. Dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Chintia dan menanyakan semuanya. Selain itu, dia tidak pernah berbuat salah dan tidak ada hal yang tidak bisa dilihat orang. Jadi, dia berinisiatif menyerahkan kartu identitasnya.     

"Cepat lihat!"     

Andy berkata dengan tidak sabar sambil menyerahkan kartu identitasnya pada penjaga. Tanpa disangka, ekspresi penjaga tiba-tiba berubah sesudah melihatnya.     

"Maaf. Kalian tidak bisa masuk ke perumahan ini."     

"Apa katamu? Kenapa tidak bisa masuk?" tanya Andy.     

Penjaga itu berkata, "Saat ini, hanya penghuni yang bisa masuk. Kalian bukan penghuni perumahan kami, jadi kalian tidak bisa masuk."     

Andy mengamuk, "Aturan dari mana ini? Memangnya mau bertemu seseorang saja tidak bisa? Penghuni bahkan sudah datang untuk menjemputku, tapi kamu tidak membiarkan kami masuk? Apa aku harus membeli rumah di sini dulu untuk bisa masuk?"     

"Apa kamu pikir aku tidak mampu membeli rumah bobrok kalian ini? Coba lihat mobil apa yang aku naiki!" seloroh Andy.     

Penjaga gerbang tersenyum dan melirik plat nomor.     

"Anda berasal dari luar kota, tapi plat mobil anda dari Surabaya. Sepertinya kalian menyewa mobil ini, kan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.