Ingin Kukatakan Sesuatu

Aku Punya Anak Perempuan!



Aku Punya Anak Perempuan!

0Sean benar-benar terpana karena Maureen ternyata wanita yang ditemuinya tiga kali di Banten beberapa waktu lalu, bos pemilik kedai kopi dengan kecantikan yang memukau. Dia adalah pemilik Kafe Merindukan Fajar.     
0

Pada saat ini, Sean baru sadar bahwa arti dari nama Kafe 'Merindukan Fajar' ini. Merindukan Fajar artinya ternyata merindukan Sean, fajar yang dinantikannya sesudah malam yang gelap itu!l      

Kakak kedua Sean, Juan Yuwono, sengaja meletakkan kunci rumah Mount Ville di sana. Ternyata tujuan aslinya ada di sini.     

Selama beberapa saat, pikiran Sean kacau balau. Ternyata Juan sengaja membiarkan Sean dan Maureen bertemu di Banten. Ini artinya Juan tahu apa yang terjadi pada Sean di medan perang Suriah dan di ruang kecil yang gelap itu. Padahal, insiden itu selalu menjadi salah satu hal tersulit dalam hidup Sean dan dia tidak pernah memberitahu siapa pun.     

Bagaimana bisa Kakak mengetahui kejadian itu?! Mungkinkah… hari itu, orang yang mengirim Maureen ke ruang kecil yang gelap itu Kak Juan?!     

Ini bukannya tidak mungkin. Kakak kedua Sean selalu menjadi saudara laki-laki yang paling suka berbuat onar, melakukan hal-hal tanpa memikirkan konsekuensinya, dan paling sulit diatur.     

Mungkin Juan merasa Sean sedang bekerja keras di medan perang, jadi saat kebetulan bertemu wanita cantik seperti Maureen di pinggir jalan, dia melemparkan wanita ini ke Sean dan membiarkan Sean menikmatinya. Orang ini suka melakukan hal-hal semacam ini.     

Setelah memikirkannya dengan hati-hati, saat itu di medan perang benar-benar sangat aneh. Tiba-tiba markasnya diserang begitu saja.     

Sean berjalan selangkah demi selangkah menuju Maureen dan putrinya.Sebelumnya dia kagum dengan kecantikan Maureen dan untuk bisa melihatnya lagi, dia sengaja membawa Ailee pergi bersamanya. Namun, dia tidak pernah membayangkan bahwa wanita yang sangat cantik ini ternyata sejak awal adalah wanitanya.     

Ketika mengingat kembali apa yang terjadi di ruang kecil gelap hari itu lagi, Sean merasa takjub.     

Sean memandang Maureen dan bertanya, "Sejak awal kamu sudah tahu tentang hubunganku denganmu, kan?"     

Dia tahu tanpa perlu memikirkannya bahwa Marvin membenci Sean karena Sean melakukan hal seperti itu pada kakaknya. Jika Marvin tahu Sean adalah pelakunya, maka Maureen sendiri juga pasti tahu. Selain itu, Maureen lah yang memberitahu Marvin tentang hal ini.     

Maureen mengangguk.     

Sean menghela napas dengan emosi. Tidak disangka, ternyata Maureen sudah tahu Sean adalah orang yang sudah memperkosanya di medan perang ketika dulu mereka tiga kali bertemu di Banten. Namun, selama tiga kali pertemuan ini, Maureen tidak menunjukkan kemarahan terhadap Sean. Dia selalu memperlakukan Sean sebagai pelanggannya dan membuatkan kopi untuk Sean.     

Sean memandang Maureen dan bertanya, "Kenapa kamu tidak memberitahuku bahwa kamu adalah wanita yang tidur denganku di medan perang hari itu?"     

Maureen sedikit menundukkan kepalanya dan tersenyum. Terdapat ketenangan dan kelembutan yang tak terhingga dalam senyumnya.     

"Kamu punya pacar yang sangat cantik dan penyayang. Aku tidak ingin mengganggu hidupmu."     

Kata-kata Maureen membuat Sean semakin merasa bersalah.     

Sean melakukan hal yang tidak bertanggung jawab pada Maureen, membuatnya membesarkan anak sendirian, dan bahkan tidak bisa menikah lagi selama empat tahun. Namun, agar tidak mengganggu kehidupan Sean, Maureen memilih untuk tidak mengatakan yang sebenarnya dan membiarkannya terus menjalani kehidupan yang bahagia bersama Chintia.     

Benar. Jika Maureen tiba-tiba muncul dan memberitahu Sean bahwa dirinya adalah wanita yang pernah dilecehkan olehnya dan sudah memiliki anak dengannya… Maka itu pasti akan mempengaruhi hidup Sean dan hubungannya dengan Chintia.     

Wanita bernama Maureen ini terlalu baik!     

Sean bertanya lagi pada Maureen, "Ketika aku pergi ke sana untuk pertama kalinya, tidakkah kamu membenciku ketika melihatku lagi?"     

Maureen menggelengkan kepalanya. "Semuanya sudah berlalu. Selain itu, aku juga tidak bisa menyalahkanmu atas apa yang terjadi empat tahun lalu."     

Sean merasa Maureen tahu lebih banyak tentang insiden empat tahun lalu daripada dirinya. Dia pun bertanya, "Apakah Kak Juan membawamu ke medan perang?"     

Maureen mengangguk. Jawaban itu membuat Sean menggebrak meja yang ada di depannya dengan marah.     

"Dasar Juan bajingan! Kenapa dia melakukan ini?!"     

Juan suka melakukan hal-hal gila semacam ini, tetapi perilakunya sudah menyakiti Maureen si wanita malang ini.     

Setelah merenung sejenak, Sean mengajukan pertanyaan lain, "Nona Maureen, bolehkah aku bertanya..... Ketika kamu berada di ruangan kecil yang gelap waktu itu, apa kamu sudah tahu identitas dan wajahku?"     

Hari itu, Sean tidak tahu apa-apa tentang wanita di ruangan kecil yang gelap itu. Dia hanya tahu wanita itu masih sangat muda. Terdapat celah kecil di tengah pintu kayu rumah kecil yang gelap itu. Cahaya mengenai kaki wanita itu sehingga Sean hanya tahu wanita itu memiliki sepasang kaki putih dan lembut yang sangat indah.     

Akan tetapi, karena Maureen dikirim oleh Juan, mungkin Juan akan memberitahu Maureen siapa yang akan ditemaninya sebelum mengirimnya.     

Tiba-tiba wajah Maureen terlihat berubah menjadi merah. Dia menggigit bibirnya, kemudian mengangguk.     

"Benar," Maureen menjawab dengan lembut.     

Sean terkejut. Ternyata sejak empat tahun yang lalu, Maureen tahu orang di ruang kecil yang gelap itu adalah Sean. Selain itu, sejak awal dia tahu seperti apa wajah Sean.     

Wajah Sean termasuk tampan. Jika Maureen mengetahui wajah Sean sebelumnya, seharusnya dampak dari insiden ini padanya lebih sedikit berkurang kalau Maureen juga seseorang yang mementingkan ketampanan wajah pasangannya.     

Ketika sudah membicarakan sampai pada masalah ini, Maureen menjadi sangat malu. "Itu… Aku melakukannya bukan hanya karena kamu tampan…"     

"Jadi apa?" ​​Sean tidak mengerti apa maksud yang ingin disampaikan Maureen.     

Maureen tersipu malu, lalu buru-buru berkata, "Ti… Tidak ada."     

Pada saat ini, gadis kecil yang sudah duduk dengan patuh di tempat tidur tiba-tiba menatap Maureen sambil tersenyum. Lalu, dia berkata dengan suara yang kekanak-kanakan, "Wajah Ibu memerah. Ibu menyukai Paman ini."     

Tsing!     

Tiba-tiba wajah merah Maureen semakin memerah. Kulit Maureen sangat bagus dan sangat putih, jadi wajahnya yang memerah terlihat sangat jelas.     

Maureen buru-buru berkata pada putrinya, "Jangan bicara sembarangan! Mana ada Ibu begitu…"     

Gadis kecil itu masih anak-anak, jadi dia tidak akan berbohong. Dia berkata sambil tersenyum, "Ibu pernah bilang, wajah akan memerah ketika melihat seseorang yang disuka."     

Sesaat Maureen dan Sean merasa sangat canggung.     

Pada saat ini, Sean pun mengalihkan perhatiannya kepada si gadis kecil. Dia menatap gadis kecil yang kecantikannya tak terkalahkan dan memiliki suara yang bagus ini, lalu bertanya, "Apakah ini… putriku?"     

Sejak pertama kali bertemu, ketika Sean melihat gadis kecil ini di Kafe Merindukan Fajar, dia memiliki kontak batin yang tidak bisa diungkapkan dengannya. Apalagi, gadis kecil ini terus menatapnya tanpa takut. Sepertinya dia juga merasa memiliki semacam hubungan yang dekat dengan Sean.     

Maureen membelai rambut panjang dan halus gadis kecil itu sambil mengangguk.     

"Ini putriku! Dia putriku! Aku punya anak perempuan!"     

Sean sangat gembira.     

Lebih dari sebulan yang lalu, Giana melahirkan si kembar. Awalnya dia mengira dirinya memiliki seorang putri. Namun, setelah melakukan tes DNA, dia baru tahu bahwa hanya putranya saja yang adalah anak kandungnya, sementara anak perempuan sama sekali bukan anaknya. Ini membuatnya sangat menyesal.     

Tidak disangka-sangka, sebulan kemudian Sean memiliki seorang putri yang berusia lebih dari tiga tahun.     

"Anakku!"     

Sean tidak bisa menahan perasaannya lagi. Dia langsung berlutut di samping tempat tidur dan memeluk putrinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.