Ingin Kukatakan Sesuatu

Kerasnya Hati Chintia!



Kerasnya Hati Chintia!

0Jasmine tertawa. "Haha! Kakak bahkan masih bilang ingin putus dengan Sean! Tapi, begitu bilang laki-laki yang paling kamu cintai, Kakak langsung menyebut nama Sean! Jelas-jelas kamu paling mencintai Sean dan bukan Om Julius, Kak."     
0

Ekspresi Chintia terlihat canggung. Penampilannya jauh lebih kurus dan kuyu daripada ketika dia berada di Banten sebulan yang lalu. Namun, ini tetap tidak mempengaruhi kecantikannya.     

Karena tidak menggunakan riasan, wajah Chintia tampak polos, tetapi auranya yang elegan membuatnya terlihat menyedihkan. Dia tidak memiliki tampilan mendominasinya di masa lalu dan terlihat seperti seorang wanita yang menyedihkan. Jika Sean melihatnya seperti ini, pria itu pasti akan memeluknya dan merawatnya sepanjang malam.     

Chintia sangat marah. "Bukankah aku sudah pernah bilang sebelumnya? Kamu tidak boleh bertemu dengan Sean lagi! Kamu tidak boleh menghubunginya lagi. Apa kamu anggap perkataanku hanya angin lalu saja?!"     

Jasmine meraih tangan Chintia dan berkata dengan manja "Aduh, Kak… Jangan marah begitu.. Bukankah ini karena Sean sudah datang ke Surabaya, tapi tidak bisa menemukanmu? Kakak sendiri tidak menjelaskan dengan jelas masalah putus dengannya, jadi aku khawatir dia tidak bisa menerimanya."     

"Aku baru saja bertemu Kak Sean dan dia menceritakan semuanya padaku. Dia bilang, dia tahu kamu marah karena masalah anak-anaknya," kata Jasmine lagi.     

Jasmine menjelaskan, "Dia meyakinkanku bahwa kamu tidak perlu merawat anaknya dan tidak harus menjadi ibu tiri. Putra mantan istrinya akan dijemput keluarganya, sementara putrinya yang berusia 3 tahun di Bogor akan dibesarkan ibunya sendiri. Selain itu, dia bilang, dia ingin memiliki dua anak lagi denganmu. Harta warisan dan sebagainya juga akan membuat mereka aman dan terjamin selama sisa hidup mereka."     

"Kak, aku lihat sikap Sean sangat tulus, jadi tolong maafkan dia. Jangan marah padanya."     

Jasmine berusaha meyakinkan, namun Chintia tetap teguh pada pendiriannya.     

"Aku dan Sean tidak mungkin bersama dan ini tidak ada hubungannya dengan kedua anak itu."     

Jasmine bertanya keheranan, "Tidak ada hubungannya dengan kedua anak itu? Kakak bukan putus dengannya karena takut menjadi ibu tiri anak-anak itu?"     

Jasmine merasa sangat bingung.     

Sebenarnya, berdasarkan pemahaman Jasmine, mengenai karakter kakaknya, dia juga merasa Chintia adalah orang yang murah hati. Sejak awal, kakaknya ini sudah mengetahui tentang Giana yang hamil anak Sean.     

Dari dua anak Giana, bahkan salah satunya adalah anak Sean. Jika Chintia benar-benar keberatan, dia pasti sudah putus dengan Sean sejak lama dan tidak mungkin menerima lamaran Sean.     

Jasmine yang tidak mengerti pun bertanya, "Kalau bukan karena anak-anaknya, lalu kenapa putus? Apakah karena akhir-akhir ini dia tidak menemanimu?"     

"Biar aku beritahu Kakak tentang ini. Ada begitu banyak masalah yang terjadi pada Sean baru-baru ini. Anak yang dilahirkan Giana bukan anaknya, lalu tiba-tiba ada anak perempuan lain lagi yang muncul. Siapapun pasti tidak akan memiliki suasana hati yang baik, kan? Lalu, sebagai tunangan Kak Sean, seharusnya Kakak memperhatikannya dan semakin harus tetap di sisinya untuk menghiburnya," kata Jasmine.     

Chintia duduk di sofa dan menyilangkan kakinya yang ramping. "Bukan karena ini."     

Jasmine juga duduk. Kaki panjang kedua bersaudara ini membuat orang merasa seperti sedang berada di pameran mobil contoh.     

"Lalu, sebenarnya kenapa?" tanya Jasmine.     

Chintia tidak memberitahu Jasmine jawabannya, tetapi hanya berkata, "Jangan ikut campur dalam urusanku dan Sean. Ingat saja, kalau hubungan antara Kakak dan Sean sudah berakhir dan kami tidak akan pernah bisa bersama selamanya. Kamu juga tidak boleh bertemu dengannya lagi."     

"Suruh orang untuk mengambil sepasang anting-anting berlian dan surat ini," tambah Chintia.     

Chintia bahkan tidak membaca atau membuka surat permintaan maaf Sean padanya. Dapat dilihat bahwa Chintia benar-benar bersungguh-sungguh dengan keputusannya.     

Jasmine berkata, "Kakak kandungku sayang... Siapa yang mau Kakak suruh mengirim sepasang anting-anting berlian ini? Sopir Kakak, perempuan kecil perusahaan Best Express itu? Apa Kakak tahu berapa harga anting-anting ini? 1,4 triliun! Apa Kakak tidak takut orang lain akan membawanya kabur?"     

Chintia tidak bisa tidak melirik sepasang anting-anting berlian berwarna yang tiada tanding itu lagi. Dia tahu bahwa anting-anting itu sangat berharga.     

Chintia berkata, "Oke. Kamu bisa mengembalikannya pada Sean secara langsung dan katakan padanya, suruh dia meninggalkan Surabaya dan jangan datang menemuiku lagi. Selain itu, aku akan menjual rumah kami di Banten. Aku sudah mengemasi barang-barangku. Suruh dia kembali ke Banten untuk mengambil barang-barangnya di rumah itu."     

Jasmine bahkan tidak tahan untuk mendengar hal ini bagi Sean.     

"Kak, apa keputusan Kakak benar-benar sudah bulat?"     

Chintia menegaskan, "Cepat pergi dan cepat kembali. Ini terakhir kalinya kamu bertemu dengan Sean. Ke depannya kamu tidak boleh bertemu dengannya lagi!"     

Setelah selesai berbicara, Chintia naik ke atas.     

"Hah…"     

Jasmine hanya bisa menghela napas. Dia mengemasi anting-anting berlian dan memasukkannya ke dalam tas, lalu berjalan keluar dari rumah. Setelah keluar, Jasmine takut seseorang akan merampoknya di jalanan, jadi dia menghubungi John yang tadi mengantarnya dan memintanya untuk datang menjemputnya.     

Tidak lama kemudian, John datang kembali dengan mengendarai BMW 7-series.     

"Nona Jasmine, kenapa kembali secepat ini? Apa ada yang ketinggalan?" tanya John.     

Jasmine berkata sambil memegang dagunya, "Aku ingin mengembalikan hadiah yang diberikan Sean pada kakakku. Entah ada apa dengan Kakakku, tapi dia bersikeras untuk putus dengan Sean. Hah…"     

"Oh, ya, John. Jujurlah padaku, apakah akhir-akhir ini saat di luaran sana Sean bermain-main dengan wanita lain?" tanya Jasmine.     

John meyakinkan Jasmine sambil mengemudi, "Tuan Muda Sean sibuk mengurus masalahnya setiap hari dan tidak dalam suasana hati untuk melakukan hal-hal tidak karuan seperti itu. Selain itu, Tuan Muda Sean tidak suka melakukan hal seperti itu. Dia bos besar dengan harta ratusan triliun. Saya bahkan tidak mampu menghentikan semua wanita yang ingin menggodanya setiap hari."     

Jasmine berpikir sejenak dan merasa seharusnya Sean adalah pria yang memiliki karakter yang baik.     

Lalu, jika bukan karena alasan ini, kenapa Kakak bersikeras putus dengan Sean?     

Sepanjang perjalanan kembali ke kamar hotel Sean, Jasmine pun sudah tidak ingin memikirkan masalah ini. Sean membukakan pintu untuk Jasmine lagi.     

"Jasmine? Kenapa kamu kembali begitu cepat? Apa Chintia juga datang?"     

Ketika melihatnya, Sean bahkan mengira Jasmine juga membawa Chintia. Namun, Jasmine berkata, "Jangan berharap. Hanya aku saja."     

Tidak hanya itu, Jasmine mengembalikan sepasang anting berlian pada Sean.     

"Kakak bilang dia tidak ingin hadiah ini. Dia juga tidak membaca surat ini. Selain itu, dia bilang dia ingin menjual rumah kalian di Banten dan menyuruhmu mengemasi barang-barangmu di rumah dan membawanya pergi."     

"Apa?"     

Ketika Sean mendengar kata-kata seperti itu, dia tertegun di tempat. Ini benar-benar tanda-tanda putus yang tidak akan pernah kembali bersama lagi.     

Chintia yang membeli rumah tempat mereka berdua tinggal di Banten, jadi tentu saja dia berhak untuk melakukannya.     

Tapi, kenapa?     

Jasmine berkata, "Aku tidak tahu kenapa. Aku sudah memberitahukan padanya mengenai semua jaminan yang kamu beritahukan padaku, tapi dia masih tidak memaafkanmu."     

"Aku rasa pasti dia marah padamu bukan karena masalah anak atau karena kamu tidak menemaninya akhir-akhir ini. Apakah kamu sudah membuatnya kesal karena hal lainnya?" tanya Jasmine.     

Sean benar-benar kebingungan.     

Masalah lain? Di bagian mana aku memprovokasi Chintia?     

"Kamu pikir baik-baik sendiri saja. Kakakku tidak membiarkanku berada bersamamu terlalu lama. Ke depannya, aku juga tidak bisa bertemu denganmu sembarangan," tukas Jasmine.     

Saat Jasmine hendak berbalik dan pergi, Sean meraih lengannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.