Ingin Kukatakan Sesuatu

Memulihkan Status Tuan Muda Sean!



Memulihkan Status Tuan Muda Sean!

0Di area merokok rumah sakit, selalu ada berbagai macam orang yang bisa ditemui.     
0

Sambil merokok menunggu Chintia, beberapa pria paruh baya berinisiatif untuk mengobrol dengan Sean. Istri mereka juga sedang hamil dan melahirkan. Namun, wajah mereka terlihat dipenuhi dengan kebahagiaan karena menjadi ayah baru. Mereka juga tidak perlu melakukan tes DNA, tetapi mereka percaya 100% bahwa anak yang lahir adalah anak mereka.     

Benar. Mana ada orang biasa yang memiliki kisah yang begitu berliku?     

Menikahi seorang wanita cantik seperti Giana yang menarik banyak pria membuat Sean ditakdirkan untuk mengalami rasa sakit yang sepadan.     

Chintia segera bergegas ke rumah sakit. Dia tiba di area merokok untuk bertemu Sean dan memintanya untuk menunggunya di sini dulu. Kemudian, dia naik sendirian.     

Seperti Sean, Chintia membeli sekeranjang buah dan suplemen. Saat tiba di kamar VIP Giana, masih ada dua penjaga di luar kamar. Mereka tidak sama seperti sebelumnya, tetapi mereka masih sulit untuk diewati.     

Seorang penjaga melirik sosok cantik Chintia dan berkata dengan datar, "Nama dan satuan kerja."     

Chintia menjawab dengan arogan, "Chintia, Presdir perusahaan Best Express!"     

"Pre… Presdir Best Express? Pre… Presdir Chintia?"     

Kedua penjaga itu seketika ketakutan. Mereka tahu presiden direktur Best Express berada di tingkat yang sama dengan bos mereka, Yuangga Liono. Popularitas serta harga saham Best Express saat ini juga sudah menginjak Secepat Kilat Express.     

Penjaga itu buru-buru membungkuk dengan hormat. "Presdir Chintia, silakan masuk…"     

Chintia masuk sambil membawa barang.     

"Oh! Kak Chintia datang rupanya!"     

Begitu melihat Chintia, Yoga buru-buru menghampiri dan menyambutnya, "Kak Chintia, akhir-akhir ini Kakak sedang sibuk, tapi masih sempat menjenguk istriku. Kakak benar-benar perhatian. Bahkan Kakak juga membawa hadiah. Buahnya terlihat enak. Berikan padaku saja."     

Chintia menyerahkan keranjang buah dan suplemen pada Yoga, kemudian berjalan menghampiri Giana.     

"Kak Chintia," Giana turut menyapa Chintia dengan sopan.     

"Giana," Chintia juga menyapa dengan ramah.     

Dalam hal bicara basa-basi di antara wanita, Giana beberapa tingkat lebih buruk daripada Chintia.     

"Giana, bagaimana pemulihanmu?" tanya Chintia, pertama-tama memerhatikan Giana dulu.     

Giana tersenyum dan menjawab, "Jauh lebih baik. Terima kasih atas perhatian Kak Chintia."     

Chintia pun memandang ke arah si kembar dan berkata dengan gembira, "Bayi-bayi ini sangat cantik dan tampan. Mereka pasti cantik dan tampan ketika tumbuh dewasa."     

Giana sendiri sangat percaya diri dengan penampilan si kembar.     

Setelah mengobrol sebentar, Chintia berkata, "Sebenarnya, maksud kedatanganku yang pertama adalah untuk menjenguk si kembar. Yang kedua, aku ingin meminta bantuanmu."     

"Bantuan apa?" tanya Giana.     

"Bisakah si kembar melakukan tes DNA dengan Sean?" pinta Chintia.     

Baru pada saat itulah Giana tahu bahwa Chintia datang ke sini untuk Sean.     

Ekspresi wajah Giana segera berubah. "Tidak bisa!"     

Chintia tidak menyangka Giana begitu keras kepala. Dia berkata, "Apa kamu merasa si kembar masih terlalu kecil sehingga tidak ingin melakukannya sekarang? Kami bisa menunggu beberapa hari lagi. Bagaimana kalau seminggu lagi? Atau, setengah bulan lagi? Beritahu tanggalnya saja agar Sean bisa tahu bayangannya."     

Giana tetap bersikeras dan teguh berkata, "Aku tidak akan membiarkan anakku melakukan tes DNA dengan Sean! Tidak akan pernah!"     

"Kenapa?" tanya Chintia.     

Giana langsung menjawab, "Karena itu tidak masuk akal! Bagaimana jika si kembar memang anaknya? Bisakah mereka mewarisi warisan keluarga Yuwono? Pada akhirnya, bukankah tetap aku dan Yoga yang membesarkan mereka?"     

Chintia berpikir sejenak dan berkata, "Begini saja. Jika si kembar terbukti sebagai anak Sean, aku bersedia memberimu 200 miliar sebagai tunjangan atas namanya. Bagaimana?"     

200 miliar! Baik Giana maupun Yoga sama-sama tercengang.     

Bukankah Chintia yang hanyalah pacar Sean ini terlalu berlebihan? Anak ini tidak ada hubungannya dengan Chintia. Wanita lain pasti akan memikirkan cara untuk mencegah pacarnya memberikan uang pada anak-anak mantan istrinya.     

Chintia sangat baik. Dia bahkan membantu pacarnya menghidupi anak-anak mantan istrinya.     

Dasar Sean bajingan! Bisa-bisanya ada wanita yang bersedia menghabiskan 200 miliar untuknya?!     

Tiba-tiba Giana merasa dipermalukan dan iri. Sebagai mantan istri Sean, melihat Chintia menginjak-injaknya dengan uang seperti ini, dia langsung menolak.     

"Tidak! Aku juga punya 200 miliar! Aku tidak butuh uangmu!"     

Keluarga Wangsa tidak seperti dulu. Ketika keduanya pertama kali bertemu, 200 miliar adalah jumlah yang besar bagi Giana. Bagaimanapun juga, Giana bahkan rela tidur dengan Cahyadi untuk bisa mendapatkan kehidupan puluhan miliar. Tapi, sekarang Giana bahkan tidak menganggap penting uang sebesar 200 miliar.     

"Baiklah kalau begitu. Jika kamu berubah pikiran, hubungi aku kapan saja. Janji 200 miliar ini berlaku kapan saja. Kalau begitu, aku tidak akan mengganggu istirahatmu lagi."     

Melihat Giana yang tetap teguh pada pendiriannya, Chintia tidak ingin membuang lebih banyak waktu.     

Setibanya di area merokok di lantai bawah, Chintia melihat Sean sambil menggelengkan kepalanya.     

"Dia tetap tidak setuju melakukan tes DNA, tapi kamu tenang saja. Aku akan mencari waktu untuk berbicara dengannya lagi," Chintia menghibur Sean.     

Sean menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu, Chintia. Kamu bekerja saja. Jangan khawatirkan masalah ini. Aku punya caraku sendiri."     

Sean merasa tidak tega pada Chintia. Masalah ini tidak ada hubungannya dengannya. Sean merasa tidak tega melihatnya khawatir karena masalah mantan istrinya.     

Sean mengantar Chintia bekerja, kemudian menelepon Pengurus Fairus lagi.     

"Tuan Muda, ada yang bisa saya lakukan?"     

Pengurus Fairus seperti bisa merasakan Sean akan menyuruhnya untuk melakukan hal besar.     

Sean berkata, "Aku ingin mengakuisisi sepuluh perusahaan pengiriman paket kilat domestik teratas lainnya selain Best Express dan Secepat Kilat Express. Seperti Fast Express, Jet Express, 365 Express, Daily Express, dan Antar Cepat Express! Selain itu, aku juga ingin mengakuisisi tiga perusahaan pesan-antar. Kami-Antar, Get Food, dan Take Food!"     

Pengurus Fairus di seberang telepon terkesiap. Itu karena dia tahu bahwa mengakuisisi begitu banyak perusahaan membutuhkan ratusan triliun.     

Pengurus Fairus bertanya, "Tuan Muda, apakah Anda akan… menjadikan Chintia presdir perusahaan-perusahaan ini juga?"     

"Tidak. Aku yang ingin menjadi presdir!" jawab Sean, "Aku berencana mendirikan perusahaan grup milikku sendiri, seperti di Jakarta sebelumnya. Aku ingin mendominasi Banten dan ingin menjadi orang terkaya di Indonesia!"     

Pengurus Fairus menelan ludah dengan penuh semangat. "Baik!"     

Setelah menutup telepon, Sean menutup matanya. Dia mendongakan kepalanya dan menatap ke arah langit.     

Sean sudah pernah mencobanya. Tidak memiliki uang, mengandalkan ketulusan, dan melayani semua orang. Tapi, Yoga memandang rendah dirinya. Julius juga memandang rendah dirinya.      

Keluarga Wangsa telah menelantarkan Sean, menantunya ini. Giana bahkan merasa Sean tidak pantas untuk melakukan tes DNA dengan si kembar, hanya karena Sean bukan lagi keturunan keluarga Yuwono.     

Chintia lah satu-satunya orang yang tetap bersama Sean.     

Kalau memang begitu, baiklah. Aku tidak akan bersembunyi lagi. Aku tidak akan memedulikan perasaan kalian lagi! Aku memang seorang triliuner! Aku orang terkaya di Indonesia! Pada saat itu, Presdir Sean yang sangat berkuasa di Jakarta akan kembali lagi!     

"Giana, saat kamu bertemu denganku lagi, aku ingin kamu berlutut dan memohon padaku untuk melakukan tes DNA dengan si kembar!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.