Ingin Kukatakan Sesuatu

Si Kembar Bukan Anakmu!



Si Kembar Bukan Anakmu!

0Sean dan Giana berdebat tanpa henti. Sementara, Yoga berdiri di samping terlihat seperti sedang menonton pertunjukan yang bagus.     
0

Yoga berkata sambil tersenyum, "Eh. Sean. Kenapa kamu harus melakukan tes DNA pada anak kandungmu sendiri? Apa kamu curiga Giana memiliki laki-laki lain?"     

Bagaimanapun, si kembar bukan anak Yoga, jadi dia tidak perlu melakukan tes DNA.     

Giana akhirnya berbalik dan menatap Sean. "Benar! Sean, apa maksudmu memaksa anakmu untuk melakukan tes DNA? Bukankah dengan begini, kamu benar-benar curiga aku memiliki laki-laki lain saat itu?"     

"Sean, kamu benar-benar berengsek! Aku sangat mencintaimu saat itu. Tidak melihatmu semenit saja, aku sudah rindu dan selalu mengirimkan pesan padamu. Aku selalu berada di rumah setiap hari dan tidak pergi ke mana pun, tapi kamu masih saja mencurigaiku berselingkuh?" protes Giana.     

Sean merasa kebingungan. Dia juga tahu saat itu Giana sangat mencintainya dan tidak ada-ada tanda-tanda perselingkuhan.     

Sean berkata, "Bukan. Aku tidak meragukanmu. Ini aturan keluarga Yuwono, jadi aku juga tidak bisa berbuat apa-apa."     

Giana tertawa mencibir. "Haha. Aturan keluarga Yuwono? Kamu sudah lama dikeluarkan dari keluarga Yuwono. Untuk apa kamu masih menyebut aturan keluarga Yuwono!"     

"Keluarga Yuwono menginginkan tes DNA karena setelah tes DNA, mereka ingin memberi si kembar harta warisan puluhan miliar!"     

"Apa gunanya tes DNA? Bahkan jika ternyata anak itu anakmu, memangnya kamu masih punya harta warisan yang tersisa untuk si kembar? Semua uangmu adalah kepunyaan Chintia. Chintia tidak mungkin memberikan uangnya pada anak-anakku!"     

Sean tidak ingin menjelaskan apapun pada Giana dan hanya berkata, "Kamu tidak perlu mengkhawatirkan apakah ada harta warisan yang tersisa untuk si kembar. Asalkan mereka anakku, aku tidak akan pernah membiarkan mereka menderita!"     

"Si kembar bukan anakmu!" seru Giana tiba-tiba.     

Pada saat ini, bahkan Yoga ikut terkejut. Namun, dia diam-diam merasa senang dalam hati. Dia mengupas kulit pisang dan memakannya sambil terus menonton pertunjukan yang bagus.     

Sean terkejut bukan main. Selama sepuluh bulan kehamilan Giana, kadang-kadang Sean mengalami mimpi buruk. Dia bermimpi Giana mengatakan ini pada dirinya.     

Sean menatap Giana dengan napas yang memburu. "Kamu… Kamu bilang apa?"     

Giana berkata dengan angkuh, "Aku bilang anak itu bukan anakmu!"     

"Lalu, anak siapa?!" Sean berteriak dengan keras.     

Giana tidak takut pada Sean dan menyahut dengan penuh percaya diri, "Anak Cahyadi!"     

Begitu mendengar jawaban ini, Sean dan Yoga terkejut bukan main.     

Setelah terkejut, Yoga menjadi sangat gembira. "Ternyata si kembar anak sepupuku? Haha! Bukankah ini sangat menarik? Sepupuku ini terlihat biasa-biasa saja, tapi ternyata dia bisa melakukan hal-hal besar! Sudah melakukan hal sebesar ini, tapi dia tidak memberitahuku."     

Yoga terus mengoceh, "Benar juga. Sudah lama aku tidak menghubunginya. Entah selama enam bulan terakhir ini dia ada di mana. Nanti kalau ada waktu, aku harus menghubunginya dan bilang padanya bahwa aku akan membantunya merawat anaknya! Haha! Lagi pula, dia masih keluarga sendiri."     

Pada saat ini, hati Sean benar-benar kacau.     

Cahyadi? Si kembar anak Cahyadi?     

Dalam benaknya, Sean terus mengingat adegan Cahyadi dan Giana menyewa kamar bersama serta rekaman suara yang direkam secara diam-diam oleh Cahyadi hari itu.     

Mungkinkah setelah waktu itu, Giana hamil? Atau, jangan-jangan ketika aku dan Giana menginginkan anak waktu itu, diam-diam Giana pergi ke Jakarta untuk bertemu Cahyadi lagi?     

Ketika teringat dulunya Cahyadi membuat Giana begitu senang, tidak menutup kemungkinan Giana akan menerima Cahyadi lagi.     

Wajah Sean memerah. Jika tidak memedulikan si kembar, sekarang dia mungkin akan menampar Giana.     

Sean yang tidak pernah memukul wanita saat ini sudah tidak tahan lagi dengan Giana yang begitu tidak tahu malu. Namun, sekarang Sean adalah seorang pria dewasa. Dia juga tahu Giana pandai berbohong, jadi kata-katanya tidak bisa dipercaya begitu saja.     

Sean berkata, "Aku tidak percaya! Selama kita ingin memiliki anak, si Cahyadi itu sudah pergi ke Banten dan tidak berani kembali!"     

"Aku ingin melakukan tes DNA! Tidak ada gunanya bagimu bilang si kembar bukan anakku. Aku harus mengujinya sendiri!"     

Sambil berbicara, Sean ingin menghampiri dan menggendong si kembar. Sementara, Giana dengan sekuat tenaga menghentikan Sean.     

"Jangan sentuh anak-anakku! Tidak sepantasnya kamu melakukan tes DNA pada anak kandungmu sendiri!" tolak Giana.     

Giana bersikeras, "Jika sekarang kamu masih cucu dari keluarga Yuwono, aku tidak akan menghentikanmu! Tapi sekarang kamu hanyalah orang yang tidak berguna! Atas dasar apa kamu meminta tes DNA? Bahkan jika anak-anak itu anakmu, aku juga tidak butuh sepeserpun uangmu! Si kembar, biar aku yang mengurusnya sendiri!"     

"Pokoknya si kembar tidak ada hubungannya denganmu! Pergi dari sini! Aku tidak ingin melihatmu lagi!" usir Giana.     

Giana sangat emosional sehingga si kembar pun menangis.     

Melihat ini, Yoga ikut berdiri di depan Sean dan berkata, "Sean, cepat pergi! Begitu kamu datang, si kembar jadi ketakutan."     

"Memangnya penting apakah si kembar anakmu atau bukan? Sekarang kamu sudah memiliki Chintia. Bukankah akan lebih baik bagimu jika tidak memiliki anak? Apa jangan-kangan kamu ingin Chintia membantumu membesarkan si kembar?" debat Yoga.     

Sean merasa tidak tega mendengar suara tangisan si kembar. Dia tidak ingin terus berdebat dengan Giana di sini dan tidak ingin si kembar terus menangis.     

Akhirnya Sean berbalik dan pergi. Hanya saja, sebelum pergi, dia memberitahu mereka berdua, "Aku pasti akan melakukan tes DNA."     

Setelah berjalan keluar dari rumah sakit dan baru saja turun, Sean menerima telepon dari Pengurus Fairus.     

"Halo?"     

"Tuan Muda Ketiga, Tuan Besar ingin tahu bagaimana hasil tes DNA anak kembar Anda."     

"Belum dilakukan."     

'Belum dilakukan? Apa Anda mengalami masalah? Apa membutuhkan bantuan saya?"     

"Tidak perlu!"     

Sean segera menolak bantuan Pengurus Fairus. Dia tahu bahwa begitu keluarganya bergerak, mereka tidak akan berkompromi sampai tujuannya tercapai.     

Sekarang si kembar masih tidak bisa terpisahkan dari Giana. Jika tes DNA dilakukan, si kembar akan dibawa secara paksa.     

Pengurus Fairus tidak perlu mengurus masalah ini karena Sean bisa melakukannya sendiri. Sean tidak ingin berbuat seperti ini jika bukan karena sudah tidak ada cara lain.     

Pada saat ini, Chintia juga menelepon.     

Sean buru-buru berkata, "Aku sendiri yang akan menangani masalah ini. Aku tutup dulu."     

Sean menutup telepon Pengurus Fairus, kemudian menjawab panggilan Chintia.     

"Sean, bagaimana pembicaraanmu dengan Giana?" tanya Chintia.     

Chintia tahu hari ini Sean akan pergi ke rumah sakit dan memberitahukan masalah tes DNA pada Giana. Sebagai pacar Sean saat ini, dia juga sangat memedulikan masalah ini.     

Sean berkata, "Dia bilang si kembar bukan anakku, tapi anak Cahyadi."     

"Apa?" Chintia terdengar begitu terkejut di telepon, "Mana mungkin? Mungkinkah dia sengaja bilang begitu untuk membuatmu marah saja?"     

"Aku juga tidak tahu," jawab Sean.     

Chintia berkata, "Begini saja. Jangan panik dulu. Sekarang aku akan ke rumah sakit. Akan lebih mudah bagi sesama wanita untuk saling berkomunikasi. Kalau kalian berdua membicarakannya lagi, kalian pasti akan bertengkar lagi dan tidak akan ada ujungnya."     

"Ya." Sean mengangguk.     

Sean tahu Chintia selalu tahu bagaimana cara untuk menghiburnya. Mungkin Chintia bisa membantunya menangani masalah ini.     

Ketika tiba di area merokok di rumah sakit, Sean merokok dengan begitu sedih dan berkata dalam hati, Aku kira sesudah Giana melahirkan, aku sudah tidak perlu mengkhawatirkan apapun lagi. Tidak disangka, begitu melahirkan, ini menjadi awal dari masalah.     

"Si kembar… Sebenarnya anak-anakku atau bukan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.