Ingin Kukatakan Sesuatu

Tidak Sepantasnya Kamu Melakukan Tes DNA!



Tidak Sepantasnya Kamu Melakukan Tes DNA!

0Mendengar kata-kata Sean, Yoga yang awalnya bersikap arogan seketika merasa malu. Sementara, para penjaga yang berada di sampingnya kebingungan.     
0

Ayah dari anak-anak itu? Ayah dari anak-anak itu apanya?     

Yoga tidak ingin orang luar mengetahui rahasia di antara mereka, jadi dia mengulurkan tangannya dan berkata, "Masuklah. Hadiahnya tidak perlu dibawa. Kami tidak kekurangan hal-hal seperti ini."     

Akhirnya Yoga membuka pintu lebih dulu dan masuk. Sean juga langsung mengikutinya.     

Kamar VIP memiliki ruangan yang besar dan peralatan yang lengkap. Sekarang sudah hampir siang. Tirai sudah dibuka dan sinar matahari yang melimpah pun menyinar kamar ini.     

Ketika Yoga dan Sean masuk, Giana sedang duduk di samping tempat tidur sambil menggoda si kembar yang berbaring di tempat tidur bayi.     

Ketika melihat keduanya masuk, Giana segera tersenyum dan berkata, "Sayang, Ayah kalian datang menjenguk."     

Ayah!     

Ketika Sean mendengar kata ini, hatinya terasa hangat. Lagi-lagi Sean merasakan perasaan yang tidak nyata.     

Akhirnya aku sudah menjadi Ayah?     

Sean berjalan dengan gembira, tetapi dia mendapati Yoga sudah maju dan datang ke sisi Giana dan anak-anaknya.     

Setelah Yoga datang, Giana terus berkata pada anak-anaknya, "Sayang, lihat Ayah kalian. Kalian merindukan Ayah, kan?"     

Kepala Sean seketika membeku. Ketika Giana menyebut 'Ayah', yang dimaksud bukan dirinya, melainkan Yoga.     

Menjijikan!     

Sean yang merasa cemburu pun berjalan mendekat, lalu mendorong Yoga hingga terjatuh ke lantai dan berkata, "Akulah ayah dari anak-anak ini!"     

Giana mengeluh pada Sean, "Apa yang kamu lakukan? Bagaimana kalau kamu sampai menakuti anak-anak?"     

Ketika kedua anak yang baru lahir seminggu itu melihat Sean mendorong Yoga dengan raut wajah yang marah, mereka tidak menangis ataupun takut. Mereka menatap lurus ke arah Sean dengan tatapan yang penuh kehangatan.     

Sesaat Sean merasa bahwa pandangan ini sangat akrab. Sepertinya putri wanita yang ada di Kafe Merindukan Fajar juga menatapnya seperti ini.     

Setelah melihat mata si kembar, Sean segera melunak. Wajahnya segera berubah tersenyum. Lalu, dia menatap kedua bayi kecil itu dan berkata, "Sayang… Ayah datang menjenguk kalian."     

Kali ini giliran Yoga, yang jatuh di lantai, menjadi kesal.     

Yoga bangkit dari lantai dan berkata, "Aku rasa kita harus membahas baik-baik masalah ayah dari si kembar!"     

Tentu saja Sean bersedia membahas masalah ini dengannya. Sean memang ada di sini untuk membicarakan hal ini.     

Yoga mengunci pintu dari dalam sehingga tidak ada yang bisa masuk, kemudian berjalan mendekat dan berkata, "Kakekku sangat menyukai kedua anak ini dan juga sudah menamai mereka. Yang perempuan dinamai Melody, sementara yang laki-laki Birama. Jika digabung menjadi Melodi Berirama."     

Sean memandangi kedua bayi kecil itu dan bergumam, "Melody Yuwono dan Birama Yuwono. Aku suka nama ini."     

Yoga sangat marah dan langsung menggebrak meja.     

"Apanya Melody Yuwono dan Birama Yuwono?! Yang benar Melody Liono dan Birama Liono!"     

Sementara, Giana menyahut, "Melody Wangsa dan Birama Wangsa lebih bagus!"     

Mereka bertiga memperebutkan nama belakang si kembar.     

Yoga lebih dulu berkata pada Giana, "Giana, sekarang kamu menantu keluarga Liono. Dalam keluarga besar Liono kami, tidak masuk akal jika menggunakan nama belakangmu sebagai nama belakang si kembar. Lebih baik nama belakangnya Liono saja."     

Sementara, Giana merasa Yoga tidak begitu mencintai Yoga dan si kembar juga bukan anak Yoga, jadi kemungkinan mereka tidak akan bisa mewarisi harta keluarga Liono nantinya. Itu sebabnya dia ingin anaknya dinamai dengan nama belakangnya.     

Giana berkompromi, "Yang laki-laki bisa mengikuti nama belakangmu, tapi yang perempuan harus mengikuti nama belakangku. Kamu harus pastikan anak laki-lakiku bisa mewarisi harta keluarga Liono."     

Yoga berkata, "Tentu saja! Yang laki-laki menggunakan nama belakang Liono, sementara yang perempuan menggunakan nama belakang Wangsa."     

Giana mengangguk. "Oke."     

Oke apanya?!     

Sean sangat marah hingga rasanya ingin membalik meja. Jika bukan karena si kembar, sejak tadi dia sudah kehilangan kesabarannya.     

Sean mengamuk, "Si kembar anakku! Yang satu dinamai dengan nama belakang Liono dan yang satu nama belakang Wangsa, lalu bagaimana denganku?"     

Giana langsung menolak Sean, "Sean, jangan lupa. Kamu hanyalah seorang menantu parasit tidak berguna. Mana bisa kamu brhak meminta si kembar dinamai dengan nama belakangmu? Lagi pula, kita sudah bercerai!"     

Yoga yang berada di sampin menyeringai. "Benar, benar!"     

Sean benar-benar marah besar.     

"Aku sudah menikah dan menjadi menantu keluarga Wangsa selama tiga tahun. Kamu melahirkan anakku, jadi tentu saja anak itu harus dinamai dengan nama belakangku!"     

"Selama tiga tahun itu, kamu bahkan tidak membiarkanku menyentuhmu sehingga kita juga tidak memiliki anak. Kita berdua baru benar-benar menginginkan anak ketika aku mengungkap statusku sebagai keturunan keluarga Yuwono. Pada saat itu, semua pengeluaran keluarga termasuk rumah, mobil, dan urusan keluargamu semuanya ditanggung olehku! Aku yang menafkahi kalian!" kata Sean.     

Sean menegaskan, "Pada saat itu, aku sudah bukan lagi menantu parasit tidak berguna! Jadi, tentu saja aku berhak meminta si kembar dinamai dengan nama belakangku!"     

Sean tahu bahwa jika dia tidak menyembunyikan statusnya, hari ini Giana tidak akan pernah berdebat dengan Sean tentang nama keluarga si kembar. Sekarang karena melihat Sean tidak punya uang, itu sebabnya Giana ingin si kembar dinamai dengan nama belakangnya.     

Giana menjawab, "Ya, kamu berhak meminta ini, tapi kita sudah bercerai dan masing-masing memiliki pasangan. Bagaimana nanti jika si kembar menggunakan nama belakangmu? Ketika aku dan Yoga menjemput mereka di sekolah, lalu ada orang yang bertanya, apa yang harus aku katakan? Itu akan sangat memalukan bagi si kembar!"     

"Kamu tidak perlu mengkhawatirkan hal ini!" kata Sean.     

Itu karena si kembar sama sekali tidak akan bersekolah di Indonesia. Si kembar akan mendapatkan pelatihan secara profesional dari keluarga Yuwono.     

Yoga berkata dengan arogan, "Sean, apa gunanya jika si kembar menggunakan nama belakangmu? Memangnya kamu masih memiliki harta warisan ratusan triliun yang dapat diwarisi mereka? Biarkan si kembar menggunakan nama belakangku. Aku jamin nantiya mereka akan hidup nyaman dan tidak akan kurang suatu apapun seumur hidup mereka!"     

Giana pun merasa sangat tersentuh setelah mendengar ini dan memuji Yoga, "Lihatlah Yoga! Dia begitu dermawan. Dia bahkan bersedia merawat dan membagikan harta keluarganya untuk anakmu! Seharusnya kamu berterima kasih padanya!"     

Sean mendengus dingin. Apakah Yoga benar-benar akan bersedia membagikan hartanya pada anak-anak Sean? Sean tidak percaya Yoga akan begitu baik. Itu hanyalah kebodohan Giana yang tidak tahu apa-apa!     

Sean tidak bisa menang melawan kedua orang ini sendirian. Dia terdiam sejenak, lalu melanjutkan, "Mau dibicarakan bagaimanapun juga, untuk sementara masalah ini tidak akan ada ujungnya. Hari ini aku datang untuk suatu hal. Setelah hal ini dilakukan, baru kita selesaikan pembicaraan masalah nama belakang si kembar lagi."     

Giana memandang Sean. "Hal apa?"     

Sean melirik si kembar dan berkata, "Aku ingin melakukan tes DNA dengan si kembar."     

"Tidak bisa!" Giana segera menolak, lalu memegang tangan si kembar dengan sedih dan berkata, "Sean, kamu benar-benar ayah yang kejam! Si kembar baru saja lahir, tapi kamu sudah mau mengambil darah dan mencabut rambut mereka? Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti anak-anakku!"     

Sean tidak berdaya dan berusaha untuk menjelaskan, "Tidak perlu mengambil darah atau mencabut rambut. Hanya perlu melakukan swab oral dengan mengambil air liur di dinding mulut si kembar dengan kapas."     

"Tidak! Mendengarnya saja aku sudah takut! Aku tidak akan pernah membiarkanmu melakukan tes DNA pada si kembar!" Giana menjawab dengan tegas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.