Ingin Kukatakan Sesuatu

Giana Melahirkan!



Giana Melahirkan!

0Giana adalah mantan istri Sean, sementara Chintia adalah pacar Sean saat ini. Ditambah lagi, mereka berdua adalah wanita dengan kecantikan yang luar biasa. Tentu saja mereka bagaikan air dan api.     
0

Namun, sejak mengetahui Chintia mungkin akan menjadi istri Julius dan akan menjadi 'calon Tante' Giana dan Yoga, sikap Giana terhadap Chintia menjadi sangat baik. Sikap Giana terhadap Chintia sangat baik dan sangat merendah. Dia bahkan memanggilnya 'Kak Chintia', jadi Chintia tidak ingin bersikap terlalu pelit.     

Chintia berkata, "Boleh. Aku tidak akan cemburu. Dia ayah dari anak itu, jadi ini juga sudah kewajibannya."     

"Terima kasih, Nona Chintia."     

Giana menutup telepon, lalu tersenyum dan berkata pada Sean, "Dia setuju. Ayo."     

Karena kedua belah pihak tidak masalah, Sean tidak mengatakan apa-apa dan membawa Giana kembali ke rumahnya dan Yoga.     

Begitu kembali, Lana bertanya dengan cemas, "Putriku, bagaimana hasil pemeriksaannya? Apakah anakmu baik-baik saja? Sean menjagamu dengan baik dan tidak membiarkanmu tertabrak atau terjatuh, kan?"     

Giana berjalan maju perlahan dan menjawab, "Dia menjagaku dengan baik. Dia terus memegang tanganku dan tidak melepaskannya. Kandunganku baik-baik saja, tapi dokter bilang aku mengalami baby blues dan butuh banyak ditemani ayah dari bayiku. Jadi, aku meminta Sean untuk datang dan menemaniku."     

Lana merasa sedih, "Baby blues? Kenapa bisa sampai begitu? Kenapa memiliki anak bisa membuatmu depresi? Giana, biar Ibu beritahu padamu, memiliki tidak begitu menakutkan. Kamu jangan cemas."     

Kemudian, Lana menghampiri Sean dan berkata, "Sean, kamu harus menemani Giana dengan baik. Yoga sibuk bekerja dan tidak punya waktu untuk menemaninya. Datanglah ke sini jika kamu ada waktu. Ibu akan mengawasi kalian berdua, jadi Yoga tahu dan tidak akan merasa kalian melakukan sesuatu yang tidak-tidak."     

Sean mendengus dingin. Kamu mengawasi kami? Untuk mencegah kami berselingkuh? Terima kasih banyak kalau begitu! Aku juga tidak ingin ada orang yang salah paham!     

"Sudah, Bu. Jangan dibahas lagi. Ibu masak saja. Aku lapar," kata Giana.     

"Hah… Baiklah, Ibu masak dulu."     

Setelah membuat Lana pergi, Giana berjalan ke sofa di ruang tamu dan duduk, lalu menunjuk piano yang ada di seberangnya dan berkata, "Sean, aku sudah lama tidak mendengarmu bermain piano. Aku mau kamu memainkan piano untukku."     

"Ya." Sean juga merasa bermain piano lebih seru daripada mengobrol dengan Giana.     

Di ruang tamu ada grand piano Steinway. Sean membuka penutupnya dan duduk.     

"Aku ingin mendengarmu memainkan 'Seribu Alasan untuk Tersakiti'!" Giana berkata dengan penuh semangat.     

Tiba-tiba Giana teringat malam itu, ketika dia pergi ke konser dengan Cahyadi, tetapi malah bertemu Sean dan Chintia. Sementara, setelah Cahyadi berhasil melamarnya, Sean yang cemburu memainkan dan menyanyikan lagu ini di panggung di depan puluhan ribu orang dengan sedih dan patah hati.     

Giana benar-benar sangat menyukai momen itu, karena Sean saat itu mencintai Giana. Ditambah lagi, rasa cintanya benar-benar mendalam. Namun, sekarang Sean semakin dingin terhadap Giana. Giana bisa memilih untuk tidak bersama Sean, tetapi dia harus membuat Sean selalu tetap menyukainya.     

"Tidak bisa," Sean menjawab dengan singkat.     

"Kamu…" Giana sangat marah sehingga ingin melompat bangun dari duduknya.     

Di depan puluhan ribu orang, kamu memainkannya begitu saja hingga membuat pesona penyanyinya saja kalah darimu! Tapi, sekarang kamu bilang kamu tidak bisa memainkannya?     

Giana berkompromi, "Kalau begitu mainkan 'Tak lagi Cinta' dari Ada Band saja."     

Lagi-lagi lagu patah hati.     

"Tidak bisa," jawab Sean lagi.     

"Lagu Rihanna yang berjudul 'Work' bisa, kan? Atau, 'Soulmate' dari Kahitna."     

Sean tetap menjawab, "Tidak bisa juga."     

Giana sangat marah. "Kamu sengaja, kan?! Siapa lagi yang lebih familier dengan lagu-lagu ini daripada kamu? Kamu bahkan bisa memainkannya dengan mata tertutup!     

Sean berkata dengan dingin, "Aku sudah melupakan semua lagu ini."     

Sejak Giana mengkhianatinya lagi, Sean tidak pernah mendengarkan lagu-lagu ini ataupun memainkannya lagi.     

"Kalau begitu, mainkan apapun yang kamu mau!"     

Giana sangat kesal. Dia masih ingin Sean memainkan lagu-lagu mereka berdua di masa lalu sambil sekalian mengenang indahnya masa lalu! Namun, Giana segera tersadar bahwa Sean tidak perlu memainkan lagu-lagu masa lalu itu.     

Asalkan Sean yang memainkannya dan asalkan Sean ada di sisinya, lagu apapun yang dimainkannya dapat membuat Giana mabuk kepayang. Semuanya dapat membuatnya mengenang keindahan masa lalu.     

Sean memainkan lagu yang baru didengarnya baru-baru ini, 'Revolutions' oleh Capo Productions     

Di luar jendela, malam berangsur-angsur semakin larut. Sementara di ruang tamu, lampu-lampu di pohon Natal berkedip-kedip.     

Sean memainkan tuts dengan kedua tangannya. Alunan melodi yang indah begitu menyembuhkan dan membuat orang yang mendengarnya merasa tenang.     

Dalam waktu kurang dari satu menit, Giana yang sudah lama menderita insomnia akhirnya tertidur saat mendengarkan alunan permainan piano Sean.     

Setelah beberapa saat, Lana keluar setelah selesai memasak. Ketika melihat Giana dengan perut besarnya tertidur di sofa, Lana tersenyum bahagia.     

Lana memandang Sean dan berkata, "Sean, Giana sudah lama tidak bisa tidur nyenyak. Ternyata masih kamu yang bisa membuatnya tidur nyenyak. Besok jangan lupa datang lagi, ya?"     

"Ya."     

Lagi pula, tinggal satu bulan lagi. Sean akan menganggap dirinya datang ke sini untuk berlatih piano. Selain itu, Sean juga memainkannya untuk anaknya, bukan Giana.     

"Aku pergi dulu."     

Melihat Giana sedang tidur, Sean pun langsung pergi. Lana sendiri juga tidak menahannya untuk makan di sini.     

———     

Satu bulan pun berlalu begitu saja.     

Dengan sangat cepat, sekarang sudah tanggal 1 Februari. Hari ini sangat penting bagi Sean, Giana, dan juga Yoga. Karena, hari ini adalah hari Giana melahirkan.     

Di Rumah Sakit Ibu dan Anak di Banten, Giana sudah didorong ke ruang operasi. Tidak lama kemudian, bayinya pun lahir ke dunia.     

Di rumah sakit, Yoga dan Fendy, termasuk orang tua mereka, juga Jayadi dan Lana, semuanya menunggu di luar ruang bersalin. Tentu saja sebagai ayah anak itu, Sean juga ada di sana, ditemani oleh Chintia. Namun, jarak Sean dengan mereka berjauhan.     

"Tuhan, tolong berkati agar Ibu dan anaknya, semua selamat."     

Lana yang berada di sana berdoa dengan mata terpejam dan memohon pada Tuhan sepanjang waktu.     

Sean yang berdiri di kejauhan dan melihat ekspresi cemas dari kedua keluarga pun bertanya pada Chintia, "Apa kita berdua tidak seharusnya datang? Sepertinya agak berlebihan."     

Chintia tersenyum dan berkata, "Giana melahirkan anakmu. Apanya yang berlebihan? Justru aku yang tidak perlu datang kemari. Tapi, aku juga ingin melihat langsung saat-saat kamu menjadi seorang ayah."     

"Terima kasih, Chintia. Kamu sangat murah hati."     

Sean memegang tangan Chintia dan sangat bersyukur memiliki pacar seperti dirinya. Jika itu wanita lain, wanita itu pasti akan sangat marah ketika mengetahui mantan istri pacarnya melahirkan. Apalagi, anak yang dilahirkan adalah anak pacarnya.     

Tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara teriakan Lana di kejauhan.     

"Ah! Sudah lahir! Giana sudah melahirkan!"     

Sean sangat bersemangat. Apa akhirnya Giana sudah melahirkan? Akhirnya dia sudah bisa menjadi seorang ayah?!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.