Ingin Kukatakan Sesuatu

Mengantar Giana ke Rumah Sakit



Mengantar Giana ke Rumah Sakit

0Kata-kata Giana sudah seperti 'kepala keluarga Wangsa'.     
0

Bagaimanapun, kebangkitan keluarga Wangsa dari keluarga kelas dua dengan aset lebih dari 2 triliun menjadi keluarga kaya raya dengan aset hampir 40 triliun sepenuhnya karena pencapaian Giana.     

Giana dua kali menikah dengan dua keluarga kaya, Sean dan Yoga. Itu sebabnya mereka bisa berjaya hari ini. Status keluarga Giana di hati Nenek Wangsa sudah melampaui keluarga Yuana sedari dulu.     

Giana masih cemburu karena Sean berselingkuh dengan Yuana. Dia pun sengaja menyebut Yuana untuk mempermalukan Sean dengan menyuruhnya menjadi menantu keluarga Wangsa lagi.     

Ibu dan anak ini membuat Sean kesal. Namun, setelah tiga tahun menikah dengan Giana, Sean tahu bagaimana cara merespons Giana agar bisa membuat emosinya terpancing.     

Sean tersenyum dan berkata, "Benarkah? Yuana masih menyukaiku? Yuana memiliki tubuh yang begitu bagus. Jika suatu hari Chintia benar-benar tidak menginginkanku lagi, tentu saja aku bersedia menikahi Yuana!"     

Begitu Sean memuji tubuh Giana yang bagus, wajah Giana memerah karena marah. Kedua saudara sepupu ini sudah bersaing sejak kecil. Sementara, hal yang selalu tidak bisa ditandingi oleh Giana adalah tubuh Yuana.     

Dulu Giana tidak bisa dibandingkan dengan Yuana. Sekarang dia memiliki perut yang besar dan tubuhnya sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan Yuana. Giana yang merasa rendah diri pun merasa cemburu. Dia merasa Sean berselingkuh karena Yuana memiliki tubuh yang bagus.     

Giana mengamuk, "Coba saja jika kamu berani bersama Yuana! Aku akan segera meminta Nenek mengeluarkannya dari keluarga Wangsa!"     

Sedetik yang lalu, Giana sendiri yang berinisiatif untuk 'menjodohkan' Yuana dan Sean. Tetapi, ketika Sean setuju, Giana malah marah. Sementara, Lana kebingungan.     

"Apa maksudmu? Kenapa Sean dan Yuana bersama? Sean, kamu tidak memiliki pikiran yang lain tenang Yuana dari dulu, kan? Dasar bajingan! Kamu benar-benar serakah! Giana kami begitu sempurna, tapi bisa-bisanya kamu mendambakan adik iparmu?" maki Lana.     

Dulu Giana tidak melaporkan Sean yang 'tidur bersama' dengan Yuana pada keluarga Wangsa, jadi Lana tidak mengetahui hal ini.     

Sean mendengus dingin.     

"Adik iparku bernama Jasmine. Chintia bahkan lebih cantik dibanding perpanduan putri Anda dan Yuana!" kata Sean, "Aku pulang dulu. Kalian berkemas dan bersiap-siap dulu saja!"     

Setelah selesai berbicara, Sean membuka pintu dan melangkah pergi.     

Siapa lagi Jasmine?!     

Giana cemburu lagi. Dia baru tahu Chintia memiliki seorang adik perempuan. Menurut kata-kata Sean, gadis kecil ini sangat cantik.     

Tidak heran Sean si bajingan ini menolak untuk meninggalkan Chintia yang sudah menafkahinya. Tidak hanya pacarnya yang cantik, tapi dia juga memiliki adik ipar yang cantik. Dia benar-benar mau menikmati hidupnya yang bahagia rupanya!     

Ketika kembali ke rumah, Sean memberitahu Chintia.     

"Chintia, jika kamu tidak ingin aku pergi, aku bisa menolaknya," kata Sean.     

Sekarang Chintia adalah pacar Sean, jadi dia harus menjaga perasaan Chintia terlebih dahulu. Jika Chintia tidak suka Sean dan Giana berduaan, dia tidak akan mengantar Giana ke rumah sakit. Namun, Chintia adalah orang yang sangat murah hati.     

"Yoga bukan pria yang baik. Ditambah lagi, anak itu bukan miliknya. Dia pasti tidak akan peduli pada Giana. "Tidak mudah bagi seorang wanita yang hamil berbulan-bulan. Sebagai ayah dari anak itu, kamu harus membantunya sebisa mungkin. Antar saja dia ke rumah sakit. Kebetulan aku sedang agak sibuk."     

Sean mengangguk.     

Setelah itu, Sean mengendarai mobil Audi Giana untuk membawanya ke rumah sakit. Lana juga ikut bersama mereka.     

Giana duduk di kursi penumpang bagian depan, sementara Lana duduk di belakang. Begitu Giana masuk ke mobil dan musik diputar, senyuman muncul di wajahnya.     

"Ah… Sudah lama aku tidak merasakan hal semacam ini. Kamu mengendarai mobil ini untuk mengantarku dan ibuku. Haha."     

Sean sudah mengendarai Audi ini selama tiga tahun. Dia sudah mengendarai mobil ini untuk mengantar dan menjemput Giana dan orang tuanya selama tiga tahun terakhir. Segala sesuatu di dalam mobil terlalu akrab baginya.     

Sean turut merasa sangat emosional. Dia tidak menyangka bahwa setelah meninggalkan keluarga Wangsa, dia masih memiliki kesempatan untuk mengendarai mobil ini lagi.     

Lana menghela napas. "Benar! Keterampilan mengemudi Sean masih bagus. Dia tidak pernah mengerem mendadak. Ibu sangat nyaman di mobil Sean dan bisa tertidur setiap kali dia yang menyetir. Sayang sekali, ya… Kenapa tiba-tiba kamu diusir dari keluarga tanpa alasan yang jelas? Kalau tidak, sekarang kamu masih menantuku."     

Sean mendengus pelan. Dia justru merasa sangat beruntung bisa meninggalkan keluarga Wangsa dan tidak lagi menjadi menantunya.     

Pada saat mobil sudah mulai melaju, Lana bertanya lagi, "Sean, Tante dengar orang tua Chintia sudah meninggal? Dia hanya punya satu adik perempuan?"     

"Ya," Sean menjawab dengan pelan.     

Lana terus menggelengkan kepalanya. "Sean, bagaimanapun juga, kamu sudah menjadi menantu Tante selama tiga tahun. Dulu Tante juga sudah memperlakukanmu seperti anak sendiri, jadi Tante harus memberitahumu…"     

"...Kamu tidak bisa menikahi wanita yang tidak memiliki orang tua, bahkan jika dia kaya sekali pun. Wanita seperti ini tidak mendapatkan kasih sayang orang tua, jadi dia pasti memiliki masalah psikologis. Tahu, tidak? Selain itu, jika kamu memiliki anak nantinya, siapa yang akan membantu kalian merawatnya? Akan sangat menderita jika anak itu tidak memiliki kakek-nenek. Kamu tahu, kan?"     

Saat ini, kecepatan mobil sudah mencapai 40 kilometer per jam. Tiba-tiba Sean mengerem mendadak sehingga Lana yang duduk di belakang dan tidak mengenakan sabuk pengaman langsung terjungkal ke depan.     

"Aduh!" Lana mengeluh dengan suara yang keras, "Sean, kenapa kamu mengerem mendadak?!"     

Sean berkata pada Lana dengan acuh tak acuh, "Turun."     

Lana sangat marah. "Apa katamu?"     

Sean mengulang dengan tegas, "Aku bilang turun!"     

Ketika Lana mengatakan hal-hal buruk tentang Sean, dia dapat menanggungnya. Tetapi, ketika Lana mengata-ngatai Chintia, dia tidak bisa tahan.     

Chintia tidak berutang apapun pada keluarga Wangsa. Atas dasar apa Lana berkata seperti itu pada seorang wanita yang begitu malang? Ayah Chintia terbunuh di luar negeri dan pembunuhnya belum ditemukan. Memangnya dia tidak ingin memiliki keluarga yang lengkap?     

Lana masih sangat marah. "Ini mobilku! Siapa yang kamu suruh turun?! Apa otakmu korslet?"     

"Jika Tante tidak turun, aku yang turun. Kalian pergi ke rumah sakit sendiri saja!" kata Sean, hendak membuka sabuk pengamannya.     

Giana sudah susah payah menipu Sean agar keluar bersamanya, jadi bagaimana bisa dia membiarkannya pergi begitu saja? Dia pun segera meraih tangan Sean dan mencegahnya pergi, lalu menoleh ke Lana yang duduk di belakang.     

"Ibu turun saja. Tidak apa-apa. Sean akan mengantarku ke sana," kata Giana.     

Lana mengamuk, "Baiklah. Sean, kamu harus terus berada di dekat Giana dan menjaganya dengan baik. Jika sesuatu terjadi padanya, Tante tidak akan melepaskanmu!"     

Brak!     

Lana keluar dari mobil dan membanting pintu dengan keras. Sementara, Sean tetap bersikap acuh tak acuh. Ketika Lana pergi, dia mulai mengemudi lagi.     

Giana mengeluh, "Kamu juga! Bagaimanapun juga, ibuku pernah menjadi ibu mertuamu selama tiga tahun. Ketika kita punya anak, Ibu memasak untukmu dan membersihkan tempat tidurmu. Ibu sudah termasuk sangat baik padamu! Bukankah Ibu hanya mengatakan beberapa kata tentang Chintia saja? Kenapa kamu sampai menyuruhnya turun dari mobil?"     

Sean berkata dengan dingin, "Dia baru bertindak seperti ibu mertua saat kita memiliki anak. Lagi pula, aku tidak pernah merasa dia memperlakukanku sebagai menantunya."     

Giana tahu bahwa dalam tiga tahun terakhir, Lana sudah memperlakukan Sean dengan buruk. Jadi, dia tidak membahasnya lagi. Sementara, mobil melaju di jalan raya. Giana merenggangkan tubuhnya dan tersenyum.     

"Bagus juga ibuku pergi. Kita sudah lama tidak berduaan."     

Seketika Sean mengendarai mobil dengan raut wajah yang serius dan menunjuk kamera dashboard di mobil. Jika Yoga tahu Sean membawa Giana ke rumah sakit hari ini, dia pasti akan memeriksa kamera dashboard untuk melihat apa yang mereka berdua bicarakan di dalam mobil.     

Giana buru-buru mengubah topik pembicaraan, "Ah! Sudah lama kita tidak mendengarkan lagu 'Lumpuhkanlah ingatanku'. Penyanyinya Geisha, kan?"     

Sambil berbicara, Giana memutar lagu 'Lumpuhkanlah Ingatanku'. Sean sontak tertawa saat melihat ekspresi Giana yang tiba-tiba berubah. Dia memang wanita yang pandai bersandiwara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.