Ingin Kukatakan Sesuatu

Mengetahui Informasi Penting!



Mengetahui Informasi Penting!

0Melihat Sean yang tampak lembut, tetapi pandangan matanya galak, Max menjawab dengan gemetar, "Tidak… Tidak… Kami hanya menonton film bersama. Kami berteman baik. Aku benar-benar tidak memiliki niat lain tentang dia!"     
0

Bagaimana bisa Sean percaya pada Max yang berpura-pura menjadi pria baik ini?     

Karena Max sangat pendek, Sean merangkulnya dan mengajaknya berjalan ke peralatan pelatihan kekuatan fisik sambil berbicara dengannya.     

"Oh, hanya menonton film? Nonton film apa?"     

Max tidak tahu apa yang ingin dilakukan Sean, jadi dia mengikutinya dan menjawab, "De… Detektif Chinatown 3."     

Sean kembali bertanya, "Berapa lama filmnya?"     

"Du… Dua jam," jawab Max dengan gugup.     

Keduanya berjalan perlahan ke area peralatan latihan fisik dan berhenti. Kemudian, Sean mengambil barbel seberat 10 kilogram dari area peralatan dan menyerahkannya pada Max.     

"Tahan ini selama dua jam."     

"Dua jam?" Max tertegun di tempat.     

Sean berkata dengan serius, "Jika kamu berhenti, aku akan langsung membuatmu menemani kawan baikmu."     

Sean tahu Max sudah menipu perasaan Jasmine. Dia menipunya dan memegang tangannya. Ketika Sean membalas Max, dia membalas dendam pada tangannya, tetapi tidak menyentuh yang lainnya.     

"Kak…"     

"Tidak ada gunanya memanggil Kak. Cepat! Jika kamu tidak mengangkatnya, aku akan melemparkanmu ke sana sekarang juga!"     

"Baik! Aku angkat, aku angkat!"     

Max mengangkat barbel perlahan dan menurunkannya lagi.     

"Lebih cepat lagi!"     

Sean melatih Max seperti pelatih pribadi dan Max mulai mempercepat kecepatannya. Tidak sampai lama, dia tidak bisa mengangkat tangannya yang kelelahan. Namun, dia tidak berani meletakkan barbel itu. Begitu dia meletakkannya, dia sungguh takut Sean akan benar-benar melemparnya ke sana dan membuatnya menderita akibat liur-liur itu.     

Sayangnya, setelah lebih dari sepuluh menit, Max tidak bisa menahannya lagi. Barbel pun terlepas dari tangannya dan terjatuh ke lantai. Sean tidak mengatakan sepatah katapun dan segera menangkap Max, lalu membawanya ke sana.     

Max langsung menangis. "Kak Sean! Jangan! Kak Sean, aku salah! Aku tidak seharusnya mengusik Jasmine. Itu semua ulah Kalvin si bajingan itu. Aku tidak bisa mendapatkannya. Aku tidak bersalah!"     

Sean mendengus dingin. "Sekarang kamu menyalahkan kawanmu? Kalau kamu tidak bisa mendapatkannya, kenapa kamu menyuruh Yoga mengejarnya?! Dasar kalian sekelompok sampah yang tidak berguna!"     

Semakin Sean memikirkannya, semakin marah dia. Dia pun menendang Maxi dengan ganas. Max hampir kehabisan napas dan terus batuk.     

"Ma… Maafkan aku."     

Tak lama kemudian, seratus orang tadi sudah selesai meludah. Andy pun memberitahukannya pada Sean.     

"Apa saya harus membawa bocah itu kemari?" tanya Andy.     

Sean memandang Kalvin dari kejauhan. Wajah dan tubuhnya penuh dengan air liur hingga benar-benar menjijikan.     

"Bawa dia ke dalam untuk mandi, lalu bawa kemari," perintah Sean.     

"Baik!"     

Anak buah Andy membawa Kalvin untuk mandi. Saat keluar, Kalvin pun sudah bersih. Kemudian, dia berlutut di depan Sean bersama Max.     

"Maaf, Tuan Muda Sean, kami tidak akan berani lagi. Tolong lepaskan kami."     

"Saya salah. Tuan Muda Sean, Anda sangat berwibawa dan bijaksana. Jangan merendahkan diri Anda untuk orang seperti kami."     

Kedua tuan muda kaya raya ini sudah disiksa Sean hingga ketakutan.     

Sean bukan orang yang tidak berbelas kasihan. Dia pun berkata pada mereka berdua, "Apa kalian akan terus memainkan permainan membosankan semacam ini? Jika ada yang tidak bisa mendapatkan wanitanya, lalu menyuruh kawannya untuk mengejar? Iya?"     

Kalvin segera menjawab, "Tidak! Tidak! Seumur hidupku, aku tidak akan mengejar gadis lagi!"     

Max menyahut: "Sebenarnya setelah terakhir kali dihajar karena mengejar seorang perempuan, aku sudah tidak ingin memainkan permainan ini lagi. Nanti kami pasti akan membubarkan grup ini dan tidak akan pernah melakukannya lagi!"     

Setelah mendengar ini, Sean agak bingung.     

"Terakhir kali dihajar karena mengejar seorang perempuan? Bukankah perempuan yang terakhir adalah Jasmine? Siapa yang memukulmu?"     

Max buru-buru menggelengkan kepalanya.     

"Bukan. Dia seorang pemilik kafe. Meskipun punya anak, dia sangat cantik. Sekali pandang saja, aku sudah tidak mampu melihat kecantikannya. Tapi, ketika saya mencoba mengejarnya, aku dipukuli oleh seseorang tanpa alasan," terang Max, "Kate juga dipukuli, tapi dia dipukul oleh ayahnya sendiri."     

Wajah Sean langsung berubah serius. Bukankah pemilik kafe yang sudah memiliki seorang putri itu wanita yang sebelumnya dia kira ipar keduanya?! Tiba-tiba dia teringat foto di loker yang diambil secara diam-diam oleh Wenardi. Kalvin menulis kalimat, 'Latar belakangnya terlalu dalam. Jangan memprovokasinya.'     

Sean sangat ingin tahu tentang 'Kakak Ipar Kedua' ini, jadi dia bertanya pada Kalvin, "Ayahmu memukulimu? Kenapa?"     

Kalvin mengangguk. "Setelah kegagalan Max, aku juga berencana untuk mengejar pemilik kafe itu, tapi aku ingin menjelajahi latar belakang wanita itu terlebih dahulu. Aku meminta ayahku untuk menyelidikinya."     

"Siapa yang tahu, sesudah ayahku menyelidikinya, dia menamparku dan memperingatkanku, 'Ayah tidak peduli jika kamu bermain dengan wanita lain, tapi wanita ini, sama sekali tidak boleh kamu sentuh! Begitu kamu berani menyentuh wanita ini, seluruh keluarga kita akan tamat!' Begitu kata ayahku," terang Kalvin.     

Sean sedikit terkejut. Kalvin juga termasuk putra keluarga kaya dan putra seorang bankir. Berdasarkan ini semua, apa wanita cantik ini memiliki latar belakang yang lebih di atas Kalvin? Ternyata dia memang istri orang kaya!     

Sean bertanya, "Apa latar belakang wanita itu?"     

"Waktu itu aku menanyakannya pada ayahku, tapi Ayah bilang, 'Untuk apa banyak tanya?! Jika Ayah bilang jangan sentuh, maka jangan sentuh!' Begitu," jawab Kalvin, "Setelah itu, aku masih terus memaksa ayahku. Akhirnya dia memberitahuku bahwa wanita ini berasal dari keluarga yang sangat terpandang. Dia tidak hanya kaya saja."     

Sean mengangguk. Ada sangat banyak orang kaya yang bersembunyi dan tidak ingin diketahui oleh dunia. Bahkan di tempat seperti Jakarta, anggota keluarga misterius seperti Sean bersembunyi selama tiga tahun. Tidak mengherankan jika pemilik kafe kecil itu juga seorang wanita dari keluarga terpandang.     

Ketika memikirkan hal ini, Sean menjadi semakin tertarik pada wanita ini.     

Kenapa Kak Juan meninggalkan kunci di sana? Apa jangan-jangan benar seperti yang dikatakan Ailee? Karena dia cantik, Kakak ingin mengenalkannya padaku? Tapi, Kak Juan pasti tahu latar belakangnya. Kalau aku benar-benar mendekatinya, bukankah aku juga akan dipukuli oleh suaminya seperti para idiot ini?     

Sean berpikir dalam hatinya, lalu melihat keduanya lagi dan bertanya, "Apa Yoga juga gagal mengejarnya?"     

Yoga paling tampan, paling tinggi, dan paling kaya di antara mereka. Dia bahkan bisa mendapatkan Giana. Itu artinya hanya ada sedikit wanita yang tidak bisa ditanganinya.     

"Yoga pengecut, jadi dia tidak berani mengejarnya. Dia hanya pergi ke sana untuk minum secangkir kopi. Ketika kembali, dia langsung mengaku kalah dan memberikan tanda silang pada fotonya. Dia juga satu-satunya wanita yang gagal kami berlima taklukan sejak awal grup ini dibentuk. Wanita ini benar-benar bukan wanita biasa!" kata Kalvin.     

Cih!     

Sean meludah tepat ke wajah Kalvin. Kebetulan saat tadi seratus anak buahnya meludahi Kalvin, Sean belum meludahinya.     

"Satu-satunya apanya?! Jasmine juga sudah kalian lecehkan! Apa menurut kalian Yoga si bajingan itu berhasil? Jangan harap dia bisa menyentuh Jasmine di masa depan!" maki Sean.     

"Benar, benar, benar! Aku salah."     

Setelah diludahi, Kalvin tidak merasa dipermalukan. Begitu menyeka ludah Sean, dia bertindak seperti tidak terjadi apa-apa. Tampaknya hal yang berulang-ulang sudah dialaminya membuatnya mengalami perubahan. Setelah diludahi banyak kali, kini dia tidak merasakan apapun lagi.     

Pada saat ini, Max tiba-tiba berkata, "Meskipun Yoga secara sukarela mengakui kekalahannya dan tidak berani mengejarnya, dia mengobrol dengan baik dengan wanita di kafe itu. Dia juga mendapat informasi yang sangat berguna!"     

"Informasi apa?" ​​tanya Sean.     

Max dan Kalvin menjawab serempak, "Wanita itu tidak punya suami!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.