Ingin Kukatakan Sesuatu

Rasanya Sangat Familier!



Rasanya Sangat Familier!

0"Tidak punya suami?" Sean benar-benar terkejut.     
0

Sejak bertemu dengan wanita pemilik kafe, Sean sangat penasaran siapa suaminya.     

Awalnya, Sean bahkan mencurigai kakak keduanya, Juan Yuwono. Namun, wanita itu sendiri langsung menyangkalnya. Akhirnya, Sean merasa mungkin wanita itu hanya seorang wanita biasa yang menikah dengan suami yang biasa-biasa saja dan memiliki anak.     

Tapi, Kalvin dan yang lainnya bilang bahwa wanita ini tidak punya suami?     

"Apa maksudnya tidak ada suami? Cerai? Atau, suaminya sudah meninggal?" tanya Sean.     

Kalvin menggelengkan kepalanya. "Kami juga tidak tahu. Tapi, setelah Yoga kembali, dia menyesal dan bilang, 'Jika tahu akan bertemu dengannya, aku tidak akan menikahi Giana,' dan mengatakan bahwa wanita inilah yang seharusnya cocok untuknya."     

Max menambahkan, "Benar! Yoga sudah menikah, jadi dia tidak berani menggodanya. Bagaimanapun juga, latar belakang keluarga wanita itu cukup hebat. Jika sampai ketahuan sudah menikah, tapi masih mempermainkan wanita itu, keluarga Liono pasti akan dibalas."     

Sean sedikit terkejut. Yoga sudah berkencan dengan banyak wanita cantik. Jika dia bisa sampai sangat menyesal, sepertinya wanita ini memang sangat menarik.     

Sean jadi semakin penasaran pada wanita ini.     

"Ya sudah. Kalian pergi saja. Ke depannya, jangan lakukan hal-hal tidak bermoral seperti itu lagi! Jika tidak, lain kali akan ada seribu orang yang meludahi kalian!" Sean memperingatkan mereka berdua.     

"Baik! Kami tidak akan berani melakukannya lagi."     

Kalvin dan Max bangkit berdiri dan buru-buru keluar dari gym. Sejak kedua tuan muda kaya raya Banten ini lahir, mereka tidak pernah dipermalukan seperti hari ini.     

Setelah keduanya pergi, Andy mendekat dan bertanya pada Sean, "Kedua bocah ini sudah diberi pelajaran. Apakah Tuan Muda Sean juga akan memberi pelajaran pada tiga orang lainnya?"     

Sean melihat jam dan menjawab, "Bocah-bocah busuk ini tidak pantas untuk kuberi pelajaran satu per satu. Kamu kirim saja orang untuk memberi mereka pelajaran. Sekarang bawa beberapa orang untuk menemaniku ke suatu tempat."     

"Baik!" jawab Andy.     

Sean mengobrol dengan Bos Barata lagi. Kemudian, Bos Barata memberi Sean kartu VIP diamond permanen sehingga dia bisa datang ke sini sesuka hati.     

Setelah berjalan keluar dari gym, Sean mengendarai mobil dan pergi ke Kafe Merindukan Fajar di pinggiran kota Banten.     

Sean benar-benar ingin bertemu dengan wanita ini lagi. Ketika bertemu dengannya sebelumnya, Sean merasa dia terlihat polos dan cantik. Tetapi, ketika Sean tahu dia putri dari keluarga konglomerat, pandangan Sean terhadapnya berbeda.     

Bagaimana mungkin wanita cantik dan kaya raya dengan status seperti ini hanya membuka kafe kecil di pinggiran kota? Menurut perkiraan Sean, membuka 100 kafe yang mewah di Banten bukan masalah bagi wanita ini.     

Sean masuk sendirian, sementara Andy dan beberapa anak buahnya berjaga di luar. Kali ini Sean masuk dengan segala keraguan dan rasa ingin tahunya.      

Ting… Ting… Ting…     

Lonceng Edo gaya Jepang yang tergantung di pintu memberitahu wanita itu bahwa ada pelanggan yang datang. Di kafe masih belum ada pelanggan dan hanya ada wanita ini bersama putrinya.     

Saat Sean pertama kali datang, tidak ada pelanggan. Kedua kalinya, juga tidak ada. Ketiga kalinya, masih tidak ada juga. Baru pada saat itulah Sean menyadari bahwa ini bukan kebetulan.     

Meskipun tempat ini berada di pinggiran kota dan meskipun kopi di sini sangat mahal, yaitu seratus ribu per cangkir, kecantikan wanita ini saja seharusnya sudah cukup untuk menarik banyak tamu.     

Sean teringat ketika tadi Max mengatakan dirinya dipukul. Sean pun tersadar bahwa pasti ada orang yang melindungi ibu dan putrinya ini di dekat sini. Jika seseorang bernafsu dan ingin mendekati atau melecehkannya, orang tersebut akan langsung dipukuli saat keluar dari kafe. Ini juga alasan mengapa Sean meminta Andy untuk berjaga-jaga di luar. Dia meminta Andy untuk memeriksa apakah ada pengawal di luar.     

"Selamat datang," sapa wanita itu sambil tersenyum. Kali ini dia mengenakan rok berpinggang tinggi, tetapi masih memperlihatkan kakinya yang panjang dan seputih salju.     

Sekarang sudah bulan November. Cuaca cukup sejuk dengan adanya hujan yang sering mengguyur Banten.     

Sean tersenyum dan berkata, "Hai. Aku datang lagi. Sudah tiga kali aku datang, tapi sepertinya setiap kali datang, aku selalu bisa melihat perawakanmu yang bagus."     

Sambil berbicara, Sean menunjuk kaki lencir wanita cantik itu. Kata-katanya mungkin sedikit tidak sopan, tapi kali ini Sean memang ingin menggodanya. Terutama, Sean ingin tahu apa yang akan terjadi jika ada yang mengejar dan melecehkannya seperti Max dan yang lainnya. Atau, mungkin memang ini yang diharapkan oleh Kak Juan?     

Sean selalu ingin menghubungi kakak keduanya, tetapi kakaknya itu selalu tidak bisa dihubungi. Sean bahkan mengira kakak keduanya sibuk mengikuti pelatihan dan tidak punya waktu untuk menjawab teleponnya. Namun, Ailee berkata bahwa kakak keduanya sudah menghubungi Ailee secara pribadi, tetapi pura-pura tidak dengar terhadap Sean.     

Wanita cantik itu tidak merasa tersinggung, tetapi tersenyum.     

"Terima kasih. Wanita suka terlihat cantik dan cuaca di Banten tidak sedingin itu. Vanila latte lagi?"     

Sean melirik ke arah kejauhan. Putri wanita itu sudah tertidur.     

Akhirnya, Sean melangkah maju dengan berani dan menempel sangat dekat dengan wanita itu. Sementara, wanita cantik ini terus mundur sampai sudah tidak bisa mundur lagi.     

Wanita cantik itu bersandar di dinding dan bertanya dengan napas yang memburu, "A… Apa yang ingin kamu lakukan?"     

Sean tidak menyangka wanita ini begitu gugup. Seharusnya jika dia memiliki pengawal di luar, detak jantungnya tidak akan secepat ini.     

Sean menopang dinding dengan satu tangannya, menundukkan kepalanya perlahan, dan berpura-pura ingin menciumnya, lalu berkata dengan lembut, "Bos, kamu bahkan masih ingat apa yang aku minum terakhir kali? Apa mungkin kamu menyukaiku?"     

"Aku dengar kamu sudah bercerai? Bagaimana kalau kita coba berhubungan?"     

Napas wanita cantik itu semakin memburu. Tubuhnya gemetar karena gugup dan matanya tertuju pada Sean, tetapi tidak ada ketakutan di matanya. Dia menatap Sean tanpa berkedip, seolah-olah sebelumnya belum pernah memiliki kesempatan untuk menatapnya.     

Tepat pada saat ini, Sean mendengar suara pertikaian di luar pintu. Namun, suara pertikaian itu segera menghilang. Sean tersenyum dan akhirnya menjauhkan dirinya.     

"Maaf, Bos. Tadi aku tidak bermaksud untuk melecehkanmu, tapi aku hanya ingin menguji apa di luar pintu ada pengawal atau tidak," terang Sean, "Kamu terlalu cantik. Ada banyak laki-laki Banten yang ingin memilikimu. Kamu juga wanita yang diatur Kak Juan untukku, jadi aku tidak bisa mengabaikan keselamatanmu begitu saja. Sekarang aku sudah bisa tenang karena tahu kamu memiliki pengawal."     

"Oh. Ngomong-ngomong, tolong jangan dianggap serius apa yang baru saja terjadi. Aku sudah punya pacar dan aku akan melamarnya awal tahun depan," tambah Sean, "Kopinya lain kali saja. Aku pergi dulu."     

Sean mengeluarkan ponselnya, lalu memindai barcode dan mentransfer 40 juta. Seharusnya pengawal wanita cantik itu sudah ditaklukan oleh Andy, jadi anggap saja sejumlah uang ini sebagai biaya pengobatan.     

Ting… Ting… Ting…     

Saat lonceng angin berdering lagi, Sean menghilang dari pandangan wanita cantik itu. Namun, setelah Sean pergi, dia masih bersandar di dinding dan tidak berpindah sedikit pun. Tiba-tiba, dia menutup matanya dengan senyum yang sudah lama hilang dari wajahnya.     

Dia kemudian berkata pada dirinya sendiri, "Rasanya sangat familiar…"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.