Ingin Kukatakan Sesuatu

Mempermainkan Orang pada Tingkat yang Jauh Berbeda!



Mempermainkan Orang pada Tingkat yang Jauh Berbeda!

0Masih di sebuah pabrik terbengkalai di pinggiran Banten, Wawan berkata, "Saya tidak tahu apa rencana Wenardi. Saya hanya mau membuat Kakak membenci Chintia saja."     
0

Plak!     

"Berengsek!"     

Sean menamparnya lagi. Anjing ini benar-benar membuat Sean jijik. Dia sudah membuat Sean tersiksa selama sepuluh menit itu.     

"Tidak disangka, kejadian ini ternyata menjadi pertunjukan bagimu dan Wenardi! Cih! Kalian benar-benar bernyali! Berani-beraninya mempermainkanku seperti ini!"     

Sean sangat marah. Tentu saja dia tidak akan membiarkannya begitu saja.     

"Keluarkan ponselmu," perintah Sean pada Wawan.     

"Kak, untuk apa Kakak menginginkan ponselku?" Wawan malah bertanya dan tidak langsung mengeluarkan ponselnya.     

Andy menendangnya dan berkata, "Kalau disuruh ambil, cepat ambil! Jangan banyak bicara!"     

Wawan bukanlah tipe penjahat yang keji, tetapi terlalu pengecut dan murahan. Orang seperti ini biasanya banyak bicara. Ketika bertemu orang jahat seperti Andy, setiap banyak bicara, Andy pasti akan memukulnya.     

Wawan tidak berani banyak bicara lagi. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan menyerahkannya pada Sean dengan hormat.     

"Kata sandi," Sean berkata dengan dingin.     

Kali ini Wawan menurut, "Kata sandinya 455667. Apa yang ingin Kakak lakukan?"     

Sean tersenyum. "Bukankah kamu suka mempermainkan orang? Aku juga akan membuatmu merasakan seperti apa rasanya dipermainkan."     

Sean berkata pada Andy, "Cari seorang anak buah untuk datang kemari dan mengambil foto mesra dengan si Wawan ini, lalu posting di status."     

Sebelum Andy bisa menjawab, seorang pria gagah di pintu berinisiatif menyahut, "Bos, biar saya saja yang melakukannya. Si Wawan ini putih dan mulus, benar-benar seleraku!"     

Wawan menelan ludah dengan gugup dan sontak panik. "Kak, lebih baik aku mati daripada harus dipermalukan seperti ini! Kalian jangan main-main!"     

Wawan bilang lebih baik mati daripada dipermalukan, tapi dia tidak melihat bahwa tindakannya sendiri sudah melawan integritas.     

Keduanya mengambil foto yang mesra bersama dengan mudah, kemudian foto ini diposting di status WhatsApp Wawan dengan keterangan, 'Pengakuan! Aku gay! Aku suka laki-laki! Ini kekasihku!'     

Status Whatsapp Wawan tidak memblokir siapa pun dan dia memiliki banyak teman. Begitu diposting, foto itu langsung menghebohkan.     

Wawan terlihat sangat malu. Dia tahu bahwa begitu masalah ini menyebar ke teman-temannya, dia tidak akan bisa bergaul dengan mereka lagi. Selain itu, teman-temannya itu pasti akan mengolok-oloknya.     

Ke depannya saat minum-minum dan bersenang-senang, teman-temannya tidak akan mengajaknya lagi. Namun, ini bukanlah konsekuensi terparah yang diterimanya.     

Segera sesudah itu, ayah Wawan menelepon.     

"Jawab," Sean menekan loudspeaker dan meminta Wawan menjawabnya.     

"...Ayah."     

Di seberang telepon, ayah Wawan langsung marah-marah, "Dasar bajingan! Apa yang kamu posting di status WhatsApp-mu itu?! Entah kamu sedang bermain-main atau tidak, segera hapus sekarang juga! Jika sampai ada kerabat dan teman yang melihatnya, akan jadi apa nantinya?! Beberapa rekan kerja Ayah juga memiliki nomor WhatsApp-mu. Cepat hapus sekarang juga!"     

Wawan benar-benar ingin menjelaskan pada ayahnya, tetapi ketika dia mendongak dan melihat ekspresi serius Sean, dia tidak berani melakukannya dan hanya bisa berkata, "Ayah! Aku bukan sedang main-main. Itu memang benar! Aku benar-benar menyukai laki-laki! Maaf, Yah. Keluarga kita tidak akan memiliki penerus. Aku bersalah pada Ayah dan Ibu. Huhuhu…"     

Wawan mulai menangis saat berbicara. Ayahnya yang berada di ujung telepon tiba-tiba seperti kehabisan napas.     

"Kamu… Kamu… Kamu anak durhaka! Aku tidak punya anak seperti dirimu!"     

Setelah ayah Wawan menelepon, ibunya juga segera menelepon.     

"Bu..."     

"Nak, apa yang terjadi? Bukankah sebelum ini kamu berpacaran dengan seorang wanita? Kenapa tiba-tiba kamu suka sesama jenis?"     

"Bu, aku sebelumnya berpacaran dengan wanita untuk membohongi kalian. Aku sungguh-sungguh menyukai laki-laki! Maafkan aku, Bu. Aku gay. Aku sudah membuat Ibu malu."     

Semakin banyak Wawan berbicara, dia semakin fasih. Awalnya, sulit baginya untuk mengaku bahwa dirinya gay. Setelah itu, dia memikirkannya dengan hati-hati, Tidak masalah jika aku mengaku gay. Lagi pula, aku tidak terluka. Saat pulang ke rumah, aku hanya tinggal menjelaskannya saja!     

Wawan merasa tindakan Sean ini tidak cukup kejam dan mencelakakannya.     

Pada saat ini, tiba-tiba ibu Wawan berkata, "Aduh. Nak, jangan berpikir begitu. Menjadi gay bukanlah hal yang memalukan. Sebenarnya Ibu juga menyukai sesama jenis."     

"Prfttt…" Sean yang sedang duduk di kursi di samping Wawan dan sedang minum air pun mendadak menyemburkan airnya ketika mendengar perkataan ibu Wawan.     

Sinting! Ada durian runtuh rupanya!     

Wawan, yang awalnya menganggap masalah ini tidak relevan, langsung tercengang. "Bu, apa yang Ibu bicarakan? Bu, jangan bercanda! Jika Ibu penyuka sesama jenis, lalu bagaimana aku bisa lahir?"     

Ibu Wawan berkata, "Hah… Kita bicarakan ini nanti saat kamu kembali. Tinggallah bersama pacarmu saja dulu. Utamakan keselamatan, ya."     

Setelah selesai berbicara, telepon pun ditutup.     

"Hahahaha…" Andy dan anak buahnya tidak bisa menahan tawa.     

Andy berkata pada Wawan, "Bocah, kamu harus berterima kasih pada Tuan Muda kami. Jika bukan karena beliau, kamu bahkan tidak akan tahu identitasmu yang sesungguhnya."     

Anak buah Andy mengejek, "Mungkin kamu lahir dari batu!"     

Wawan mulai menangis. Namun, ini belum berakhir. Panggilan lain masuk dan Andy membantu menjawabnya.     

"Halo?"     

"Wawan, kamu berengsek! Ternyata kamu gay? Lalu, kenapa beberapa waktu yang lalu kamu tidur denganku?! Katakan dengan jujur! Apa kamu punya penyakit?"     

Panggilan telepon itu berasal dari seorang gadis yang sepertinya sudah dipacari Wawan beberapa saat ini.     

Tentu saja Wawan ingin menjelaskan bahwa dia tidak memiliki penyakit. Hanya saja, ketika menatap pandangan mata Sean dan Andy yang mengancam, mau tidak mau dia berkata, "Benar! Aku sakit! Aku mengidap AIDS! Memangnya kenapa?"     

Gadis di telepon mulai memaki, "Bedebah laknat! Wawan, kamu benar-benar binatang! Sudah tahu sakit, bisa-bisanya mencelakaiku! Jika sampai aku dan suamiku tertular, tunggu saja hari matimu!"     

Setelah itu, telepon pun dimatikan.     

Sean menatap Wawan dan berpikir, Ternyata bocah ini juga berhubungan dengan seorang wanita yang sudah bersuami. Konsekuensi semacam ini memang sudah sepantasnya dia dapatkan.     

"Gawat! Gawat! Suami wanita itu bekerja di bidang konstruksi. Kalau dia tahu, dia pasti akan menyuruh seseorang untuk menebasku!" Wawan tampak putus asa.     

Sean mendekat dan bertanya, "Apakah mempermainkan orang itu menyenangkan?"     

Wawan menangis dan menjawab, "Tidak… Saya tidak akan berani melakukannya lagi. Saya sudah tahu saya salah…"     

"Cih."     

Untungnya, Sean adalah putra keluarga berkuasa yang misterius. Jika dia orang biasa, dia tidak mungkin bisa mengetahui kondisi pacarnya yang nun jauh di sana hanya dalam waktu lima menit.     

Bagaimanapun, dalam hal ini Wawan tidak boleh dihukum sendirian. Setidaknya dia hanya ingin membuat Sean membenci Chintia. Namun, Wenardi yang ingin mengambil kesempatan ini untuk menghancurkan hubungan Sean dan Chintia.     

Aku harus membuat Wenardi meninggalkan Chintia dan perusahaan Best Express!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.