Ingin Kukatakan Sesuatu

Dia Bukan Kekasih Kakak Kedua!



Dia Bukan Kekasih Kakak Kedua!

0"Kafe Merindukan Fajar? Kenapa namanya begini?" tanya Ailee bingung.     
0

Nama kakak kedua mereka tidak ada hubungannya dengan nama itu. Jika wanita itu ingin menamainya, bukankah seharusnya nama kafe itu ada hubungannya dengan nama kakak kedua mereka? Apa mungkin awalnya nama kafe ini bukan Kafe Merindukan Fajar?     

Sean menggelengkan kepalanya. "Aku juga tidak tahu. Kamu bisa bertanya padanya ketika tiba di sana."     

Keduanya turun dan berjalan keluar dari Swiss-Belinn Hotel. Ketika tiba di pintu keluar, mereka mendapati Chintia baru saja akan menaiki mobil, jadi mereka pun berhenti. Setelah menunggu mobil Chintia pergi, mereka pun keluar.     

Sean melihat seorang pria muda berusia 20 tahunan keluar dari kursi pengemudi, lalu segera berlari ke belakang mobil untuk membukakan pintu bagi Chintia. Chintia tersenyum dan terlihat sangat tersanjung. Dia adalah wakil presiden direktur perusahaan, jadi tentu saja dia pernah menikmati pelayanan semacam ini.     

Chintia langsung masuk dan duduk di dalam mobil. Pria muda itu tersenyum dan menopang bagian atas mobil dengan tangannya untuk mencegah Chintia terbentur. Semuanya tampak normal. Tapi, Sean memperhatikan bahwa ketika Chintia melangkahkan satu kaki ke dalam mobil dan hendak mengangkat kaki lainnya, sopir muda itu jelas-jelas melihat ke bawah dan menatap kaki Chintia beberapa kali.     

Sean merasa tidak senang dan bertanya, "Ailee, dari mana kamu mendapatkan sopir Chintia? Dia tidak terlihat baik."     

Jarang ada direktur cantik seperti Chintia di Indonesia. Jika seorang pria tidak ingin terus memandanginya, pasti ada masalah dengan orientasi seksualnya. Sejak awal Sean sudah mempersiapkan diri untuk menanggung ini ketika memiliki pacar yang cantik. Namun, mata sopir muda itu sangat cabul, jadi Sean tidak menyukainya.     

Ailee menjawab, "Sepertinya dia kerabat salah satu wapresdir. Kakak juga tahu, kan? Banyak orang yang menggunakan koneksi mereka untuk mendapatkan pekerjaan. Jika Kakak tidak menyukainya, Kakak juga tidak perlu khawatir. Apa Kakak tidak dengar Kakak Ipar bilang dia berencana untuk memecatnya?"     

"Ya." Sean mengangguk. Sepertinya Chintia sudah memperhatikan perilaku cabul pemuda ini, jadi Sean juga tidak perlu khawatir lagi.     

Setelah Chintia masuk ke mobil, sopir yang bernama Wawan itu kembali ke kursi pengemudi dan mulai melajukan mobil. Baru saja keluar ke jalan raya, dia mulai mengajak Chintia berbicara.     

"Wapresdir Chintia, kenapa sudah keluar secepat ini? Bagaimana makan-makannya dengan Presdir Ailee? Saya dengar pacar Anda juga datang? Apa pacar Anda adalah pria yang mengenakan kemeja putih lengan panjang? Apa pekerjaannya?"     

Begitu mulai berbicara, Wawan langsung mengajukan begitu banyak pertanyaan sekaligus. Chintia tidak menyadari saat Wawan curi-curi pandang padanya. Dia hanya membencinya yang terlalu banyak berbicara. Itu sebabnya dia berencana untuk memecatnya.     

"Menyetir saja yang benar. Jangan banyak bertanya," kata Chintia ketus.     

Chintia tahu bahwa si Wawan ini kerabat Wenardi yang merupakan wakil presiden direktur perusahaan. Mereka berdua sudah bertahun-tahun berhubungan dan Chintia tidak berencana untuk menyentuh orang-orangnya. Namun, si Wawan ini terlalu banyak bicara. Setiap hari Wawan berbicara tanpa henti. Chintia harus mencari waktu yang tepat untuk memecatnya.     

Setelah mobil Chintia pergi, barulah Sean dan Ailee keluar. Ailee menyetir sendiri tanpa sopir. Meskipun dia seorang bos, dia selalu berada di luar negeri dan sangat jarang memiliki kesempatan untuk mengemudi di Indonesia, jadi dia tidak menggunakan sopir.     

Ailee mengantar Sean ke lokasi Kafe Merindukan Fajar di pinggiran Banten. Mendekati bulan November, sering terjadi hujan sehingga cuaca agak dingin dan banyak orang yang mengenakan baju lengan panjang.     

Sean ingat terakhir kali mereka bertemu, wanita di kafe itu mengenakan gaun. Entah apa yang dikenakannya sekarang.     

Ketika membuka pintu kafe, terlihat seorang wanita yang berparas secantik Giana. Wanita itu terlihat mengenakan sweter panjang dengan kedua tangan di saku sweternya. Dia sedang tersenyum pada gadis kecil yang berdiri di sofa.     

Gadis kecil itu tidak mengenakan celana maupun rok, jadi pasti sedang menggunakan celana pendek. Hanya saja, sweternya sangat panjang sehingga celana pendeknya tertutupi sepenuhnya. Dari kejauhan, dia pun terlihat hanya menggunakan sweter saja.     

Pada saat musim hujan, di kota-kota besar banyak wanita-wanita cantik berkaki lencir yang mengenakan celana pendek dan mempertontonkan kaki mereka.     

"Hai," Sean berinisiatif untuk menyapa wanita cantik itu.     

"Hai."     

Wanita itu juga mengenali Sean dan melirik Ailee yang berada di samping Sean. Ailee terkejut ketika melihat wanita itu dan berkata dalam hati, Ternyata memang sangat cantik.     

"Datang untuk mengambil sesuatu?" tanya wanita cantik itu.     

Sean menggelengkan kepalanya. "Kami datang untuk minum kopi."     

"Oh." Wanita cantik itu mengangguk, lalu berkata pada putrinya, "Sayang, duduklah di sini baik-baik. Ibu akan membuatkan kopi untuk Kakak-Kakak dulu, oke?"     

Anak kecil itu mengangguk patuh, kemudian terus menatap Sean dan Ailee.     

Setelah wanita cantik itu membuat kopi, Ailee berinisiatif berjalan menghampiri anak itu, lalu membujuknya untuk bermain dan bertanya, "Bolehkah aku menggendongnya?"     

Ini putri kakak keduanya. Sebagai bibi, Ailee ingin memeluknya. Sebelum menunggu wanita cantik itu setuju, Ailee sudah terlebih dulu menggendongnya. Melihat gadis kecil itu tidak menangis, wanita cantik itu pun setuju.     

Setelah melihat gadis kecil itu, Sean juga merasa gemas dan berkata, "Aku juga ingin menggendongnya."     

"Tidak boleh!" Wanita cantik itu langsung menolak, "Maaf, Tuan. Dia agak takut pada laki-laki yang tidak dikenalnya."     

"Oh…"     

Sean tidak mengulurkan tangannya lagi. Hanya saja, saat dia menatap mata gadis kecil itu, gadis itu jelas tidak takut padanya, bahkan sepertinya sangat menyukainya.     

Sean melihat sekeliling kafe sekilas, kemudian bertanya, "Apakah orang yang datang selalu sangat sedikit? Meskipun agak terpencil, lingkungan di sini sangat bagus. Seharusnya orang yang datang tidak sesedikit ini."     

Wanita cantik itu menjawab, "Mungkin karena aku menjual dengan harga yang mahal. Kalian berdua mau minum apa?"     

"Aku mau matcha latte."     

"Aku mau vanilla latte."     

Ailee dan Sean menjawab bergantian. Lalu, Sean bertanya, "Berapa totalnya?"     

Wanita cantik itu menjawab, "Dua ratus ribu."     

Seratus ribu segelas memang memang agak mahal…     

Sean merasa wanita ini membuka kafe hanya untuk bermain-main dan bukan untuk menghasilkan uang sama sekali.     

Tidak lama kemudian, dua latte pun siap. Wanita cantik itu membawanya dan berkata, "Terima kasih sudah membantu menjaga putriku. Sepertinya dia sangat menyukai kalian."     

Ailee menyahut sambil tersenyum, "Tentu saja! Bagaimanapun juga, kita keluarga, kan…"     

"Uhuk! Uhuk...!" Sean batuk dengan canggung.     

Wanita cantik itu kebingungan. "Maksudnya?"     

Ailee akan segera meninggalkan Indonesia, jadi dia pun langsung berkata dengan lugas, "Kami tidak akan menyembunyikannya darimu. Kami keluarga Juan Yuwono. Dia kakak kedua kami. Pasti kamu kekasih kakakku, kan? Apa gadis kecil ini putrinya? Kakak benar-benar keterlaluan! Kenapa dia meninggalkan kalian berdua di Banten? Atau, kamu yang tidak ingin pergi ke Inggris?"     

Siapa yang menyangka, wanita cantik itu justru menjawab, "Kalian sudah salah paham. Aku dan Juan memang saling mengenal, tapi dia bukan kekasihku. Putriku ini juga bukan anaknya. Aku dan dia hanya teman biasa."     

"Teman biasa?"     

Sean dan Ailee sontak tercengang. Kacau. Ini benar-benar canggung. Mereka bahkan sudah mengira wanita itu adalah calon iparnya.     

Wanita cantik itu menatap Ailee dengan marah dan bertanya, "Siapa yang memberitahumu bahwa aku adalah kekasih Juan?"     

Sean menelan ludah dengan gugup. Jempolnya terus menggaruk telunjuknya sambil berpikir dalam hati, Adikku! Kamu harus menjunjung tinggi kesetiaan! Tolong jangan khianati kakakmu!     

Tanpa disangka, Ailee langsung menunjuk Sean di tempat. "Dia!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.