Ingin Kukatakan Sesuatu

Pergi ke Kafe Merindukan Fajar lagi!



Pergi ke Kafe Merindukan Fajar lagi!

0Shook Restoran yang berada di lantai 5 Hotel Swiss-Belinn Jalan Raya Jakarta, Banten, adalah restoran bergaya Renaissance yang memiliki lebih dari seratus tahun sejarah.     
0

Di sebuah ruang privat semi terbuka, Sean, Chintia, dan Ailee sedang makan tiram, muffin, egg benedict, dan makanan lezat lainnya. Mereka menikmati hidangan sambil mengobrol dengan riang.     

Makan malam hari ini atas undangan Chintia. Dia melakukan ini karena ingin pacar dan bosnya lebih sering bertemu dan bisa menjalin hubungan yang lebih baik. Bagaimanapun juga, sekarang Chintia adalah tangan kanan Ailee dan telah memenangkan kepercayaannya.     

Di perusahaan, posisi Chintia bahkan jauh di atas wakil presiden lainnya. Tentu saja Ailee berbuat demikian karena Chintia akan menjadi calon iparnya, jadi dia sengaja begitu dekat dengannya.     

Ketika Chintia sedang makan, dia menjawab telepon dan meninggalkan ruangan. Pada saat ini, Sean dan Ailee, kedua bersaudara pun dapat sedikit berbisik-bisik.     

"Kak, bagaimana kinerjaku akhir-akhir ini? Pelayananku terhadap calon ipar memuaskan, kan?" Ailee terlihat seperti seseorang yang sedang mengharapkan sebuah penghargaan.     

Sean yang sedang makan dengan pisau dan garpu pun menjawab sambil tersenyum, "Lumayan."     

Ailee memegang dagu, lalu menatap Sean dan berkata, "Menurutmu, apa Kakek pilih kasih pada anak laki-laki daripada anak perempuan? Kakak pergi mengikuti pelatihan ke medan perang, kemudian menikah dan menjadi menantu yang tinggal di rumah mertua. Itu benar-benar seru dan menarik!"     

"Lihat saja aku dan adik-adik yang lain. Kami tetap bersekolah. Setelah lulus, kami langsung mengikuti pelatihan bisnis. Sekarang kami juga sedang didesak untuk menikah. Membosankan sekali," keluh Ailee.     

Sean tertawa. Dia tahu Ailee adalah seorang gadis yang sangat suka bertualang.     

"Kamu tidak tahu betapa menderitanya pelatihan di medan perang dan menjadi menantu yang tinggal di rumah mertua! Beberapa tahun terakhir, mereka telah menyiksaku dengan buruk," kata Sean, lalu menghela napas.     

Ailee bertanya dengan hati-hati, "Dengar-dengar, kamu diselingkuhi?"     

Prang!     

Seketika Sean meletakan pisau dan garpu di meja makan dengan keras.     

"Anak kecil! Jaga bicaramu pada kakakmu!"     

Ailee menutup mulutnya sambil tertawa dan segera meminta maaf. Dia tidak merasa kasihan pada kakaknya karena dia tahu ada begitu banyak wanita yang bisa kakaknya pilih. Dia justru merasa gadis yang mengkhianati kakaknya benar-benar menyedihkan karena tidak berkesempatan menjadi menantu perempuan keluarga Yuwono, keluarga dengan kemampuan dan kekuasaan teratas.     

"Siapa yang memberitahumu? Pengurus Fairus? Atau Kakek?" tanya Sean.     

Ailee menyesap anggur merahnya dan menjawab, "Kakak Kedua."     

"Kakak Kedua? Aku menghubungi Kakak Kedua beberapa kali, tapi tidak tersambung," kata Sean. Kemudian, dia tiba-tiba teringat sesuatu, "Dik, apa kamu tahu? Kakak Kedua memiliki seorang wanita dan putri di Banten!"     

"Ya Tuhan! Apa yang Kakak katakan ini serius?" pekik Ailee yang sontak tercengang.     

Sean mengangguk. Masalah ini tidak bisa diberitahukan pada orang luar. Hanya saja, Ailee adalah adik perempuannya sehingga tidak ada yang tidak bisa dikatakan padanya.     

Sean menjelaskan, "Sebelumnya aku pernah pergi ke sebuah kafe untuk mengambil kunci rumah yang ditinggalkan Kakak untukku. Aku melihat seorang wanita yang sangat cantik di sana. Dari pandangan pertama, dia pasti wanita yang dipilih Kakak, sama seperti mantan istriku. Putrinya juga sangat cantik dan pasti mewarisi gen unggul keluarga Yuwono kita. Tidak mungkin salah."     

Ailee tertawa dan berkata, "Haha! Besok lusa saat kembali, aku akan memberitahukan hal ini pada Kakek. Ternyata Kakak Kedua punya anak tidak sah di Banten dan bahkan tidak melaporkannya ke keluarga! Haha! Kakek pasti akan menghukumnya dengan berat!"     

Tiba-tiba Sean bertanya kebingungan, "Besok lusa kamu kembali?"     

Ailee kembali serius. "Iya! Aku baru saja mau memberitahu Kakak. Aku bersiap menyerahkan posisi presdir Best Express pada Chintia besok."     

Ailee datang ke Banten untuk menjadi presiden direktur, yang mana sebenarnya hanya sebagai transisi untuk Chintia menjadi presiden direktur. Sekarang Ailee sudah berada di sini selama dua bulan dan telah membuang-buang uang 10 triliun. Meskipun begitu, dia telah menaikkan harga saham Best Express hingga 100 triliun.     

Saat ini Best Express sudah menjadi perusahaan dengan level yang sama dengan Secepat Kilat Express. Jadi, tugas Ailee pun telah selesai dan posisi presiden direktur sudah dapat diserahkan pada Chintia.     

Sean tahu adiknya juga memiliki perusahaan di Inggris dan Amerika Serikat yang merupakan bisnis utamanya. Dia pun tidak menahan Ailee.     

"Oke. Kalau begitu, sebelum kamu pergi, aku tidak akan mengajakmu keluar berduaan. Aku ucapkan selamat tinggal di sini saja."     

"Terima kasih, kakakku! Kakak ketigaku memang paling menghargai hubungan kakak-beradik! Huh."     

Apa yang dikatakan Ailee adalah sarkasme, tapi dia mendentingkan gelasnya dengan gelas Sean sehingga membuatnya canggung. Sean masih menyamar di depan Chintia sehingga tentu saja tidak bisa terlalu dekat dengan Ailee.     

Dalam dua menit, Chintia selesai menelepon dan kembali ke ruangan, kemudian berkata pada Ailee, "Presdir Ailee. Sepertinya kita harus kembali. Pemimpin redaksi Toyo Economics, sebuah majalah bisnis terkenal di Jepang, datang ke perusahaan kita. Katanya mereka ingin melakukan wawancara eksklusif dengan kita."     

Ailee melirik hidangan di meja makan yang belum dimakan dan berkata, "Chintia, kamu saja yang kembali. Aku dan pacarmu akan melanjutkan makan di sini. Kita sudah memesan begitu banyak hidangan. Akan sangat membuang-buang makanan jika tidak dihabiskan."     

Wawancara semacam ini memang sudah seharusnya menjadi tanggung jawab Chintia selaku wakil presiden direktur. Ailee tidak pernah muncul di depan media.     

Akan tetapi, Chintia masih ragu-ragu. Dia memandang mereka berdua dengan cemas. Dia takut karena keduanya tidak akrab. Selain itu, sebelumnya mereka pernah bertengkar. Jika Chintia pergi nanti, bagaimana jika keduanya bertengkar lagi?     

"Sean, bagaimana kalau kamu mengantarku ke perusahaan saja agar Presdir Ailee bisa makan sendiri?" tanya Chintia.     

Ailee buru-buru berkata, "Hei, jangan pergi! Bagaimana bisa aku memakan makanan sebanyak ini sendirian? Selain itu, pacarmu sudah minum alkohol. Bukankah perusahaan sudah menugaskan supir yang bernama Wawan? Bukankah dia sedang menunggu di luar?"     

Chintia menggelengkan kepalanya. "Si Wawan itu terlalu banyak bicara dan kurang ajar. Saya sudah bersiap untuk memecatnya."     

Sean bisa melihat kekhawatiran Chintia. Dia pun berkata, "Jangan khawatir. Aku tidak akan bertengkar dengan bosmu. Aku akan menemaninya minum, lalu pergi."     

"Ya sudah."     

Jika Sean sudah berjanji, Chintia pun langsung merasa lega.     

Setelah Chintia pergi, Ailee berkata dengan riang dan manja, "Haha! Kakak, kebetulan pacarmu sudah pergi. Setelah makan, kamu harus mengajakku jalan-jalan!"     

Sesaat, Sean teringat saat mereka berdua bermain-main di Inggris. Waktu itu, Ailee ikut bermain bersama ketiga saudara laki-lakinya.     

Sean berpikir sejenak, kemudian bertanya, "Apa kamu ingin melihat wanita Kakak Kedua?"     

"Yang di kafe itu? Boleh, boleh!" Ailee juga sangat tertarik. "Tapi, Kak, aku lihat pandangan mata Kakak sangat bersemangat. Kakak ingin melihatnya, kan?"     

"Omong kosong apa yang kamu katakan itu? Dia itu wanita Kakak Kedua! Jangan bercanda yang tidak-tidak," Sean buru-buru menyangkal.     

Meskipun begitu, harus diakui bahwa wanita itu memang sangat cantik hingga membuat orang sulit untuk mengalihkan pandangannya.     

"Haha. Sudah, tidak usah makan lagi. Kita pergi ke sana sekarang saja."     

Ailee segera meraih lengan Sean dan bersiap untuk pergi.     

Sean memukul-mukul tangan kecil Ailee tanpa henti dan menegur, "Jangan membuat masalah! Tidak baik jika dilihat orang."     

"Calon Kakak Ipar sudah pergi, jadi apa yang Kakak khawatirkan?"     

Ailee merasa tidak senang. Sudah susah payah baginya untuk bertemu kakaknya lagi, tetapi ke mana pun mereka pergi, mereka harus bersandiwara. Bergandengan tangan saja bahkan tidak boleh.     

Sean menjelaskan, "Ada banyak orang yang mengenalku dan Chintia di Banten. Mantan istriku juga ada di Banten. Jika dia sampai melihat ada wanita lain yang begitu dekat denganku, dia pasti akan luar biasa merepotkanku."     

"Giana Wangsa… Aku sangat ingin melihat sebenarnya seberapa cantik dia," gumam Ailee penasaran.     

Sean teringat seperti apa penampilan Giana sekarang, lalu berkata, "Sekarang dia sedang hamil. Perutnya sudah sangat besar. Tidak ada cantik-cantiknya! Jika kamu ingin melihat wanita cantik, ayo pergi ke Kafe Merindukan Fajar saja. Sekarang wanita itu lebih cantik dari Giana!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.