Ingin Kukatakan Sesuatu

Saya Memilih untuk Mundur dari Jabatan Presdir!



Saya Memilih untuk Mundur dari Jabatan Presdir!

0Beberapa eksekutif senior Grup Citra Abadi adalah pemegang saham, sedangkan beberapa lagi adalah orang-orang yang menyukai Chintia. Mereka tidak membiarkan Chintia bertindak begitu sembrono dan ingin memisahkannya dari Sean. Akhirnya, mereka melaporkan masalah ini pada Fairus.     
0

Tidak lama kemudian, Sean yang baru saja tiba di hotel untuk berkemas dan malam ini hendak pindah ke rumah pacarnya, Chintia Yandra, tiba-tiba menerima telepon dari Fairus.     

Sean mengerutkan keningnya. Dia sudah mengatakan bahwa setelah bercerai dari Giana, dia ingin menjalani kehidupan biasa. Dia juga memberitahu Fairus untuk tidak mengganggunya jika tidak ada sesuatu yang penting.     

Tampaknya Fairus perlu memberitahukan sesuatu yang penting pada Sean.     

​​Sean menjawab telepon, "Ada apa?"     

Fairus melapor, "Tuan Muda Ketiga, pemegang saham Grup Citra Abadi baru saja memaksa Chintia untuk memilih antara memutuskan hubungan denganmu atau mundur sebagai presdir. Mereka juga mengatakan bahwa Chintia adalah pacarmu sekarang. Apa itu benar?"     

Sean mengangguk. "Iya. Baru kemarin malam. Untuk sementara, jangan beritahu Kakek."     

"Baik, Tuan Muda," jawab Fairus. Dia hanyalah seorang pengurus rumah tangga sehingga tidak berani berbicara terlalu banyak mengenai hubungan Sean. Dia pun kembali bertanya, "Lalu, bagaimana saya harus menangani masalah ini? Apa Tuan Muda ingin membela Chintia dan menyuruh para pemegang saham ini untuk tutup mulut?"     

Sean berpikir sejenak. Jika Fairus melakukan ini, Yoga pasti akan terus menyerang Grup Citra Abadi sampai Citra Abadi bangkrut. Jika begini, banyak orang di Citra Abadi akan menderita kerugian besar dan cepat atau lambat Chintia juga akan celaka. Di sisi lain, Sean juga ingin tahu bagaimana pilihan Chintia.     

"Lakukan saja apa yang dikatakan pemegang saham." perintah Sean.     

Sebenarnya sekarang Citra Abadi sudah tidak perlu diselamatkan. Setelah terus-menerus diserang Yoga selama itu, reputasi Citra Abadi telah memburuk dan perusahaan itu sendiri sudah tidak memiliki banyak daya saing. Bahkan jika Chintia terus menjabat sebagai presiden direktur, dia tidak akan tetap menjabat untuk waktu yang lama.     

"Baik!"     

Setelah Fairus menutup telepon, dia segera menghubungi Chintia.     

"Tuan Fairus."     

"Presdir Chintia."     

"Jangan, jangan! Silakan panggil saya Chintia saja."     

"Chintia, Yudistira dan yang lainnya menghubungi saya untuk melaporkan situasi di perusahaan. Saya dengar keluarga Liono menyerang Citra Abadi karena hubunganmu dengan Sean?"     

"Benar."     

"Saya dengar kamu sekarang pacar Sean? Apa kamu pikir Sean tidak benar-benar dikeluarkan dari keluarga besarnya? Sebagai pelayan keluarga Yuwono selama beberapa dekade, saya dapat memberitahumu dengan jelas bahwa Sean memang dikeluarkan dari keluarga besar dan tidak akan pernah diizinkan untuk masuk ke Inggris. Jika kamu melakukan ini karena status Sean sebagai tuan muda yang kaya, angan-anganmu ini salah besar."     

Fairus mengatakan ini karena ingin menguji Chintia. Bagaimanapun juga, Sean sudah pernah menderita karena seorang wanita.     

Chintia segera berkata, "Tuan Fairus, saya tidak peduli dia tuan muda kaya atau bukan. Dialah orang yang saya suka. Entah dia orang kaya atau pengemis sekalipun, itu tidak mempengaruhi dia menjadi pacar saya."     

Fairus yang berada di Inggris menunjukkan senyum lega di wajahnya. Dia senang Tuan Muda Ketiga akhirnya menemukan pasangan yang baik. Fairus berkata, "Chintia, saya sangat mengagumimu. Tidak banyak wanita sepertimu."     

"Namun, kenyataan sangat kejam. Saya juga tidak ingin karena hubunganmu, saya jadi kehilangan keuntungan Citra Abadi. Sekarang saya akan memberimu dua pilihan. Putus dari Sean dan berhenti menghubunginya mulai sekarang, lalu tunjukkan sikapmu itu pada keluarga Liono dan terus menjadi presdir Grup Citra Abadi. Atau, kamu harus segera mengundurkan diri."     

Chintia yang sedang duduk di kantor presdir menggigit bibirnya. Air matanya sudah mengalir.     

Fairus menghela napas. "Saya tahu kamu memulai karier sebagai sekretaris dan bekerja keras di Jakarta selama tujuh tahun sebelum mencapai posisi presdir hari ini. Pikirkan dengan hati-hati. Apakah layak melepaskan tujuh tahun kerja kerasmu untuk seorang Sean?"     

Setelah Chintia tidak berbicara untuk waktu yang lama, Fairus tidak mendesaknya dan berkata, "Begini saja. Pikirkanlah baik-baik. Jika sudah, baru berikan jawabannya pada saya."     

"Tidak perlu," Chintia tiba-tiba menyahut dengan tatapan mata yang jauh lebih tegas, "Saya memilih untuk mundur dari jabatan presdir Grup Citra Abadi. Terima kasih, Tuan Fairus, atas kepercayaan Anda pada saya selama ini. Maaf karena sudah mengecewakan Anda. Saya harap masih ada kesempatan untuk bekerja dengan Anda di masa depan. Sampai jumpa!"     

Di dalam sebuah rumah misterius di Inggris, Fairus menutup telepon dan tersenyum.     

"Chintia, Chintia. Kamu wanita yang sangat beruntung! Sekarang kamu sudah melepaskan posisimu sebagai presdir perusahaan kecil yang hanya bernilai dua triliun, tapi nantinya kamu akan menjadi presdir perusahaan besar kelas dunia dengan nilai ratusan triliun!" kata Fairus, "Tuan Muda Ketiga tidak akan membiarkanmu pengorbananmu berakhir sia-sia!"     

———     

Pukul setengah dua belas, Chintia kembali ke area perumahannya dan berteriak di depan pintu, "Sean, apa kamu di rumah?"     

Pintu ini tidak bisa mendeteksi wajah, sementara saat ini Chintia sedang memegang barang-barang berat di kedua tangannya.     

Dalam beberapa detik, Sean membuka pintu dari dalam.     

Chintia mengenakan kemeja putih, rok kerja yang panjangnya tanggung, dan sepatu hak tinggi hitam. Penampilannya masih memancarkan aura seorang presiden direktur yang bagaikan seorang dewi. Namun, dia membawa dua tas belanja besar supermarket Lotte Mart yang sangat tidak sesuai dengan aura dewinya.     

Begitu melihat Sean, Chintia langsung tersenyum.     

"Aku tahu kamu pasti menungguku di rumah," kata Chintia sambil melangkah masuk, "Sean, aku membeli banyak bahan makanan. Aku ingin kamu mencicipi masakan khas Jawa Timur."     

Sambil berbicara, Chintia hendak pergi ke dapur untuk memasak. Namun, Sean meraih pergelangan tangannya yang ramping dan mengambil kedua tas belanja itu, lalu meletakkannya di lantai. Sesudah itu, Sean menutup pintu.     

Sean tampak serius. Dia berjalan menghampiri Chintia, membelai wajahnya, dan berkata, "Aku sudah melihat beritanya. Kenapa kamu mau mengundurkan diri sebagai presdir Grup Citra Abadi? Apa mungkin karena aku?"     

Chintia menggunakan senyuman untuk menyembunyikan rasa tidak senangnya dan menjawab, "Bukan. Aku sudah tidak ingin bekerja di Citra Abadi lagi. Orang-orang yang ada di sana selalu membicarakanku di belakangku."     

Sean memegang tangan Chintia dan berkata, "Aku sudah bertanya pada Yudistira. Dia bilang kamu melepaskan posisimu sebagai presdir Grup Citra Abadi demi diriku. Kenapa kamu begitu bodoh? Aku tidak sepadan dengan pengorbananmu yang sebesar itu."     

Setelah mengetahui pilihan Chintia, Sean sangat tersentuh dan tidak menyangka Chintia akan rela melepaskan karier yang telah dikejarnya demi dirinya. Jika ditukar dengan Giana, kemungkinan Giana akan memilih untuk melepaskan dirinya tanpa perlu berpikir, bukan?     

Chintia menjawab dengan tegas, "Entah kamu sepadan atau tidak, itu tidak tergantung dari perkataanmu, tapi dari perkataanku!"     

Sean sangat tersentuh sehingga dia bersumpah untuk menjadikan Chintia sebagai presiden direktur perusahaan yang lebih besar nantinya. Tetapi, saat ini dia hanya bisa membalasnya dengan cara ini. Sean langsung memeluk Chintia dan berjalan ke dalam kamar tidur.     

Chintia terus memukuli Sean. "Lepaskan aku! Aku masih harus memasak!"     

"Masak apanya? Tidak usah makan!"     

Sepatu hak tinggi Chintia jatuh ke lantai satu per satu.     

———     

Pada saat yang sama di Emerald Ville, Banten, Giana baru saja bangun dari pelukan Yoga.     

Giana menggosok matanya yang kabur dan bertanya, "Suami, apa yang membuatmu begitu senang?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.