Ingin Kukatakan Sesuatu

Hak Asuh Anak!



Hak Asuh Anak!

0Giana memandang Yoga dengan ekspresi terkejut. Mereka berdua bahkan belum berhubungan sampai hari ini. Anak di kandungannya bahkan sama sekali tidak ada hubungannya dengan Yoga.     
0

Giana berkata, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan? Jika aku tidak menggugurkan anak ini, bagaimana aku bisa masuk ke keluarga Liono kalian?"     

Sebelumnya Yoga telah memberitahu Giana bahwa dia tidak keberatan dengan anak Giana, tetapi kakeknya adalah orang tua kuno yang mengharuskan Giana untuk menggugurkan kandungannya sebelum masuk ke keluarga Liono.     

Yoga sudah memikirkan apa yang ingin dikatakannya. "Maafkan aku. Giana, aku sudah berbohong padamu."     

"Kamu berbohong padaku? Berbohong tentang apa?" Giana sontak tertegun di tempat.     

Yoga menundukkan kepalanya dan tampak sangat malu.     

"Sebenarnya, kakekku bahkan tidak tahu kamu hamil dan punya anak. Kakek bahkan tidak tahu kalau kamu sudah pernah menikah. Aku belum pernah memberitahukan ini semua pada mereka. Mengenai apa yang sudah kukatakan padamu tentang menggugurkan kandungan sebelum masuk ke keluargaku, itu juga adalah kebohongan yang aku buat."     

Giana agak tidak mengerti. "Kenapa kamu melakukan ini?"     

"Sebenarnya, aku ingin menggunakan nama kakekku untuk membuatmu membunuh anak Sean. Aku tidak murah hati sama sekali! Aku cemburu! Aku mencintaimu! Aku tidak tahan kamu mengandung anak lelaki lain! Tapi, aku tidak ingin kamu mengira aku pria yang berpikiran sempit. Itu sebabnya aku…"     

Giana tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Dia memegang tangan Yoga dan berkata, "Yoga, kamu tidak berpikiran sempit. Kamu sudah sangat murah hati. Setiap laki-laki akan memiliki pemikiran seperti itu dan itu wajar. Seharusnya kamu langsung memberitahuku."     

Tidak ada orang yang ingin membesarkan anak orang lain. Bahkan jika Yoga memberitahu Giana secara langsung, dia tidak akan menyalahkannya.     

Tiba-tiba Yoga berkata dengan penuh semangat, "Giana, aku sudah membaca laporan fisikmu dan menanyakan kondisimu pada dokter. Jika kamu menggugurkan anak ini, kamu belum tentu bisa memiliki anak lagi nanti! Kamu juga tahu keluarga besar seperti kami sangat mementingkan penerus keturunan. Begitu kamu mandul, Kakek pasti menendangmu keluar dari keluarga. Pada saat itu, meskipun aku ingin melindungimu, aku juga tidak akan bisa!"     

Sekarang Yoga lah yang mandul, tetapi dia melimpahkan krisis ini pada Giana. Giana pun langsung panik. Dia juga sudah tahu bahaya dari aborsi sejak awal. Beberapa wanita melakukan aborsi beberapa kali dan mereka masih baik-baik saja, tetapi beberapa wanita lain tidak bisa. Terkadang takdir bisa mempermainkan seseorang.     

"Apa dokterku berkata begitu? Kenapa dia tidak memberitahuku?" Giana sangat cemas.     

Yoga sudah siap menyuap dokter sehingga dia berkata, "Jika kamu tidak percaya, aku bisa membawamu ke Banten untuk memeriksakannya lagi. Dokter di sana lebih bagus dan kamu bisa mendengarkan apa yang dikatakannya."     

Yoga berkata lagi, "Sayangku, aku benar-benar tidak ingin kamu menderita. Bagaimanapun juga, anak di kandunganmu adalah kehidupan kecil! Jika kamu ingin melakukan aborsi, itu sama saja dengan membunuh! Bagaimana kita bisa sekejam itu?"     

Kata-kata Yoga yang menjunjung tinggi kebenaran benar-benar sangat mengagumkan hingga tidak akan ada satu orang pun yang menyangka bahwa dia yang kemarin bersikeras untuk membunuh kehidupan kecil ini.     

Tentu saja Giana tidak ingin melakukan aborsi. Wanita dilahirkan memiliki kelebihan ini. Terlepas dari apakah anak itu anak Sean atau Yoga, anak ini adalah anak Giana.     

Giana berkata, "Tentu saja aku tidak ingin menggugurkannya, tapi aku takut kamu…"     

Yoga menggelengkan kepalanya dan berkata dengan penuh kasih sayang, "Aku sudah memikirkannya. Aku juga sudah membayangkan jika aku tidak bertemu denganmu sekarang, tetapi setelah kamu melahirkan. Bukankah aku juga akan tetap jatuh cinta padamu?"     

"Apakah aku jadi tidak akan menikahimu karena kamu memiliki anak? Jawabannya tidak. Sama seperti sekarang, aku akan tetap melamarmu dan menikah denganmu. Jadi, apa salahnya membiarkanmu melahirkan anak itu? Sama sepertimu, aku akan mencintai dan membesarkan anak itu hingga dewasa."     

Giana merasa sangat tersentuh. Setidaknya dia tahu Sean tidak akan mengatakan hal seperti ini. Namun, dia tetap berkata dengan ragu, "Tapi, keluargamu…"     

"Kakekku memang lebih keras kepala, jadi kita harus berbohong padanya dan mengatakan bahwa anak ini anak kita berdua. Juga pada kerabat dan teman-temanku. Kita tidak boleh membiarkan mereka mengetahui yang sebenarnya. Jika tidak, mereka akan menendangmu dan anak ini keluar dari keluarga besar!"     

Giana meneteskan air mata. Bagaimana mungkin ada pria yang sebaik ini di dunia ini?     

Faktanya, Yoga melakukan ini untuk menyembunyikan kemandulannya. Tetapi, Giana yang malang berpikir bahwa Yoga memikirkan segalanya untuk dirinya.     

"Kamu sangat baik. Kamu adalah pria terbaik yang pernah kutemui di dunia!"     

Giana meneteskan air mata dan melemparkan dirinya ke dalam pelukan Yoga. Yoga membelai rambut Giana, tetapi senyum licik muncul di wajahnya.     

———     

Dua jam kemudian, Giana keluar dari rumah sakit dan menghubungi Sean. Sean sedang melakukan push-up di hotel murah ketika mendengar ponselnya berdering.     

"Giana…"     

Sean cukup tidak menyangka. Giana sudah memblokir nomornya, jadi dia kira Giana tidak akan pernah menghubunginya lagi selamanya.     

"Halo?" Sean menjawab telepon.     

Giana bertanya dengan lembut, "Kamu baik-baik saja?"     

Ketika Giana mendengar Yoga mengatakan ada banyak perusahaan yang sudah Sean singgung sebelumnya dan kini menunggu kesempatan untuk membalasnya, Giana jadi mengkhawatirkannya. Tetapi, kenyataannya saat ini Giana sudah benar-benar tertipu oleh Yoga dan hatinya sudah tertuju sepenuhnya pada Yoga. Jadi, kekhawatiran ini hanyalah pertanyaan simbolis.     

"Aku baik-baik saja," Sean menjawab dengan datar.     

Giana berbicara langsung tanpa basa-basi, "Begini… Aku sudah berpikir selama beberapa saat dan memutuskan untuk tidak menggugurkan anak ini."     

Sean sangat senang. Dengan begini, dia tidak perlu mengatur seseorang untuk terus mengawasi rumah sakit.     

Sean berkata, "Terima kasih. Aku tidak bisa merawatmu selama kehamilanmu, tapi aku akan memberimu 20 juta setiap bulan. Anggap saja itu sebagai uang untuk menyewa pengasuh untuk merawatmu."     

Bagaimanapun, anak ini adalah anak Sean sehingga tidak mungkin dia tidak melakukan apapun.     

"Tidak perlu," jawab Giana, "Aku punya uang. Simpan saja untuk dirimu sendiri."     

Giana tahu bahwa Sean tidak punya apa-apa sekarang. Sean juga tahu bahwa keluarga kalangan elite seperti keluarga Wangsa tidak akan kekurangan 20 juta.     

Sean pun berkata, "Aku tahu kamu tidak kekurangan uang sekecil ini, tapi ini adalah uang yang harus kuberikan untukmu."     

"Terserah kamu saja." Giana tidak membantah, "Tujuan utamaku menghubungimu adalah untuk memberitahumu bahwa aku akan membesarkan anak ini ketika dia lahir."     

Sean buru-buru berkata, "Tidak bisa. Anak ini akan dibesarkan olehku. Kamu akan sulit menikahi keluarga konglomerat jika membawa anak."     

Giana berkata, "Kamu mau membesarkannya? Membesarkannya dengan apa? Jika anak ini ikut denganmu, apa setiap hari dia akan tinggal di hotel murah? Kamu bahkan tidak mampu membeli rumah. Bagaimana anak ini bisa sekolah nantinya? Jika kamu mampu membeli rumah di dekat area sekolahan, baru kita bicarakan masalah hak asuh ini lagi!"     

Setelah mengatakannya, Giana menutup telepon.     

Sean tersenyum datar. Baginya, rumah di dekat area sekolah sama seperti membeli makanan bagi orang biasa. Dia tidak peduli jika Giana benar-benar akan memperebutkan hak asuh dengan dirinya.     

Begitu anak Giana lahir dan teridentifikasi sebagai anak Sean, bahkan Sean sendiri juga tidak memiliki hak untuk membesarkan dan mendidiknya. Keluarga Yuwono akan langsung mengirim seseorang untuk menjemput anak itu, kemudian memulai berbagai pelatihan dan sekolah sejak usia dini. Jika saat itu tiba, Giana tidak akan bisa menghentikannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.