Ingin Kukatakan Sesuatu

Balas Dendam!



Balas Dendam!

0Awalnya, jika Cahyadi dan Yoga terus berada di Banten, akan sulit bagi Sean untuk berurusan dengan mereka. Bagaimanapun, pengaruh keluarga Liono di Banten masih sangat kuat.     
0

Adapun Andy dan John, mereka hanya berani bertindak semena-mena di Jakarta. Begitu tiba di Banten, mereka sudah tidak memiliki keberanian seperti itu.     

Cahyadi dan Yoga justru bunuh diri dengan bersikeras datang ke Jakarta untuk mengusik Sean. Jangan salahkan Sean jika membiarkan mereka datang dengan utuh, tetapi tidak bisa pulang dengan utuh.     

Sean menelepon Andy dan hanya mengatakan satu kata, "Lakukan."     

Andy bertanya, "Tuan Muda ingin kami melakukannya seperti apa? Menghabisi Cahyadi?"     

Keluarga Pangestu sekarang berada di ambang kebangkrutan, sementara Cahyadi pantas mati karena sudah pernah meniduri Giana. Menghabisi Cahyadi bukanlah hal yang sulit. Hanya saja, Sean tidak ingin melakukan sesuatu yang begitu kejam karena mengingat ibu Cahyadi yang pernah memohon belas kasihan untuk anaknya.     

"Buat dia tidak bisa menyentuh wanita lagi. Kebiri saja."     

"Baik! Lalu, bagaimana dengan Yoga? Apa Tuan Muda akan menggunakan metode yang sama juga?"     

Bagaimanapun, Yoga adalah cucu Yuangga Liono, seorang pria kaya terkenal di Indonesia. Jika mengebiri Yoga secara langsung di sini… Mengingat watak Yuangga, dia pasti akan menemukan pelakunya dengan cara apa pun. Jika itu terjadi, orang-orang seperti John dan anak buahnya pasti akan ketahuan. Mereka juga akan sangat sulit bertahan hidup di negara ini.     

Sean memutuskan untuk menggunakan metode yang lebih halus.     

"Aku punya sebotol obat di sini yang aku bawa kembali dari medan perang. Suruh seseorang untuk mengambilnya, lalu cari perawat di rumah sakit untuk menyuntikkannya ke Yoga."     

Setelah mendengar perkataan Sean, Andy buru-buru berterima kasih padanya, "Saya mewakili John, berterima kasih pada Tuan Muda!"     

"Ya. Aku di kamar 706 Hotel Home di sebelah Pengadilan Negeri. Kirim seseorang ke sini."     

Setelah selesai bicara, Sean menutup telepon dan membuka pintu untuk meninggalkan celah.     

Tok! Tok!     

"Masuklah. Pintunya tidak dikunci."     

Andy terlihat membuka pintu dan masuk.     

"Oh? Kamu belum pergi?" tanya Sean. Dia mengira Andy sudah meninggalkan Jakarta bersama Fairus.     

Andy menjawab, "Saya kembali sesudah mengantar Tuan Fairus ke Inggris. Tuan Fairus bilang saat ini saya belum memenuhi syarat untuk menemui kakek Tuan Muda."     

Sean tersenyum. "Jika kamu sudah selesai melakukan hal-hal ini untukku, nanti aku akan merekomendasikanmu.     

"Terima kasih, Tuan Muda!" Andy sangat gembira.     

Meskipun Andy sudah sangat kuat di dunia gelap, bisnis semacam ini tetaplah berbahaya. Bisa-bisa suatu hari nanti dia akan terjerumus selamanya. Karena itu, Andy selalu ingin berlindung pada kakek Sean yang berada jauh di Inggris.     

Sean mengeluarkan sebuah botol hitam kecil dan menyerahkannya pada Andy. Setelah Andy mengambilnya dengan kedua tangannya, dia bertanya, "Tuan Muda, apa yang akan terjadi sesudah menyuntikkan benda ini?"     

"Sakit kepala, demam, dan kesulitan bernapas," jawab Sean.     

Andy sedikit bingung, "Gejala-gejala ini tampak biasa saja. Apa tidak akan bisa diobati?"     

"Dengan kemampuan medis di Jakarta, gejala-gejala ini akan hilang dalam beberapa jam."     

"Ini terlalu ringan untuk si Yoga itu! Tuan Muda, kami tahu bahwa keluarga Liono sangat hebat dan tidak mudah untuk dilawan, tapi dia sudah berani-berani melecehkan mantan istri Tuan Muda. Dia harus mati! Meskipun saya tidak bisa berada di Jakarta lagi, saya rela menghabisinya untuk Tuan Muda!" kata Andy, menunjukkan kesetiaannya.     

Sean tersenyum dan berkata, "Kita berdua tidak memiliki hubungan apapun, jadi kamu tidak perlu mengorbankan kekuasaan yang sudah susah payah kamu dapatkan untukku."     

"Tenang saja. Aku tidak hanya membuatnya sekadar sakit kepala selama beberapa jam. Meskipun penyakit ini terlihat biasa, kenyataannya obat ini akan meninggalkan efek yang luar biasa sesudah disuntikkan," terang Sean, "Salah satu efek yang paling besar adalah pria itu tidak akan pernah bisa memiliki keturunan lagi."     

"Di medan perang ada hal semacam itu?" Andy sontak penasaran, "Haha! Ini bagus! Biar si bajingan Yoga itu tidak bisa memiliki anak seumur hidupnya! Jika menginginkan anak nanti, semuanya adalah benih orang lain! Hahaha!"     

Sebenarnya Sean tidak ingin terlalu kejam, tapi sayangnya Yoga sendiri sudah memerintahkan orang untuk memotong jarinya. Jangan salahkan Sean jika berbuat seperti ini.     

———     

Waktu menunjukkan pukul sembilan malam.     

"Mari, Kak John. Aku bersulang untukmu!"     

Di dalam ruang pribadi Karaoke Golden Vizta, Cahyadi sedang minum alkohol dengan John dan makan semangka. Di saat yang sama, dia juga sedang memeluk wanita cantik yang mengenakan seragam, di kiri dan kanannya.     

John tersenyum sambil mendentingkan gelasnya dengan Cahyadi, lalu berkata, "Rupanya Tuan Muda Cahyadi sangat bahagia hari ini!"     

Cahyadi sudah minum 6 botol bir dan tampangnya terlihat agak mabuk.     

"Tentu saja! Sean si bajingan itu sudah bercerai dari Giana. Sama seperti diriku, dia juga sudah ditendang! Hahaha!" Cahyadi tertawa puas, "Selain itu, sesudah perceraiannya kali ini, bukannya tinggal di hotel kelas atas, dia justru pergi ke Hotel Home yang harganya dua ratus ribuan semalam."     

"Lalu, sebentar lagi kedua jarinya akan dipotong oleh anak buah Kak John," kata Cahyadi lagi, "Dia sudah membuat keluargaku bangkrut dan akhirnya aku sudah membalaskan dendam ini!"     

John tersenyum dan mengangkat gelas lagi, "Selamat untukmu, Tuan Muda Cahyadi."     

Cahyadi mendentingkan gelasnya dan bertanya, "Kak John, kapan kamu berencana untuk melakukannya? Saat kamu melakukannya, bisakah kamu memotong satu jari lagi? Dua jari itu untuk adik sepupuku, sementara satu jari lagi untukku."     

Si bodoh ini bahkan tidak tahu bahwa hari kematiannya sudah dekat dan bahkan ingin memotong jari Sean lebih banyak lagi? batin John. Kemudian, dia menjawab, "Oke. 20 miliar. Jika Tuan Muda Cahyadi memberiku 20 miliar, aku akan memotong satu jari Sean lagi untukmu."     

Cahyadi tertawa dan berkata, "Kamu tahu aku tidak punya uang sekarang. Hah… Lupakan saja. Anggap saja Sean si bajingan itu sedang beruntung. Biarkan saja dia tetap memiliki satu jarinya itu!"     

"Ngomong-ngomong, Kak John, aku dengar baru-baru ini pelayanan terbarumu di sini adalah seorang ladyboy dari Thailand. Bisakah kamu memberikan satu pada saudaramu ini untuk menambah wawasannya?" tanya Cahyadi.     

John menjentikkan jarinya dan memerintahkan pada anak buahnya yang berdiri di luar pintu, "Panggil ladyboy itu kemari."     

Tidak lama kemudian, seorang wanita cantik yang anggun, tetapi tampak sedikit aneh masuk. Cahyadi langsung kehilangan minat pada dua gadis cantik di sampingnya.     

"Hahaha! Ternyata memang benar-benar berbeda! Aku menyukainya!"     

John menggelengkan kepalanya. "Seleramu memang hebat. Silakan nikmati perlahan. Aku keluar dulu."     

Cahyadi buru-buru bangkit dan berkata, "Terima kasih, Kak John! Hati-hati di jalan!"     

Setelah John keluar dari ruang pribadi, dia tidak pergi, tetapi tetap berada di luar pintu. Tak sampai lima menit kemudian, hanya tangisan menyedihkan Cahyadi yang terdengar di dalam.     

"Ahhh!!! Tidak!!!"     

John membuang puntung rokok dan mengirim pesan pada Andy.     

[John]: Cahyadi sudah dibereskan.     

———     

Di saat yang sama di kamar VIP rumah sakit afiliasi, Yoga melihat seorang perawat yang berbeda dari sebelumnya memasuki kamarnya.     

"Perawat baru, ya? Cantik juga."     

Perawat cantik itu tersenyum dan tidak berkata apa-apa. Ketika melihat perawat itu ingin memberinya infus, Yoga bertanya, "Bukankah suntikan untuk hari ini sudah selesai?"     

Perawat itu menjawab, "Ini perintah dokter. Satu botol infus untuk membantu pemulihan."     

Kebetulan saat ini Giana menelepon sehingga Yoga pun tidak banyak berpikir lagi.     

"Sayang, apakah kamu merindukanku? Aku sangat bosan jika kamu tidak datang untuk menghabiskan malam bersamaku," kata Yoga sambil tersenyum bahagia. Dia sudah tahu bahwa Giana dan Sean sudah bercerai.     

"Aku dengar Sean tinggal di sebuah hotel murah. Tenang saja. Aku tidak menyuruh orang untuk memotong jarinya. Tapi, sebelum ini dia sudah membuat begitu banyak perusahaan bangkrut dan memiliki banyak musuh. Jika sampai yang memotong jarinya, kamu juga tidak boleh sampai mencurigaiku. Oke, sayang?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.