Ingin Kukatakan Sesuatu

Cerai!



Cerai!

0Sean berkata, "Yuana, aku sudah mengenalmu sejak kamu berusia 17 tahun. Aku tahu kamu bukan gadis sembarangan. Orang tuamu sangat ketat dan tidak pernah mengizinkanmu berpacaran. Jadi, kita berdua bersandiwara saja, asalkan bisa menipu kakakmu. Oke?"     
0

Yuana sedikit kecewa, tetapi juga merasa sangat tersentuh. "Kak Sean, kamu benar-benar seorang pria baik yang akan punah di dunia ini. Salah sendiri Kak Giana tidak tahu bagaimana menghargaimu! Aku akan menurutimu. Kita lakukan sesuai apa yang Kakak mau saja."     

"Baik," Sean tersenyum sambil membelai wajah kecil Yuana.     

Setelah membersihkan pecahan kaca di lantai, Sean menunggu kedatangan Giana.     

Sean ingin memperlakukan Giana sebagaimana wanita itu sudah memperlakukan dirinya. Apa yang kamu lakukan padaku, aku juga akan memperlakukanmu seperti itu!     

Pukul setengah empat sore, Giana pulang dan membuka kunci pintu dengan sidik jari. Setelah keluar dari rumah sakit, dia pergi ke supermarket dan kini pulang membawa satu tas besar berisi sayuran segar.      

Begitu sampai di rumah, Giana mengeluh, "Aduh… Karena kamu tidak keluar, aku jadi harus belanja bahan makanan sendiri. Sean, cepat bawakan ini dan masak makan malam untukku."     

Giana mengira Sean ada di ruang tamu. Ketika dia berteriak memanggil, tidak ada yang menjawab. Barulah Giana tersadar bahwa Sean tidak berada di ruang tamu.     

"Kamu tidak sedang tidur lagi di siang bolong begini, kan?"     

Giana hendak pergi ke kamar tidur untuk melihatnya. Tetapi, saat dia berjalan di dekat sebuah sofa di luar kamar, tiba-tiba dia melihat gaun berwarna hitam ada di sana.     

"Hah? Kapan aku meletakkan pakaianku di luar?"     

Giana mengira itu adalah gaun miliknya sendiri. Lagi pula, dia memiliki lebih dari seribu potong pakaian. Wajar saja jika dia tidak bisa mengingat mana yang dibelinya dan mana yang tidak.     

Giana mengambil gaun tadi begitu saja. Akan tetapi, saat baru memegangnya, tiba-tiba dia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Giana menunduk dan mencium gaun itu dan merasa ada yang sangat aneh.     

"Parfum lemon? Tidak. Ini bukan pakaianku!"     

Giana memang memiliki begitu banyak pakaian, jadi dia tidak tahu apakah pakaian itu miliknya atau bukan. Akan tetapi, parfum setiap orang berbeda dan sudah dua tahun Giana tidak menggunakan parfum beraroma lemon ini.     

"Ada wanita lain!" Tiba-tiba Giana terpikirkan akan kemungkinan ini. "Sean sialan! Berani-beraninya kamu berselingkuh di belakangku! Siapa?! Sebenarnya siapa wanita itu?!"     

Emosi Giana sudah hampir meledak. Dia segera membuka pintu dan memasuki kamar.     

"Yuana?"     

Ketika Giana melihat bahwa ternyata wanita yang di dalam kamarnya adalah Yuana, dia tercengang dan terkejut bukan main. Ekspresi terkejutnya itu bahkan lebih terkejut daripada ketika Sean melihatnya dan Cahyadi di Hotel Raffles.     

"Astaga… Kenapa kamu kembali begitu cepat?!"     

Yuana pura-pura terkejut dan buru-buru keluar dengan tubuh terbungkus selimut. Dia segera mengenakan pakaiannya dan berlari keluar.     

Jika itu wanita lain, Giana tidak akan membiarkannya meninggalkan rumah dengan begitu mudah. Giana pasti harus menjambaknya dan berkelahi dengannya. Namun, Yuana selalu menjadi cucu kesayangan Nenek Wangsa. Setiap kali mereka bertengkar, Giana tidak pernah memukulnya.     

Giana pun hanya bisa melampiaskan amarahnya pada Sean. Dia berjalan menghampiri Sean dengan marah, mengangkat tangan putih mulusnya, dan menampar wajah Sean.     

Plak!     

Giana memaki dengan penuh emosi, "Sean! Dasar tidak tahu malu! Kamu benar-benar sudah membuatku jijik! Aku pergi memohon pengampunan untukmu, tapi kamu malah bermain-main dengan wanita lain di rumah! Bahkan, perempuan itu adalah adik sepupuku! Kenapa kamu bisa seberengsek ini? Hah?!"     

Sambil memaki, Giana kembali mengangkat tangannya dan ingin menampar Sean lagi. Namun, kali ini Sean meraih pergelangan tangannya dan tidak membiarkannya berhasil memukulnya. Giana menepis Sean dengan sekuat tenaga dan mengamuk.     

"Aku tidak tahu malu? Aku menjijikkan? Aku bajingan? Giana, bagaimana denganmu? Apakah kamu tidak pernah tidak tahu malu?" balas Sean, "Sekarang kamu marah? Tahu seberapa marah dirimu? Apa kamu mempertimbangkan bagaimana perasaanku ketika kamu menyewa kamar dengan Cahyadi?!"     

Sudah sejak lama Sean ingin bertengkar dengan Giana.     

Giana mencibir, "Bagus! Rupanya kamu mau mengungkit hal yang sudah berlalu? Hilda memang benar! Kamu laki-laki pendendam yang tidak akan melupakan masalah itu! Begitu bertengkar, kamu langsung membahas masalah bodoh itu! Laki-laki macam apa kamu?!"     

"Cerai!"     

Akhirnya Giana mengucapkan kata yang sudah ditunggu-tunggu Sean sejak lama. Akhirnya dia berinisiatif untuk mengajukan perceraian terlebih dahulu. Namun, Sean yang saat ini sedang sangat marah justru menolaknya.     

"Aku tidak akan cerai! Atas dasar apa kamu mau bercerai? Dulu aku memaafkanmu dan tidak menceraikanmu atas apa yang terjadi antara dirimu dan Cahyadi!" tolak Sean, "Hari ini, anggap saja kita sudah impas! Kenapa aku bisa memaafkanmu, tapi kamu tidak bisa memaafkanku?"     

Sean memprotes, "Perselingkuhan banyak terjadi di dunia hiburan dan sebagian besar dilakukan oleh para lelaki, tapi wanita memaafkannya. Ketika wanita berselingkuh, laki-laki baru akan menceraikannya. Tapi, kenapa yang terjadi pada kita justru sebaliknya? Apa karena kita berada di negara yang berbeda dari mereka?!"     

Sean sudah tidak bisa menahan kemarahannya. Dia benar-benar merasa sudah diperlakukan dengan tidak adil.     

Giana mendengus dingin. "Kamu masih tidak tahu malu rupanya? Bisa-bisanya kamu membandingkan dirimu dengan para selebriti? Kamu tahu berapa banyak penghasilan para selebriti laki-laki yang berselingkuh itu? Jika kamu masih cucu dari keluarga Yuwono, aku pun juga bisa memaafkanmu! Tapi, sekarang kamu bukan siapa-siapa, jadi kamu tidak berhak untuk berselingkuh!"     

Sean merasa putus asa, kecewa, dan hatinya hancur.     

"Haha! Lagi-lagi ujung-ujungnya karena uang! Rupanya hanya orang kaya saja yang akan dimaafkan jika berselingkuh."     

Sean memandang Giana dengan jijik. Dia memandang rendah wanita jalang ini.     

Sean berkata, "Oke, aku setuju bercerai. Sekarang aku hanyalah gelandangan miskin, sementara keluarga Wangsa kalian sudah menjadi keluarga kalangan elite! Aku pun juga tidak mampu memanjatnya! Aku juga tidak akan menghalangimu untuk mencari laki-laki kaya dan berkuasa lainnya, tapi sekarang kamu sedang hamil. Aku harap kamu bisa melahirkan anak ini. Aku akan membesarkannya, jadi sesudah itu kamu bisa menikah lagi sesukamu."     

Tanpa disangka, Giana berkata dengan dingin, "Aku sudah menggugurkan anak itu."     

"Apa katamu?!" Sean menatap Giana dengan mata terbelalak.     

Giana berteriak dengan suara yang nyaring, "Aku bilang, aku sudah menggugurkan anak itu! Sekarang kamu bahkan tidak memiliki pekerjaan! Jika anak itu lahir, mau kamu beri makan angin?!"     

Tangan kanan Sean terus gemetar. Dia sudah tidak tahan lagi hingga mengangkat tangan kanannya dan menampar wajah Giana.     

Plak!     

Tentu saja Sean sudah berusaha untuk mengendalikan kekuatannya, namun Giana tetap tertampar hingga terjatuh ke lantai.     

Sebenarnya siapa yang menjijikkan di antara kita berdua?! Sudahlah. Aku tidak akan membahas perselingkuhanmu dengan Cahyadi, tapi kamu malah berselingkuh dengan Yoga lagi! Sementara aku dan Yuana? Kamu tidak melakukan apapun! Ini semua sandiwara belaka! Kamulah wanita yang menjijikan! Kamu tidak berhak menyebut orang lain menjijikan!     

Sebenarnya ketika Giana menyebut Sean menjijikkan, dia sudah sangat ingin memukulnya. Hanya saja, dia tidak melakukannya karena Giana sedang mengandung. Sekarang, begitu Sean tahu Giana sudah menggugurkan anak mereka, dia pun tidak tahan lagi.     

Sean bertanya pada Giana dengan suara yang keras, "Anak itu anak kita berdua! Atas dasar apa kamu menggugurkannya tanpa persetujuan dariku?!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.