Ingin Kukatakan Sesuatu

Pertemuan Giana dengan Saingan Cinta Sean!



Pertemuan Giana dengan Saingan Cinta Sean!

0Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan. Jari-jari Yoga yang dilumpuhkan oleh Sean adalah kedua jari ini. Sementara, alasan mengapa Sean merusak kedua jari ini secara permanen adalah karena jari-jari ini sudah menyentuh wanita Sean.     
0

Tampaknya Yoga berniat menggunakan caranya sendiri untuk membalaskan dendamnya. Sean pernah membaca salah satu novel tentang metode-metode pembalasan dendam dan dia sangat menyukai buku itu.     

Sean tersenyum datar dan bertanya, "Apa kata John?"     

"Saya takut jika John tidak menyetujuinya, Fendy akan mencari orang lain untuk melakukannya, jadi dia berpura-pura mengambil pekerjaan ini," jawab Andy, "Tuan Muda, karena Anda sudah memerintahkan saya untuk tidak melakukan apapun pada keluarga Pangestu dan Liono sementara ini, maka saya tidak menyuruh John untuk melakukan apapun."     

"Baik," Sean hanya menyahut seadanya. Dia sekarang benar-benar tidak berencana untuk membunuh. Itu baru akan dilakukannya sesudah bercerai dari Giana.     

Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Sean pun menutup telepon.     

Baru saja Sean menutup telepon, ternyata Chintia menghubunginya. Sean cukup tidak menyangka. Sejak Sean dan Giana rujuk, Chintia jarang meneleponnya selarut ini. Dia adalah wanita yang sangat mengerti sopan santun.     

Sean segera menjawab telepon, "Halo?"     

Nada suara Chintia terdengar tergesa-gesa dan sangat panik, "Sean, ada masalah! Aku dengar keluarga Liono mencari seorang pembunuh dan membayarnya 100 miliar untuk memotong tiga jarimu! Kamu tidak boleh keluar rumah selama dua hari ini!"     

Sean tidak menyangka bahwa Chintia bisa mendapatkan informasi ini dengan begitu cepat. Keberadaannya selama bertahun-tahun di Jakarta tampaknya sudah membuatnya memiliki berbagai macam koneksi. Sayangnya, informasi yang didapat Chintia tidak cukup akurat. Tapi, itu sangatlah wajar.     

Tepat pada saat ini, Giana baru saja keluar dari kamar mandi. Giana yang bertelanjang kaki pun mengenakan sandal dan tubuhnya hanya berbalut handuk. Dia masih hamil muda, jadi perutnya tidak besar dan sosoknya yang cantik benar-benar memabukkan...     

"Sedang menelepon siapa?" tanya Giana sambil menyeka rambut panjangnya yang basah dengan handuk.     

"Chintia," jawab Sean.     

Seketika Giana merasa kesal. "Untuk apa dia menelepon selarut ini? Tutup!"     

Sean merasa kesal dan menggerutu dalam hati, Kamu bisa menelepon Yoga tengah malam, tapi aku tidak bisa menelepon Chintia? Lagi pula, semua yang aku bicarakan dengan Chintia adalah masalah serius. Kami tidak pernah sekalipun berbicara mengenai hal-hal yang ambigu. Sementara kamu? Apa isi pembicaraanmu dengan Yoga?!     

Sean tidak ingin bertengkar dengan Giana. Dia berkata dengan lembut pada Chintia, "Chintia, aku mengerti. Terima kasih."     

Sean kemudian menutup telepon dan merasa semakin berterima kasih pada Chintia. Tampaknya Chintia benar-benar menyukai Sean. Meskipun saat ini Sean seorang gelandangan miskin, Chintia masih begitu baik padanya.     

Sejak di restoran siang tadi, Chintia sudah membantu Sean memberi Cahyadi pelajaran. Lalu, begitu tahu Sean mengalami masalah, Chintia langsung turun tangan dengan menggunakan koneksinya untuk membantu menyelesaikan masalahnya. Sekarang, begitu tahu ada seseorang yang ingin berulah pada Sean, Chinta langsung menelepon untuk memperingatinya.     

Saat ini, Sean merasakan cinta dan perhatian yang tidak pernah diterimanya dari Giana. Setelah Sean menceraikan Giana, mungkin dia bisa memilih untuk berkencan dengan Chintia. Setidaknya wanita seperti Chintia pantas mendapatkan harta warisan keluarga Yuwono.     

Giana merasa cemburu dan bertanya lagi, "Apa yang baru saja kalian bicarakan? Sudah berapa lama kalian berbicara? Chintia, dasar rubah betina. Jelas-jelas dia tahu kamu sudah punya istri, tapi dia terus menggodamu! Dasar murahan!"     

Sean menjelaskan, "Chintia meneleponku karena mendapat informasi bahwa Yoga mencari seorang pembunuh untuk berurusan denganku. Dia membayarkan pembunuh itu sebesar 100 miliar untuk memotong jari-jariku."     

Handuk di tangan Giana terjatuh ke lantai dalam sekejap.     

"Apa?! Dia ingin memotong jarimu? Mana mungkin…"     

Giana mulai panik. Berdasarkan kesan yang didapatnya selama ini, Yoga adalah seorang pria yang menggemaskan dan sepertinya tidak mungkin melakukan ha-hal kejam semacam ini.     

Giana tidak mengambil handuknya, tetapi berjalan menghampiri Sean, lalu meraih lengan Sean dan berkata, "Suami, kenapa kamu tidak meminta maaf saja pada Yoga? Mungkin kalau kamu meminta maaf, masalah ini tidak akan jadi sebesar ini."     

Menyuruh Sean meminta maaf pada saingan cintanya? Jangan mimpi!     

Sean menjawab dengan tegas, "Lebih baik aku masuk penjara daripada harus meminta maaf padanya! Lagi pula, aku tidak melakukan kesalahan apapun."     

"Kamu…" Giana tampak kesal, "Kalau kamu tidak pergi, aku yang pergi! Besok pagi aku akan langsung ke rumah sakit dan memohon padanya agar mau memaafkanmu."     

Apa kamu masih perlu memohon dengan hubungan yang kalian berdua miliki itu? Sean mendengus, lalu berkata, "Kamu tidak perlu memohon padanya. Paling-paling aku hanya perlu tidak keluar rumah saja."     

Meskipun Sean tidak lagi menganggap Giana sebagai istrinya, dia masih tidak ingin Giana bertemu dengan orang itu.     

Giana tetap bersikukuh, "Memangnya kamu bisa tidak keluar rumah seumur hidupmu? Kamu tidak perlu memedulikannya. Aku istrimu. Demi dirimu, hal seperti ini sudah seharusnya aku lakukan! Jika tidak, si Chintia itu akan mengejekku lagi."     

"Aku sudah memutuskan. Besok pagi aku akan pergi ke rumah sakit untuk menjenguknya," tegas Giana. Perkataannya sudah tidak dapat diganggu gugat. Dia sama sekali tidak membiarkan Sean mengajukan keberatan.     

Setelah itu, Giana mengeringkan rambutnya. Kemudian, mereka berdua berbaring di ranjang yang sama tanpa berbicara satu sama lain sepanjang malam.     

Giana bangun pagi-pagi dan kembali menyeduh air madunya sendiri. Selain itu, dia juga memilih dan mengeluarkan begitu banyak pakaian hingga memenuhi kamar. Giana terus mencoba pakaian di depan cermin. Setelah mencoba satu pakaian, dia mencoba yang lain lagi.     

Semua pakaian itu sangat indah dan hanya dikenakannya pada acara-acara penting.     

Begitu Sean bangun dan melihat Giana berdandan di cermin, dia bertanya, "Istri, kenapa kamu berdandan secantik ini hanya untuk menjenguk pasien di rumah sakit? Sepertinya kamu tidak perlu sampai memakai rok, kan?"     

Giana merasa kesal dan menyahut, "Kenapa sekarang kamu juga mengatur aku boleh memakai rok atau tidak? Jika aku tidak memakai rok di hari sepanas ini, memangnya aku harus memakai jeans?! Memangnya untuk apa aku berdandan secantik ini kalau bukan untukmu? Aku mau pergi untuk memohon maaf demi dirimu, oke?"     

"Bisakah kamu memiliki hati nurani sedikit saja? Kamu sudah melukai orang dan tidak mampu menyelesaikannya dengan uang, tapi istrimu yang harus membantumu membereskannya. Bisa-bisanya kamu masih saja memedulikan hal-hal tidak penting seperti ini!" keluh Giana.     

Sean tersenyum mencibir. Dia benar-benar ingin mengungkap kebohongan Giana dan memberitahu bahwa dia sudah tahu tentang hubungan Giana dengan Yoga. Hanya saja, dengan begini Giana akan lebih yakin bahwa Sean hanya sengaja bersandiwara bahwa dirinya dikeluarkan dari keluarga besarnya.     

Sean tidak mengatakan apa-apa lagi dan kembali melanjutkan tidurnya. Sementara, Giana yang sudah berdandan dengan sangat cantik meninggalkan rumah dan mengendarai mobilnya menuju rumah sakit.     

———     

Di kamar VIP rumah sakit afiliasi, Yoga yang sedang melihat ponsel dengan tangan kirinya merasa sangat bosan. Tiba-tiba dia mendengar suara pintu diketuk dua kali.     

"Masuk."     

Pintu kamar perlahan terbuka. Sebelum ada yang masuk, aroma yang begitu harum menyerbu Yoga. Parfum yang digunakan Giana hari ini adalah Parfum Encounter Chanel, pemberian dari Yoga beberapa waktu lalu.     

"Wah! Kakak Bidadari datang!" seru Yoga. Setelah Yoga melihat Giana, suasana hatinya menjadi sangat senang. Dia segera bangun dari tidurnya.     

Giana masuk dan menutup pintu. Dia mengenakan gaun merah Chanel bergaya Hepburn retro. Gaun itu membuatnya terlihat seperti wanita elegan dan feminin di tahun 1950 atau 60-an.     

Yoga meneteskan air liurnya ketika melihat tampak belakang tubuh Giana, lalu berkata padanya, "Sayangku, kunci pintunya dari dalam!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.