Ingin Kukatakan Sesuatu

Pembalasan yang Tepat!



Pembalasan yang Tepat!

0"Astaga… Kenapa laki-laki tampan ini tidak melawan? Kasihan sekali dia! Dipukuli terus-menerus!"     
0

"Hah… Mana mungkin orang miskin berani memukul orang kaya? Biaya pengobatan tidak ada artinya bagi orang kaya, tetapi bagi orang miskin, itu lebih penting daripada hidup."     

Banyak pelanggan yang sudah menjauh ke pintu restoran merasakan ketidakadilan yang Sean dapatkan. Tentu saja mereka semua mengambil ponsel dan memfoto kejadian saat ini, kalau-kalau Cahyadi yang datang membuat masalah nanti tidak mau mengakui perbuatannya.      

Sementara, Giana dan Hilda yang seharusnya mengkhawatirkan keselamatan Sean kini justru memikirkan hal lain.     

"Dulu Sean memukul Sandi tanpa segan, tapi sekarang dia bahkan tidak berani melawan Cahyadi. Apa jangan-jangan ini artinya Sean benar-benar sudah diusir dari keluarga besarnya? Karena itu, dia tidak berani berkelahi?"     

Giana semakin lama semakin percaya bahwa Sean tidak berpura-pura. Jika Sean benar-benar sudah menjadi gelandangan miskin, Giana tidak akan bersamanya lagi.     

Cahyadi sudah mengambil kursi ketiga dan mengangkatnya tinggi-tinggi, bersiap untuk menghancurkan Sean lagi. Namun, kali ini Sean tidak memberinya kesempatan untuk memukulnya sama sekali. Sean melangkah maju dengan cepat, meraih kaki kursi dengan kedua tangan, dan tidak membiarkan Cahyadi melempar kursi itu.     

"Brengsek!"     

Cahyadi dan Sean sama-sama mengangkat tangan mereka tinggi-tinggi dan memegang kursi di udara. Keduanya saling berhadapan.     

Cahyadi sudah hampir mengerahkan segenap kekuatannya hingga urat-urat di wajahnya keluar, namun dia tetap belum bisa mengalahkan Sean. Kemudian, Yoga tiba-tiba datang sambil mengangkat garpu di tangannya dan hendak menusuk mata Sean.     

Sean sedang mengangkat kedua tangannya di atas kepala sambil memegang kursi dan berhadap-hadapan dengan Cahyadi. Sekarang Sean tidak memiliki tangan lainnya untuk berurusan dengan Yoga, jadi Yoga ingin memakai kesempatan ini untuk mencolok mata Sean.     

Lagi pula, Yoga tidak peduli seberapa banyak biaya pengobatan yang akan dikeluarkannya karena dia pasti mampu membayarnya. Setelah itu, dengan koneksi yang dimilikinya, dia akan mencari pengacara terbaik. Dengan begitu, dia tidak akan mendekam di penjara.     

Namun, apakah cucu keluarga Yuwono bisa begitu mudah diserang? Keluarga Yuwono melatih Sean seni bela diri sejak kecil dan mengirimnya ke medan perang sebagai pelatihan untuk mengatasi keadaan genting seperti ini.     

Tiba-tiba Sean terlihat mengangkat kaki kanannya dan menendang selangkangan Cahyadi. Bukan tendangan ringan, melainkan tendangan dari bawah ke atas.     

"Ahhh!!!" Cahyadi berteriak kesakitan. Kedua tangannya seketika menjadi lemas. Dia melepaskan kursi itu dan tubuhnya terjatuh ke lantai.     

Pada saat ini, Yoga sudah memegang garpu dan bersiap menusukkannya ke arah wajah Sean. Sean melepas kursi yang dipegangnya dengan kedua tangannya dan menghindar ke samping secepat kilat tanpa membiarkan Yoga menyerangnya.     

Tak lama sesudah itu, Sean meraih tangan kanan Yoga dan memegang kedua jarinya. Lalu, terdengar suara tulang patah.     

Krek!     

"Aaaaaaahhhhh!!!"     

Teriakan Yoga bahkan lebih buruk daripada teriakan Cahyadi. Dia sampai langsung berlutut tepat di depan Sean.     

"Ya Tuhan! Suara apa itu barusan? Sepertinya jarinya patah!"     

"Pasti patah! Sepertinya jari konglomerat generasi kedua itu patah!"     

Orang-orang lain di sana turut mendengar suara patahan yang sangat menyeramkan tadi.     

Serangan Sean pada Yoga memang sangat kejam, bahkan lebih kejam dari yang dilakukannya pada Cahyadi.     

Pada dasarnya, entah seberapa bagus rumah sakit yang akan menanganinya, kedua jari yang sudah dipatahkan Sean tidak akan bisa diperbaiki, apapun caranya. Yoga tidak akan pernah bisa menggunakan kedua jarinya lagi seumur hidupnya. Padahal, Cahyadi sudah pernah meniduri Giana, sementara Yoga hanya pernah memeluknya.      

Seharusnya pembalasan Sean terhadap Cahyadi lebih kejam. Tapi, dalam situasi saat ini, Sean justru menyerang Yoga dengan lebih kejam. Ini semua karena cepat atau lambat, Cahyadi juga akan segera dikebiri oleh John dan yang lainnya sehingga Sean tidak perlu turun tangan sendiri. Bagi Sean, tendangannya ini sudah cukup untuk membalasnya.     

Selain itu, meskipun Giana tidur dengan Cahyadi, Giana tidak pernah menyukai Cahyadi. Saat itu, Cahyadi memanfaatkan kesempatan ketika Sean tidak memiliki uang. Sementara, Yoga berbeda. Ketika Sean sudah menjabat sebagai presiden direktur, Giana masih saja mau bertemu dengannya secara diam-diam, jadi itu menunjukkan bahwa Giana menyukainya.     

Tentu saja rasa permusuhan Sean pada Yoga lebih menyeramkan. Di antara perselingkuhan secara fisik atau perasaan, Sean lebih memilih yang pertama daripada yang kedua. Sayangnya, Giana si wanita jalang sudah melakukan keduanya.     

Saat ini, Giana sedang menutupi wajahnya dengan ngeri. Dia hanya melihat Sean menghajar dua pria, tapi tidak menyadari bahwa Sean memukul Cahyadi dan Yoga karena dirinya.     

Senyuman muncul di wajah Hilda.     

"Haha! Ternyata Sean berani melawan! Itu artinya dia tidak takut berhadapan dengan masalah apapun, jadi diusirnya Sean dari keluarga besarnya itu kemungkinan palsu!"     

Sekarang Cahyadi dan Yoga sama-sama terbaring di tanah, berteriak kesakitan, dan benar-benar kehilangan kekuatan bertarung mereka.     

Giana bergegas menghampiri dan menahan Sean, "Suami, jangan pukul lagi."     

Giana takut Sean akan membunuh atau melukai Yoga, lalu dipenjara selama sisa hidupnya. Jika seperti ini, Giana bahkan tidak akan bisa mendapatkan satu suami pun.     

Ini adalah sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Ada banyak kejadian seperti ini di kehidupan nyata. Dalam perkelahian antara pesaing cinta, yang satu dihajar hingga tewas, sementara yang lain harus mendekam di penjara.     

Dalam dua tahun terakhir, Giana sudah pernah menyaksikan kejadian seperti itu dengan mata kepalanya sendiri di Jakarta. Seorang pria membunuh pria lain di jalan. Lalu, berita menyebutkan bahwa pria yang terbunuh itu memiliki hubungan dengan istri pria yang membunuhnya.     

Konyolnya, sang istri segera bergegas ke tempat kejadian dan tidak henti-hentinya menangis. Ketika pria pembunuh itu dibawa pergi oleh polisi, dia sangat tenang dan berkata pada istrinya yang berselingkuh itu, "Istri, jaga baik-baik anak-anak kita."     

Di internet, banyak orang merasa kasihan pada pria ini. Hanya demi wanita yang tidak tahu malu, dia sudah menghancurkan hidupnya dan harus menghabiskan sisa hidupnya di penjara. Sementara, wanita yang sudah melakukan kesalahan dengan berselingkuh itu malah bisa terus hidup bahagia dan bahkan bisa kembali mencari pria baru.     

Setelah Giana datang, Sean tidak menghajar Yoga lagi. Suasana hatinya saat ini mirip dengan pria pembunuh yang ada di berita. Dia benar-benar sangat marah. Hanya saja, Sean bukan orang bodoh yang akan merusak masa depannya karena istri seperti Giana.     

Meskipun Sean adalah putra keluarga Yuwono, dia tidak akan mungkin bisa tetap berada di Indonesia jika membunuh seseorang di muka umum dan mau tidak mau harus pergi ke luar negeri untuk bersembunyi.     

"Panggil polisi! Segera panggil polisi! Aku ingin memasukkannya ke penjara!" Yoga berteriak kesakitan.     

Cahyadi menahan rasa sakitnya dan mengeluarkan ponsel untuk menghubungi 110. Tak lama kemudian, polisi datang dan membawa ketiganya pergi. Namun, karena Yoga dan Cahyadi sama-sama terluka, mereka tidak langsung ke kantor polisi, tetapi ke rumah sakit terlebih dahulu.     

———     

Beberapa jam sesudah interogasi, polisi membebaskan Sean pada pukul enam sore.     

Banyak pelanggan di restoran merekam kejadian tadi. Sean sangat jelas sedang melakukan pembelaan diri. Andaikan Sean terus menyerang setelah keduanya terjatuh, barulah itu menjadi penganiayaan yang dilakukan dengan sengaja.     

Berdasarkan ajaran kakeknya, Sean sangat mengenal hukum dan peraturan berbagai negara. Karena itu, dia sangat tahu skala dan tingkat keseriusan dari tindakannya.     

Giana, Hilda, dan bahkan Chintia berada di sana saat Sean keluar. Sean tersenyum dan mengangguk pada Chintia. Kepala Polisi yang baru menginterogasinya juga sangat sopan padanya. Sean tahu bahwa itu pasti karena Chintia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.