Ingin Kukatakan Sesuatu

Giana Menerima Yoga!



Giana Menerima Yoga!

0Giana tercengang selama beberapa saat, lalu bertanya, "Hah? Mengunci pintu? Bagaimana kalau ada perawat yang ingin masuk?"     
0

Yoga menjawab sambil tersenyum nakal, "Justru untuk mencegah perawat yang masuk. Mari kita berbicara berdua saja."     

Di saat yang sama, Yoga sudah bangun dari tempat tidurnya dan berjalan ke jendela untuk menutup tirai. Ruangan yang semula cerah tiba-tiba menjadi redup dan suasana yang ambigu semakin terasa.     

Giana tahu apa yang dimaksud Yoga dengan menyuruhnya mengunci pintu. Dia tersipu malu dan ragu-ragu. Namun, akhirnya pintu pun dikunci dari dalam.     

Setelah itu, Giana berjalan ke ranjang rumah sakit dan berkata, "Yoga, maafkan aku. Suamiku sudah menyakitimu sampai seperti ini. Apa jarimu masih sakit?"     

Yoga menatap jari kanannya dengan tak berdaya, "Sakit atau tidak, itu tidak penting. Sayangnya, aku sudah tidak bisa menggunakan jari-jari ini lagi di masa depan. Tangan Sean si bajingan itu benar-benar sangat kejam!"     

Sambil memasang ekspresi bersalah di wajahnya, Giana berkata, "Yoga, aku tahu ini salah Sean, tapi kudengar kamu membayar seseorang untuk memotong jari Sean. Sean suamiku. Kami sudah menikah selama tiga tahun dan dia selalu sangat baik padaku. Aku benar-benar tidak ingin kamu menyakitinya seperti ini. Aku mohon, jangan lakukan ini, oke?"     

Meskipun Giana telah melakukan kesalahan pada Sean, sekarang Sean sudah dikeluarkan dari keluarga besarnya dan sikapnya pada Sean pun berubah menjadi buruk. Namun, setelah tiga tahun menjadi pasangan suami-istri, Giana masih menyimpan perasaan untuk Sean dan tidak ingin sesuatu terjadi padanya. Terutama, ketika dia tahu bahwa Sean mahir bermain piano. Akan sangat disayangkan jika Sean harus kehilangan jari-jarinya.     

Di depan Giana, Yoga selalu berpura-pura menjadi pria yang sangat berwibawa dan terhormat. Dia benar-benar sangat pandai berkamuflase dan menipu.     

Yoga berkata, "Kakak Bidadari, Apa kamu masih belum mengenalku juga? Mana mungkin aku melakukan hal sekejam itu pada suamimu?"     

"Lalu... Apakah rumor itu palsu?"     

Giana mengira bahwa Yoga adalah laki-laki dewasa yang tampan dan ceria. Selain itu, dia juga merupakan putra konglomerat dari keluarga terpandang sehingga seharusnya dia tidak mungkin sekejam itu.     

Yoga tersenyum dan menjawab, "Tentu saja palsu. Aku hanya sengaja meminta kakakku mengatakan ini untuk menakuti suamimu dan mencegahnya keluar rumah. Bahkan, aku tidak mencari siapapun untuk berurusan dengannya sama sekali."     

Giana tidak mengerti, "Menakuti suamiku? Kenapa? Kenapa kamu tidak ingin suamiku keluar?"     

Yoga tersenyum nakal. Dia meraih tangan putih dan lembut Giana sambil berkata, "Menurutmu? Tentu saja agar dia tidak mengganggu kita berdua. Kalau dia tidak bisa keluar rumah, kita bisa bertemu di luar setiap hari, kan?"     

Giana percaya pada Yoga. Dia tahu bahwa Yoga sangat menyukainya dan karena status pernikahan Giana, keduanya harus bertemu pagi-pagi sekali atau di malam hari sebelum pulang jika ingin bertemu secara pribadi.     

Mungkin Yoga memang benar-benar tidak berencana untuk menyakiti Sean.     

Melihat wajah Giana yang lembut dan cantik, Yoga tidak bisa menahan dirinya dan mencium Giana. Namun, Giana sontak mendorong Yoga menjauh, "Tidak… Tidak boleh."     

Di dalam hatinya, Yoga merasa sangat marah. Hanya saja, dia tidak melampiaskannya dan masih berkata dengan sabar, "Giana, aku sangat mencintaimu. Demi dirimu, aku bahkan bisa merelakan jari-jariku ini! Memangnya kamu tidak bisa merasakan rasa cintaku?"     

Yoga memukul Sean di restoran kemarin murni untuk membalas dendam bibinya. Tapi, sekarang Yoga mengatakan bahwa dia melakukan ini demi merebut Giana.     

"Aku tahu kamu mencintaiku, tapi keluargamu mungkin tidak akan menerimaku," kata Giana.     

Sebenarnya, hal yang paling penting bagi Giana bukanlah mendapatkan persetujuan keluarga, melainkan mewarisi harta ratusan triliun keluarga Liono. Jika Yoga yang polos ini ingin bersamanya, tetapi keluarganya tidak setuju, maka Giana tidak akan mau menerima Yoga.     

"Aku sudah memberitahukan tentangmu pada keluargaku. Kakek bilang, asalkan kamu bersedia menggugurkan anak yang ada di dalam kandunganmu, Kakek akan setuju kamu bergabung dengan keluarga Liono kami," terang Yoga.     

"Menggugurkan anak yang ada di dalam kandunganku?" Giana mengangkat kepalanya dengan berat hati.     

Yoga mengangguk, "Benar. Sebenarnya aku tidak peduli kamu mau menggugurkannya atau tidak. Orang tuaku juga terserah padaku saja. Tapi, kakekku adalah orang tua kuno yang tidak mau kamu menikah dengan membawa anak orang lain ke dalam keluarga Liono kami."     

Sebenarnya, meskipun Giana merasa tidak nyaman dengan permintaan keluarga Liono ini, dia tidak terkejut sama sekali. Sebagai ahli strateginya, Hilda sudah memberitahu Giana bahwa keluarga biasa pun tidak akan menerima menantu perempuan yang menikah dengan membawa anak orang lain, apalagi keluarga kaya seperti keluarga Liono. Jika Giana ingin menikah dengan keluarga Liono, dia harus menggugurkan anak Sean.     

Sejak Sean dikeluarkan dari keluarga besarnya, Giana sudah berpikir untuk menggugurkan anaknya. Belum lagi, dia sudah memiliki ban serep seperti Yoga. Meskipun tidak ada ban serep sekalipun, dia memang berencana untuk menggugurkan anaknya.     

Memiliki anak akan membuat Giana sulit menikah lagi, kecuali jika dia menemukan seseorang yang juga sudah pernah menikah dan memiliki anak. Akan tetapi, dia juga memandang rendah pria seperti itu. Dia hanya menyukai pemuda yang belum pernah menikah dan juga putra konglomerat dari keluarga terpandang.     

Yoga melanjutkan, "Hanya ada dua anak laki-laki dalam generasi ketiga keluarga Liono, yaitu aku dan kakakku, Fendy Liono. Aku dan kakakku memiliki hubungan yang sangat baik dan tidak pernah ada perebutan kekuasaan dalam keluarga kami. Harta keluarga Liono juga akan dibagi dua. Apa yang aku dapatkan tidak akan lebih sedikit dibanding apa yang kakakku dapatkan."     

"Giana, jika kamu bersamaku, aku berjanji untuk menjadikanmu wanita paling bahagia di dunia!" kata Yoga.     

Yoga berbicara panjang lebar pada Giana. Selain itu, dia juga sangat cerdik dengan menyebutkan harta warisan dan materi yang dimilikinya agar Giana semakin terpikat olehnya.     

Giana sangat tersentuh setelah mendengar ini dan menatap Yoga dengan penuh kasih sayang. Dia benar-benar sudah melupakan cincin kawin pemberian Sean yang masih dipakainya di jari manis tangan kirinya.     

"Yoga, kamu sangat baik padaku."     

Begitu mengetahui bahwa Giana sudah berhasil terpikat olehnya, Yoga yang begitu senang pun ingin mencium Giana lagi. Kali ini Giana tidak mendorong Yoga dan menerima ciumannya.     

———     

Sejak Giana pergi, Sean yang masih berada di Apartemen Alam Sutera merasa gelisah. Bagaimana mungkin dia bisa benar-benar tidur dengan tenang?     

Sean tahu bahwa Giana dan Yoga sudah pernah berhubungan sebelumnya, sementara kali ini mereka bertemu lagi dengan alasan memohonkan maaf untuk Sean. Tidak diragukan lagi, Giana pasti hanya mengambil kesempatan ini untuk menemui Yoga.     

Akhirnya Sean menghubungi Andy dan memintanya mengirim seseorang untuk mengikuti Giana dan melihat situasi di kamar Yoga.     

Sejak awal Sean sudah mengatur orang-orang yang ada di rumah sakit itu. Mulai dari dokter, perawat, bahkan hingga pasien yang ada di sana. Semuanya adalah mata-mata yang ditugaskan Sean. Ada juga seseorang yang mengawasi Yoga di gedung seberang kamar VIP-nya dengan teropong.     

Giana tiba di kamar Yoga pada pukul sepuluh pagi. Pada pukul dua belas siang, Sean menerima panggilan telepon.     

"Tuan Muda, istri Anda masih berada di dalam kamar Yoga dan belum juga keluar. Tirai tidak dibuka, bahkan saat perawat rumah sakit mengetuk beberapa kali. Perawat itu akhirnya pergi."     

Amarah Sean yang saat ini sedang merokok pun memuncak. Selama dua jam penuh, Giana berada di kamar Yoga dan selama dua jam penuh itu juga, pintu kamar dikunci dari dalam dan tirai kamar pun ditutup.     

Sebenarnya apa yang mereka lakukan?!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.