Ingin Kukatakan Sesuatu

Sikap Giana Tiba-tiba Berubah!



Sikap Giana Tiba-tiba Berubah!

0"Hahahahaha... Hahahahaha…" Yoga tertawa terbahak-bahak, "Sean mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presdir! Sean dilengserkan! Dia sudah kalah! Aku sudah mengalahkannya!"     
0

Di Emerald Ville, Yoga dan Cahyadi baru saja menonton video konferensi pers Grup Citra Abadi. Dalam video tersebut, Sean mengumumkan pengunduran dirinya sebagai presiden direktur dengan tampang yang sedih dan tertekan. Dia juga menunjuk Chintia sebagai presiden direktur yang menggantikannya.     

Saat ini Cahyadi seribu kali, bahkan sepuluh ribu kali, lebih girang daripada Yoga. Dia melompat ke atas sofa ruang tamu dengan sepatunya dan berteriak pada Yoga, "Luar biasa! Yoga, kamu luar biasa! Kamu membuat Sean jatuh dari seorang presdir menjadi rakyat biasa! Kamu benar-benar sangat hebat!"     

Yoga tertawa dan menjawab, "Tentu saja."     

Keduanya dengan gembira bertepuk tangan untuk merayakan kemenangan, seolah-olah Yoga adalah seorang pemain basket yang baru saja berhasil melakukan slam dunk.     

Setelah merayakan dengan Yoga, Cahyadi berlutut di sofa lagi dengan penuh semangat. Dia mengangkat kepalanya, melihat ke langit-langit, dan berseru, "Ayah, Sean membuatmu bangkrut! Ibu, Sean mempermalukanmu sepanjang malam! Akhirnya aku sudah membalaskan dendam kalian! Apa kalian melihatnya?!"     

Yoga menampar Cahyadi dan mengomel, "Bibiku belum mati! Untuk apa kamu berteriak ke langit?! Jika kamu ingin mereka tahu, hubungi saja mereka!"     

Tentu saja Cahyadi akan menelepon orang tuanya. Akan tetapi, keluarga Pangestu sekarang sudah tidak memiliki uang. Meskipun Cahyadi sudah membalas Sean, sepertinya mereka juga tidak akan terlalu senang.     

"Sekarang orang yang seharusnya menelepon itu kamu!" Cahyadi berkata pada Yoga, "Yoga, kamu tidak mau menghubungi Giana si jalang itu untuk pamer?"     

Yoga mengangguk, "Benar! Akhirnya rubah kecil ini menjadi milikku! Haha!"     

Ketika Yoga berada di depan Giana, dia terus memanggilnya sebagai Kakak Bidadari dengan hormat dan rendah hati. Dia benar-benar melakukannya untuk menjilat Giana. Namun, baginya secara pribadi, panggilannya terhadap Giana itu benar-benar memuakkan.     

Yoga menghubungi Giana, tetapi wanita itu menolak panggilannya.     

"Berani memutus teleponku?!"     

Yoga merasa kesal. Namun, dalam sepuluh detik, tiba-tiba Yoga menerima pesan WhatsApp dari Giana.     

[Giana]: Aku akan meneleponmu nanti malam!     

"Haha! Giana mungkin sedang bersama Sean. Kalau begitu, aku akan meneleponmu dan mengobrol denganmu nanti malam!"     

Yoga tersenyum bangga dan sudah membuka sampanye untuk merayakannya bersama Cahyadi.     

———     

Setelah konferensi pers selesai dan jabatan presiden direktur diserahkan pada Chintia, Sean berkemas dan bersiap meninggalkan gedung perusahaan Grup Citra Abadi. Chintia datang ke lift untuk mengantarkan kepergian Sean dan Giana.     

"Pulang naik mobilku saja," kata Chintia sambil menyerahkan kunci mobil Porsche-nya pada Sean. Dia tahu bahwa Maybach yang Sean naiki pagi ini telah diambil oleh Fairus.     

Sean mendorong tangan putih dan mulus Chintia sambil berkata, "Terima kasih. Tidak usah, Kami bisa pulang naik taksi."     

Giana menundukkan kepalanya. Banyak pegawai yang keluar untuk mengantar kepergian mereka. Meskipun mereka semua melakukannya dengan maksud baik, Giana merasa sangat malu. Ketika Giana datang ke perusahaan untuk pertama kalinya, dia terlihat begitu bersinar hingga semua orang memujinya sebagai istri presiden direktur dan juga memuji kecantikannya. Tetapi, sekarang dia merasa semua orang sedang menertawakannya.     

"Presdir Sean, hati-hati di jalan. Jika ada waktu, datanglah berkunjung."     

Rosiana dan yang lainnya melambaikan tangan pada Sean.     

Selama beberapa saat ini, Sean selalu memperlakukan para bawahannya dengan sangat baik. Setelah menjabat sebagai presiden direktur, tunjangan karyawan juga mengalami peningkatan yang tidak sedikit. Mereka semua benar-benar tulus menyukai Sean bos mereka ini.     

Sean tidak mengatakan apa-apa. Dia masuk ke lift dan turun ke lantai bawah, lalu keluar dari gedung perusahaan.     

Giana sedikit mengeluh, "Bagaimana kita pulang? Pondok Indah sangat jauh dari sini. Kenapa kamu tidak ambil saja kunci mobil Chintia? Lagi pula, kamu juga bukannya tidak akan mengembalikan mobil itu padanya."     

"Bukannya kamu suka naik taksi online? Aku sudah memesan taksi online," kata Sean.     

Giana langsung menjawab, "Siapa yang suka naik taksi online? Aku suka naik Porsche!"     

Ini adalah pertama kalinya Giana berbicara dengan Sean dengan nada seperti ini semenjak mereka kembali rujuk. Sean tidak sedih, tetapi sangat bahagia. Benar saja. Begitu karier Sean meredup, sikap Giana terhadap dirinya benar-benar berubah. Ini berarti rencananya tepat. Giana pasti akan segera berinisiatif untuk mengajukan perceraian.     

Sean tetap berbicara dengan lembut, "Bukannya beberapa hari yang lalu kamu selalu pulang naik taksi online?"     

Giana merasa serba salah dan tidak berani membantah sedikitpun. "Ya, sudah! Naik taksi online saja! Kenapa cuaca hari ini begitu buruk? Panas sekali."     

Giana mengeluarkan kacamata hitam GM dari tasnya dan mengenakannya agar matanya tidak silau. Kacamata hitam ini juga merupakan model yang banyak dipakai oleh selebriti terkenal. Setelah Giana mengenakannya, dia benar-benar seperti seorang bintang yang sangat cantik.     

Setelah beberapa saat, taksi online yang dipesan Sean tiba di pintu masuk gedung perusahaan. Itu adalah sebuah mobil yang Giana bahkan tidak ketahui namanya. Giana adalah wanita cantik dan kaya raya, jadi tidak mungkin dirinya tidak mengetahui logo mobil bagus, kecuali jika itu adalah mobil dalam negeri yang harganya kurang dari 200 juta.     

"Apa kamu memesan mobil biasa? Aduh! Aku tidak bisa naik mobil semacam ini," kata Giana sambil melirik mobil itu. Taksi online yang biasa dipesan Giana semuanya adalah mobil mewah.     

Sean berpura-pura bodoh, "Memang bisa memilih jenis mobil? Aku tidak terlalu paham."     

Sean sengaja memesan mobil murah semacam ini karena Giana memang adalah wanita jalang murahan.     

Tin! Tin! Tin!     

Sean dan Giana tidak segera masuk ke mobil sehingga sopir mulai mendesak mereka dengan membunyikan klakson, membuka jendela mobil, dan bertanya pada mereka berdua, "Kalian mau naik atau tidak?!"     

"Pergi saja. Kami tidak naik mobil semacam ini," kata Giana pada sopir. Setelah itu, dia menggunakan ponselnya untuk memesan mobil mewah.     

"Cih! Dasar wanita sombong! Dia bahkan tidak mau naik mobil biasa seperti ini, apalagi menemani suami menanggung kesulitan!" cerca sopir itu.     

Sean sudah sepenuhnya mengenali Giana. Dia hanyalah seorang wanita yang akan mencintai seseorang dan mau bersamanya jika orang itu memiliki uang.     

Dalam dua hari terakhir, Sean bahkan masih sedikit khawatir. Bagaimana jika Giana masih tidak mau berpisah darinya setelah dia dikeluarkan dari keluarga besar? Bagaimana jika Giana bersedia menanggung kesulitan bersamanya? Sean begitu mencintai Giana, jadi mungkin hatinya akan melunak lagi dan memaafkan Giana. Namun, sekarang Sean tidak perlu khawatir tentang masalah ini. Giana jelas bukan wanita yang mau berjuang bersama.     

Keduanya kembali ke perumahan Pondok Indah mengendarai taksi online. Begitu mereka memasuki rumah, Lana berjalan menghampiri Sean dengan segelas teh lemon verbena.     

"Sean, sudah pulang rupanya. Kenapa hari ini pulang begitu cepat? Ibu baru saja menerima telepon dari Giana. Begitu tahu kamu sudah pulang, Ibu sengaja menyeduh secangkir teh untukmu," kata Lana, "Ini lemon verbena. Giana bilang dua hari terakhir ini kamu merasa mual. Bahkan, kamu juga merasa mual ketika sedang berciuman. Ibu langsung bertanya pada teman-teman Ibu. Mereka bilang teh ini bisa menghilangkan rasa mual. Cepat cobalah."     

"Terima kasih, Bu."     

Sean menerima cangkir teh yang diberikan Lana, tetapi dalam hati ingin berkata, Putrimu yang sudah membuatku mual! Ini bukan sesuatu yang bisa disembuhkan dengan teh apapun!     

Saat Sean hendak meminum tehnya, Jayadi yang duduk di samping berkata, "Sean, jangan diminum dulu. Ayah ingin menanyakan sesuatu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.